Pada setiap kejadian ada hikmah, ada pelajaran. Manusia tidak mau jatuh dua kali pada lobang yang sama. Semisal, siswa yang dapat nilai jelek harus belajar tekun agar nilainya bagus. Karyawan yang ditegur atasannya harus memperbaiki kinerjanya agar diapresiasi.
Bencana yang menimpa Palu dan Donggala sangat luar biasa. Gempa. Tsunami. Likuifaksi. Penjarahan. Fitnah. Kurang apa coba derita masyarakat di sana. Sudah jatuh tertimpa tangga.
Bagi yang beriman bencana adalah ujian. Tapi bagi pelaku maksiat, bencana adalah azab.
Sungguh telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar. (Surah Ar Ruum : 41).
Berkaca pada kisah umat terhadulu, umat Nabi Nuh ditenggelamkan karena tidak mempercayai kenabian Nabi Nuh. Kaum Ad diazab karena mengingkari Allah dan kerasulan Nabi Hud. Kaum Madyan diserang hawa panas dan disambar petir ketika meremehkan dan menolak kerasulan Nabi Syuaib. Kaum Tsamud dihadiahi suara guntur dari langit yang memekakkan telinga karena mendustakan kenabian Nabi Shalih. Kaum Sodom dihujani batu dari langit karena prilaku seks menyimpang/LGBT.
Mari kita lihat situasi di sekitar saat ini. Perilaku maksiat merajalela. Perusakan moral, prilaku seks menyimpang/ LGBT, peredaran minuman keras, prostitusi, seks bebas, syirik atas nama pelestarian adat dan budaya, fitnah dan banyak penyakit sosial lainnya.
Di tingkat yang lebih tinggi, hukum Allah diinjak-injak. Keluar statement hukum konstitusi di atas hukum agama adalah bukti nyata.
Cukuplah azab yang ditimpakan pada umat terdahulu menjadi pelajaran bagi kita.
Allah berfirman: Sudah merasa amankah kamu, bahwa Dia yang di langit tidak akan membuat kamu ditelan bumi ketika tiba-tiba ia terguncang? Atau sudah merasa amankah kamu, bahwa Dia yang di langit tidak akan mengirimkan badai yang berbatu kepadamu? Namun kelak kamu akan mengetahui bagaimana (akibat mendustakan) peringatan-Ku. Sungguh, orang-orang yang sebelum mereka pun telah mendustakan (rasul-rasul-Nya). Maka betapa hebatnya kemurkaan-Ku! (Surah Al Mulk 16-18)
Tulisan ini tidak sedang menghakimi korban bencana. Kita berempati pada mereka. Tetapi mendiamkan kemaksiatan yang ada di lokasi bencana sebelum dan setelahnya adalah pengingkaran terhadap logika dan ayat-ayat Allah.
Dalam situasi apapun nahyi mungkar tetap harus disampaikan. Karena azab Allah tidak ditimpakan hanya pada pelaku maksiat tetapi juga pada orang-orang bertakwa tetapi berdiam diri terhadap kemaksiatan.
Meminjam istilah mitigasi bencana. Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, melalui penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.
Mitigasi utama yang harus ditempuh saat ini adalah taubatan nasuha. Menyadari segala dosa dan mohon ampun pada Allah. Setelahnya bertakwa hanya pada Allah saja.
Menghindari bencana tidak cukup hanya dengan mengenali dan mengidentifikasi tanda-tanda alam dan bersiap siaga dengannya. Pencegahan bencana yang utama adalah mendekatkan diri pada Penguasa Alam Raya, Allah SWT.
Untuk itu mari perbaiki hubungan dengan Allah, jauhi semua maksiat, tegakkan hukum syara' dalam segala aspek kehidupan. Hentikan berkembangnya paham-paham kufur semisal sekulerisme, pluralisme, komunisme dan liberalisme. Stop peredaran miras dan narkoba. Jauhi praktek enonomi ribawi. Tutup kesempatan pada tumbuh suburnya LGBT dan prostitusi.
Segera perbaiki hubungan dengan sesama manusia. Hentikan fitnah, adu domba, kriminalisasi ulama dan ormas Islam.
Terus perbaiki diri dan keluarga. Tutuplah aurat, sholat di awal waktu, hindari memakan riba, tegakkan sholat malam dan puasa sunnah. Dan perbanyaklah zikir. Dengan ini maka Allah akan limpahkan keberkahan.
Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan. (Surah Al A'rof 96).
Iman dan takwa adalah tiang-tiang pancang yang akan menopang bumi Indonesia dari resiko bencana gempa yang lebih dahsyat lagi.Â
Tetap optimis dengan masa depan Indonesia. Jangan takut bencana. Karena Allah telah tetapkan- cara terbaik kembali padaNya selama patuh pada syariahNya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H