Mohon tunggu...
Miratusalimah
Miratusalimah Mohon Tunggu... Administrasi -

find another piece of min in emimierara.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cinta Lama Belum Kelar #38 (Kelar...!!)

12 Mei 2013   19:15 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:41 491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Devina: Cinta Butuh Kepercayaan

Gillian, kakak iparku yang bule itu mulai simpatik pada Majendra. Dia bilang, “He’s the man that I’ve been dreaming in high school. After Johny Depp…”

“And now you can only dreaming about my brother.”

“No, I like dreaming about the other with your brother sleeping beside me.” candanya. “So, Tell me about him?” Gillian menuntut. Ia duduk bersila di atas tempat tidurku dantidak mengizinkanku untuk tidur.

KemunculanMajendra hari ini menjadi hiburan mendadak seluruh keluarga. Semuanya melempar senyum aneh seraya meledekku. Mereka tidak habis-habisnya memperlakukanku seperti anak kecil yang sering dibuat malu.

Mamaku berucap syukur sedalam-dalamnya karena akhirnya ada laki-laki yang mengatakan cinta padaku. Saking aku jarang memperkenalkan seorang laki-laki sebagai pacar padanya, ia menduga aku abnormal dan khawatir aku jadi perawan tua.

Aku masih mengelak kalau Majendra adalah pacarku. Hanya saja perasaanku padanya memang spesial. Tapi mereka tidak mendengarkanku dan hanya berasumsi sendiri.

Setelah bercerita panjang lebar dengan bahasa inggris yang seringkali dikoreksi oleh Gill, aku merasa letih.

“How can everybody seems to like him? They don’t even know him..” Aku heran.

“It’s because everybody is open about an opportunity.” Katanya bijak, “Robbie is right, you’re introvert!” komentarnya.

“I just need to think before I give my trust to him again.” Aku pun beralasan.

-----------------------

Satu-satunya orang yang mengerti situasiku adalah Ayu. Kini ia kembali lagi ke Jakarta. Aku membantunya beres-beres di apartemen yang ia sewa dekat dengan unit ku. Ia tertawa sambil menceritakan betapa bodohnya saat Majendra bicara kalau ia ingin menggagalkan pertunanganku. Entah dari mana Majendra bisa mendengar kabar yang salah. Tapi Ayu tak ingin berkata apa-apa, dengan spontan ia membiarkan Majendra berpikir seperti itu. Sehingga ia akan panik dan melakukan hal bodoh di acara itu.

Dari Ayu pun aku tahu kalau Galang dan Majendra akhirnya ribut gara-gara aku. Tentu saja berita sekecil apapun akan terkuak. Semua sudah diprediksi, semua maklum.

Majendra telah menjadi bagian hidupku lagi. Dia memaksaku menerima account Facebook nya lagi sebagai mention di status in relationship. Ia memajang foto kami bersama sebagai profile pic di semua account social network yang ia punya. Ia lebay seperti anak SMA yang baru jadian.

Kami kini menjadi pasangan yang normal. Saling menghubungi setiap hari. Berciuman romantis tiap ada kesempatan dan aku harus tega mengusirnya dari apartemenku lewat jam 8 malam. Meski alam bawah sadarku ingin dia selalu berada dekat dengan ragaku.

Mama dan Papa selalu menanyakan Majendra setiap kali aku muncul di rumah. Dan mereka sangat serius memperhatikan pacarku itu. Mereka juga serius saat bilang kalau Majendra harus menjadi pagar bagus di acara pernikahan Shinta nanti. Aku enggan memberitahunya, tapi ternyata si Mama sudah memintanya sendiri. Dan dengan seringai terpaksa Majendra pun mau.

Aku biarkan ia hadir setiap saat ia inginkan. Di apartemen, di kantor, dan di rumah orang tuaku. Terkadang aku tidak suka memandangnya yang lebih dandan daripada biasanya. Memakai minyak rambut yang membuat jidatnya juga licin dan berwangi seperti pria metroseksual.

Sudah kubilang kalau aku paling tidak suka kalau penampilannya agak maksa. Dasar cowok aneh.

Majendra segera menurunkan jambul lepeknya dan berkata, “Yaudah, aku nggak akan maksa norak lagi. Asalkan tiap hari kita sama-sama.”

“Lho, emang sudah dua bulan ini kita sama-sama terus kan?” aku mengingatkan. “Ya kecuali waktu kemarin aku pergi ke Tidore tanpa kamu, lalu kamu pergi ke Banjarmasin…. ”

“Tuh kan, masih aja pura-pura nggak ngerti!” Majendra mengempit bibirku gemas. “Sama-sama dalam satu rumah dan satu akte keluarga, Yank… !”

Tentu saja aku tahu. Hanya saja aku ragu. Aku masih menginginkan hubungan ini berjalan dengan waktu yang kupercayai akan membuka segalanya.

Sambil memandangku takjub yang sedang menegak ocha hangat di ruang tamu apartemen, ia pun berkata lagi, “Would you marry me?”

Aku mendelik, menolak genggaman hangatnya karena ingin segera mengambil biskuit.

“Kamuuu ahhhh….. Udah berapa kali aku nanya masih gak jawab-jawab!” Ia mulai sewot. “Ngambek ahhhh!”

Majendra, apa yang ia pikirkan melamarku di apartemenku sendiri. Dengan ocha dan biskuit yang kusuguhkan sendiri. Dan ini ketiga kalinya ia melamarku dengan tidak romantis. Sebelumnya ia melamarku di lampu merah saat mengantarku pulang dengan motornya. Dan setelah itu adalah saat di mana ia keluar dari WC sebuah Mall.

“Oh, maafkan Yank. Aku nggak tau kalo itu pertanyaan serius buat aku. Abisan aku tahu kamu gombal!” jawabku sekenanya.

“Aku tahu. Kamu belum percaya kan? Besok ada kondangan, aku buktikan di sana.” katanya.

“Kondangan siapa?”

“Ada deh.”

------------------------------

Aku ikut apa katanya. Siang hari ia mengantarku ke salon dan memberitahu pada sang hairdresser, kalau ia ingin pacarnya tampil anggun.

“Kenapa mesti heboh sih, kondangan doang aja.”

“Karena kondangan yang ini spesial, Yank!” ia beralasan. Tapi tetap saja ia menolak memberitahuku siapa yang akan menikah hari ini.

Hingga saatnya aku menginjakkan kaki di gedung pernikahan tersebut. Ia menuntunku seperti seorang putri.

Seorang anak remaja perempuan berpipi tebal menghampiri kami dan menyapa Majendra dengan sebutan A’a. Ia memperkenalkan diri sebagai adiknya Majendra, biasa dipanggil Ririn. Wajahnya sangat tidak mirip dengan Majendra yang cenderung bertulang pipi tirus.

“Siapa yang married, sepupu kah?” tanyaku pada Ririn.

Air wajah Ririn berubah. “Bukan, Kak!” jawabnya.

“Yank, aku mau kamu ketemu seseorang, yuk!” ajaknya manis.

Kami pun meninggalkan Ririn dan pergi ke ruang rias pengantin.

Rencananya, ijab kabul akan dilaksanakan 1 jam lagi. Dan sang pengantin Pria dan keluarganya baru terlihat tiba di depan gedung.

“Mel, gua bawa Devina…” Majendra menyapa sang pengantin yang sudah rapih berkebaya putih dan bersanggul klasik.

Perempuan itu menyambutku dengan senyuman hangat. Wajahnya terlihat familiar dan Majendra memanggilnya Mel. Aku pun baru tersadar, kalau dia adalah Melati, mantan tunangan Majendra.

“Hai Dev, senang bisa kenalan sama lo!” ucapnya.Jadi rupanya Melati akan menikah dengan orang lain.Apakah ini alasan dia membatalkan pertunangannya terdahulu.

“Hai Mel, cantik sekali!” puji ku seraya membalas senyuman hangatnya.

“Mungkin lo gak tahu, kalau tadinya gue sama Aje akan menikah hari ini. Tapi kami berdua membatalkannya,” Jelas dia. “Karena kita mencintai orang lain.”

Hatiku berdesir. Wangi bunga mawar dan melati segar menggelitik hidungku. Apa maksudnya Majendra membawaku kepada mantan tunangannya. Bukankah ia dulu mencintainya lalu menyakitinya.

“Jadinya hari ini gue akan menikah dengan laki-laki yang gue cintai, namanya Tommy.” Jelasnya. “Aje bilang, lo belum jawab lamaran dia. Apa lo masih nggak percaya sama dia?”

Aku langsung melengok keMajendra. Dia itu selalu tahu caranya memojokkanku. Dan ia pikir cara ini adalah cara yang tepat untuk membuatku sadar ia mencintaiku.

“Oke. Majendra cerita apa aja sama lo?” Aku begitu penasaran tentang bagaimana perasaan mereka masing-masing sekarang.

“Gak banyak. Tapi gue tahu dia serius cinta sama lo.” Ujarnya sedikit sok tahu, menurutku. “Sekarang jawab pertanyaan gue.” Melati memegang dua tangan ku. “Apa lo mau, nikah sama Majendra?”

Ini pasti karena Majendra sudah kehabisan akal kata-kata gombal untuk melamarku lagi. Atau memang dia tidak mengerti romantisme yang kuidam-idamkan saat dilamar seseorang. Seperti yang pernah dilakukan Gregory, namun aku malah menolaknya.

“Ya. Gue mau!” Hari ini aku jujur. Hari ini aku percaya padanya.

Melati dan aku pun segera berpelukan.

Majendra tersenyum senang dan bersorak gembira. “Asyiiiik!!! Gitu dong, dijawab. Jangan digantungin mulu..!” katanya.

“A’a, ngapain kamu di sini. Ini kamar perempuan. Nanti ada yang marah, calon pengantin cowoknya!” seorang ibu-ibu mendatangi kami. Ia langsung mengusir Aje keluar.

“Ibuu, berisik wae !” Jawab Majendra. Ia mengecup dahi ibunya sambil senyum konyol seperti saat Spongebob Squarepants menari di padang ubur-ubur.

“Geloooo !” semprot Ibunya saat dipeluk mesra oleh anaknya. “Eh, ada temannya Melati ?” Si Ibu menatapku.

“Kenalin Tante, ini calon mantu Tante!” Tembak Melati langsung.

Ibu Majendra memandangku dari atas ke bawah, lalu tersenyum.

“Apa kabar Tante?!” Sapaku santun saling meletakan tangannya di dahi ku.

“A’a, beneran?” Ibunya Aje nampak bingung.

“Iya Bu, tadi barusan dia setuju kawin sama A’a. Gimana Bu?”

Ibunya Aje lalu menepuk punggungku dan bertanya, “Kamu yakin mau sama anak Tante???”

“Ya jelas lah. A’a kan anak Ibu yang paling kasep,” ceplosnya.

“Narsis!” Komentar Ibunya. “Aduuuh, nggak nyangka. Yang mau sama anak Tante geulis pisan..” katanya sembari tepuk tangan kecil. “Sok, nanti ngobrol lagi sama Tante, namina saha?”

“Devina, Bu!” Jawab Aje untukku.

“Devina geulis. Sok kalian keluar dulu. Keluarga penganten laki-lakinya sudah datang. Acara segera dimulai !” Ia terlihat sibuk di pernikahan yang bukan sama sekali keluarganya.

Aku dan Majendra pun keluar untuk menyaksikan Ijab kabul. Wajah Melati dan calon suaminya yang bernama Tommy begitu bahagia. Menyiratkan kalau apa yang mereka rasakan dan perjuangkan begitu mantap. Aku dan Majendra saling pandang. Sore tiba begitu cepat dan kami melanjutkan pembicaraan tentang mimpi kebersamaan yang didambakan.

TAMAT

Terima kasih Apresiasinya,


Mira

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun