Mohon tunggu...
Emma Megawati
Emma Megawati Mohon Tunggu... Guru - Guru Biologi SMA IT Qardhan Hasana Banjarbaru

sebagai guru biologi, saya juga memiliki aktifitas sebagai guru atau pembimbing tari dan seni teater. teater yang saya angkat adalah teater tradisional yaitu Mamanda dan Japin bekisah. Mamanda merupakan teater tradisonal Kalimantan selatan yang harus terus dilestarikan. selain bidang seni saya juga sangat tertarik dunia sastra terutama dalam membuat tulisan. sejak dulu saya sangat tertarik dengan dunia tulisan akan tetapi tidak memiliki keberanian untuk mencoba. Dan Alhamdulillah sejak tahun 2020 saya mencoba mulai menulis samai sekarang dan semoga saja keinginan saya untuk menulis sebuah buku dapat terwujudkan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Refleksi Diri

28 Oktober 2022   20:30 Diperbarui: 28 Oktober 2022   20:37 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mendidik dan Mengajar adalah dua hal yang selalu bersama-sama dan tak bisa dipisahkan, namun itu hanya sebagai teori semata-mata karena pada  kenyataanya  masih banyak diluar sana yang hanya berfokus pada proses mengajar saja tanpa melibatkan proses mendidik.  Mengapa hal itu terjadi, tentu banyak faktor yang mempengaruhinya, salah satunya yaitu ketidakpahaman akan arti keduanya. Orang menganggap bahwa mengajar adalah proses mendidik, sehingga banyak terjadi kesalahan atau miskonsepsi dalam pelaksanannya.  Contoh yang sering kita temuai dilapangan, bahwa banyak guru-guru yang hanya berfokus untuk mentransfer ilmu kepada murid muridnya tanpa memperhatikan bagiamana kondisi murid itu sendiri.

Kesalahan tersebut diperparah lagi dengan doktrin turun temurun bahwa anak ( murid) itu ibarat kertas kosong yang dapat di isi atau ditulis oleh orang tua atau pendidik( guru)  baik pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan  yang mereka inginkan, oleh sebab itu keterpurukan dunia anak-anak semakin dalam dan menyedihkan. Hal inilah yang dapat kita rasakan bersama, hampir  bertahun-tahun bergelut dalam dunia pendidikan baru sekarang memahami bahwa mendidik dan mengajar adalah  dua hal yang berbeda namun saling menguatkan. 

Begitu juga dengan saya selama ini , saya   beranggap  bahwa murid adalah objek pendidikan yang dapat dibentuk sesuai kehendak guru, terkadang saya juga hanya berfokus bagaimana cara agar materi dapat tersampaikan semua  dan berharap semua murid -- murid bisa menguasainya dan mendapatkan nilai yang tinggi. Dengan pemikiran seperti itulah yang kadang membuat saya  menjadi galau, terkadang sedih dan marah karena apa yang  diharapkan tidak sesuai harapan dengan kata lain belum mendapatkan nilai yang tinggi atau tercapai dengan maksimal. 

Karena semenjak  memasuki dunia pendidikan   sampai sekarang , belum pernah mendalami atau mendapatkan pembelajaran tentang filosofi pendidikan itu sendiri . Sehingga ibarat berjalan hanya tahu arah dengan mengikuti jalan yang ada tanpa tahu apa maksud dan tujuan yang ingin dicapai. 

Namun itu dulu, sekarang pemikiran saya sudah berubah seiring dengan ilmu yang didapatkan saat mengikuti  pendidikan guru penggerak.  Pada program awal pendidikan guru penggerak  yaitu Modul 1, saya mendapatkan ilmu yang sangat luar biasa yang tentunya memberikan saya pandangan dan wawasan yang luas tentang  filosofi pendidikan khususnya menurut pemikiran  Ki Kajar Dewantara. 

Jujur bagi saya hanya tahu bahwa Ki Hajar Dewantara adalah pahlwan pendidikan yang memprakarsai berdirinya taman siswa dan 3 semboyon yang sebatas tahu dan di dengar tanpa tahu arti  dan makna di dalamnya. Sedih memang selama ini tidak mau berusaha mencari tahu, akan tetapi sekarang saya bersyukur kepada  Allah telah  memberikan jalan agar tidak tersesat selamanya yaitu dinyatakan lulus sebagai calon guru penggerak yang tentunya  ini adalah langkah awal untuk menuju gerbang perubahan diri dalam dunia pendidikan. 

Modul 1.1. ini sungguh sangat pas dan tepat diberikan diawal kepada kami para CGP ( calon Guru Penggerak)  dimana pada modul ini kami diberikan kesempatan untuk mengenal konsep pendidikan Ki Hajar Dewanta dengan  menyimak  video singkat dan juga  berdiksusi tentang kondisi pendidikan pada zaman kolonial serta perjalanan KHD ( Ki Hajar Dewantara )   sejak pembentukkan perguruan taman siswa sampai pada  pemikiran-pemikiran KHD tentang bagimana menjadi manusia merdeka. 

Setelah mempelajari Moduul 1.1. maka dapat saya ambil 3 garis besar inti sari filosofi pendidikkan  Menurut Ki Hajar Dewantara:

1. Pendidikan adalah Tuntunan.

Menurut KHD pengajaran (onderwijs) adalah bagian dari Pendidikan. Pengajaran merupakan proses Pendidikan dalam memberi ilmu atau berfaedah untuk kecakapan hidup anak secara lahir dan batin. Sedangkan Pendidikan (opvoeding) memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Jadi menurut KHD (2009), "pendidikan dan pengajaran merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk segala kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya dalam arti yang seluas-luasnya"

Pendidikan adalah tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyarakat. KHD memiliki keyakinan bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab maka pendidikan menjadi salah satu kunci utama untuk mencapainya. Pendidikan dapat menjadi ruang berlatih dan bertumbuhnya nilai-nilai kemanusiaan yang dapat diteruskan atau diwariskan. 

Dalam menuntun laku dan pertumbuhan kodrat anak, KHD mengibaratkan peran pendidik seperti seorang petani atau tukang kebun. Anak-anak itu seperti biji tumbuhan yang disemai dan ditanam oleh pak tani atau pak tukang kebun di lahan yang telah disediakan. Anak-anak itu bagaikan bulir-bulir jagung yang ditanam. Bila biji jagung ditempatkan di tanah yang subur dengan mendapatkan sinar matahari dan pengairan yang baik maka meskipun biji jagung adalah bibit jagung yang kurang baik (kurang berkualitas) dapat tumbuh dengan baik karena perhatian dan perawatan dari pak tani.  Demikian sebaliknya, meskipun biji jagung itu disemai adalah bibit berkualitas baik namun tumbuh di lahan yang gersang dan tidak mendapatkan pengairan dan cahaya matahari serta 'tangan dingin' pak tani, maka biji jagung itu mungkin tumbuh namun tidak akan optimal. Selain itu pendidik juga dapatt di ibaratkan petenak ayam yang tentunya hanya bisa menuntun agar induk ayam mengerami telurnya sampai menetes menjadi anak ayam dan peternak tidak akan kuasa untuk mengubah telur itik menjadi anak ayam walaupun petani meletakkan telur itik  di induk ayam yang sedang mengerami telurnya. 

Menurut KHD pendidikan anak sejatinya menuntut anak mencapai kekuatan kodratnya yaitu kodrat  alam dan zaman. Kodrat alam berkaitan dengan sifat dan bentuk lingkungan dimana mereka berada  sehingga beda anak beda juga perlakuannya. Sedangkan kodrat zaman artinya disesyaiakan dengan perubahan terutama kemajuan zaman dimana anak-anak murid kita hidup, mereka harus kita bekali ilmu dan keterampilan yang nanti berguna sebagai bekal merea hidup di dalam masyarakat. Selain itu kemampuan untuk mengutamkan norma budaya lokal ditengah dahsyatnya pengaruh budaya asing yang masuk ke dalam negara kita. 

Pada abad 21, banyak seklai tuntutan yang dapat dipenuhi salah satunya adalah tuntutan pembelajaran abad 21yaitu menjadi pembelajar sepanjang hayat, membangun konteksbdiri serta identiitaa suatu bangsa dengan kita sebagai pendidik dapat 

Selain itu kodrat anak-anak itu adalah bermain maka permainan dapat menjadi bagian pembelajaran di sekolah sehingga anak-anak menjadi senang dan merasakan layaknya hidup sebagai anak-anak.

2. Trilogi Pendidikan.

Ada 3 ( tiga)  semboyan yang sangat terkenal dari dulu hingga sekarang yaitu " ing ngarso Sung Tuladho, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri handayani ". Atau sekarang diperkenalkan dengan istilah Sistem Among. Satu demi satu akan saya paparkan apa maksud dari sistem among ini yang tentunya akan sangat berguna untuk para pengajar dalam proses pembelajaran dengan perseta didik nantinya.

1. " Ing ngarso Sung Tuladho, ( artinya Di depan memberi Teladan ) yaitu guru harus memahami secara utuh tentang bagaimana cara menjadai contoh teladan dalam budi pekerti dan tingkah laku.

2." Ing Madyo Mangun Karso,artinya di tengah membangun kehendak/ memberi semangat yaitu guru diharapkan mampu membangkitkan semangat, berswakarsa, dan berkreasi bersama murid.

3. "Tut Wuri Handayani (di belakang memberikan dorongan) yaitu guru tidah hanya memotivasi etapi juga bisa memberikan arahan, saran dan masukkan agar murid mampu mengeksplorasi daya cipta, rasa, karsa dan karyanya.

Untuk sistem among ini sendiri dasarkan oleh dua hal yaitu kodrat alam sebagai syarat untuk mencapai kemajuan pendidikan sesuai potensi murid dan kemerdekaan sebagai syarat untuk menghidupkan dan menggerakkan kekuatan lahir dan batin murid sehingga dapat mencapai keselamatan dan kebagaianan.

Pada Intinya,  anak atau murid harus dituntun untuk mengembangkan dirinya sesuai kodrat dan potensinya dengan penuh perhatian, kasih sayang yang tulis , mendampingi, merawat dan menjaganya serta doa dan harapan untuknya.

Maka guru tidak hanya memandang sistem among sebagai suatu metode atau sistem saja, tetapi lebih dari itu yaitu sebagai cara berpikir ( mindset) Among. Juga penting disadari oleh kita sebagai pendidik. Guru yang memiliki karakter dan dihormati murid, guru yang memiliki kemampuan mengelola dan mengembangkan kemampuan sosial emosional. Sehingga keberpihakan kepada murid dapat terwujudkan.

3. Pembelajaran berrpusat pada anak dan Pendidikan budi pekerti

Dari kutipan tulisan Ki hajar Dewantara " Bebas dari segala ikatan dengan suci hati mendekati sang anak, bukan untuk meminta sesuatu hak, melainkan untuk Berhamba pada sang anak "(Ki Hajar Dewantara, 1922)" [Asas Taman Siswa ke-7, diparafrasakan Profesor Sardjito, Rektor Universitas Gajah Mada di penganugrahan Doktor Honoris Causa kepada Ki Hajar Dewantara di bidang Ilmu Kebudayaan, Desember 1956.]

Selayaknya orang tua tentu berhamba kepada sang anak dan dengan seiklhas-ikhlasnya cinta kasih sayang untuk anak-anaknya tentu begitu juga yang diharapkan oleh anak didik kita sehingga tidak ada rasa benci maupun dendam kepada murid  dan sebaliknya.

Kata Menghamba tentu terasa sangat begitu asing ditelinga kita dan berasumsi negatif, Akan tetapi hal tersebut bukanlah kita harus menuruti apapun kemauan murid-murid kita tetapi disini lebih kepada pemberi layanan optimal yang didasari keikhlasan dan ketulusan. Dan perlu kita ingat  didalam memberikan layanan kepada murid , guru juga berperan sebagai penuntun. Guru tidak harus menuruti semau kemauan dan permintaan muridnya karena jika itu salah atau negatif maka guru wajib menuntunnya untuk memberikan pemahaman bahwa itu salah sehingga tidak dapat dituruti. Dan jika hal itu bagus maka perlu diberikan apresiasi sebagai bentuk pengharagaan kepada mereka.

Sebagai pusat pembelajaran anak seharusnya dapat dengan mudah menerima dan berperan aktif dalam pembelajaran. Kita sebagai guru  berupaya untuk memfasilitasi  seluruh aspek perkembangan anak didik. Salah satunya dalam proses pembelajaran selaaknya kita memperhatikan cara atau gaya belajar anak sehingga anak akan mendapatkna suanasa belajar yang menyenangkan, rasa dihargai , bebas mengeluarkan ide, berfikir kreatif  dapat mengembangakn dirinya sesuai dengan gaya atau bakat/ minat  mereka sendiri.

Dalam teorinya yaitu Teori Konvergensi, KHD menggabungkan dari dua teori yang ada yaitu teori tabularasa dan teori negatif yang isinya menjelaskan bahwa " anak bukan kertas kosong yang bisa digambar sesuai dengan keinguinan orang dewasa". Kodrat manusia sebagai suatu kertas yang sudah terisi dengan tulisan yang samar dan belum jelas arti dan maksudnya maka tugas pendidik  untuk memperjelas dan menebalkan garis samar-samar agar dapat memperbaiki lakunya untuk menjadi manusia seutuhnya.

Pertaanyaan sekarang, bagaimana cara menebalkannya ? tentu cara menebalkan laku anak dengan kekatan konteks diri anak dan konteks sosio-kultural.

Untuk konteks diri anak tentu disesuaikan dengan tahap perkembangan anak itu sendiri, anak 0 sampai 8 tahun tentu pola pengasuhannya berbeda dengan anak 8 -- 16 tahun begitu  juga dengan 16 -24 tahun. Sedangkan menebalkan laku anak dengan kekuatan konteks sosio kultur yaitu disesuaikan dengan Kondisi lingkungan anak itu berada. Seperti di kalimantan selatan 3 ( tiga) kata yang selalu kami ucapkan kepada anak-anak baik kecil maupun besar sebagi bentuk doa , pengharapan dan cinta kasih orang tua kepada anak-anaknya yaitu " Baiman-Bauntung-Batuah". 

Kata Beiman dalam bahasa indonesianya artinya Beriman, diharapkan anak-anaknya  memiliki keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga menjadikan manusia-manusia yang berakhlak mulia serta memiliki budi pekrti yang luhur. Kata Bauntung atau Beruntung artinya anak-anak mereka bakal menjadi orang yang selalu beruntung dalam mejalani hidupnya, karena bagi masyarakat banjar, orang pantai  akan kalah nasibnya dengan orang yang beruntung dan orang yag beruntung tentu akan dijauhkan dari segala kesialan-kesialan. Kata Batuah artinya memiliki karomah atau inerbeuty atau pancaran pesona yang dapat membuat ketertarikan dalam hubungan kerja sama sehingga terjalin komunikasi yang lancar. Dengan doa dan pengharapan tersebut maka diharapkan anak-anak semuanya memiliki budi pekerti yang baik.

Pengertian Budi pekerti tersebut dapat diartikan sebagai watak atau karakter yaitu keseimbangan hidup antara cipta, rasa , karsa dan karya. Budi pekerti melatih anak untuk memiliki kesadaran diri yang utuh untuk menjadi dirinya  sendiri.  Dengan demikian akan melahirkan generasi yang bijak dalam menghadapi permasalahan  hidupnya.

Dari tiga garis besar  filosopi pendidikan menurut Kihajar dewantara mengisaratkan bahwa guru dan murid dapat berkolaborasi untuk menginisiasi/ menciptakan kedalaman spiritual, intelektual dan sosial serta merdeka belajar untuk mencapai keselataam dan kebahagian sebagai manusia terkhusus untuk mewujudkan strudent wellbeing.

Nah sekarang bagaimana cara kita untuk mengaplikasikan dalam kontektual di dalam kelas atau di sekolahan.

Ada banyak tips yang akan saya berikan diantaranya yang pertama adalah pendidk harus memahami bahwa pendidikan sebagai tuntunan, sehingga pendidik harus bisa memahami kondisi siapa yang akan di tuntun, harus siap untuk menjadi pelayan yang melayani secara optimal, mampu menjadi pemimpin pembelajaran yang dalam implemetasinya paham akan sistem atau metode among serta memfokuskan pada pembelajaran berpusat pada murid dan pembelajaran berdiferensiasi.

Yang kedua, seorang guru harus bisa memotivasi murid untuk belajar dan meningkatkan semagat yang tumbuh dari kesadarab diri sendiri, bukan karena takut pada guru atau orang lain.selain itu yang tak kalah penting yaitu pendidik atau seorang guru harus bisa menjadi contoh teladan ( role model bagi siswa dan rekan sejawatnya) dan agen perubahan serta mampu mengikuti perubahan sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman murid-muridnya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun