Mohon tunggu...
Emil Rahmansyah
Emil Rahmansyah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Terus belajar dan berbagi untuk masyarakat.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Keutamaan Ilmu dan Etika bagi Sang Pelajar serta Pengajarnya

9 Januari 2021   12:44 Diperbarui: 9 Januari 2021   12:48 1370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Di dalam Al-Qur'an terdapat banyak dalil atas keutamaan ilmu. Di antaranya, firman Allah Ta'ala, "Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat." (QS. Al-Mujadilah: 11). Ibnu Abbas ra. berkata bahwa para ulama mempunyai derajat-derajat di atas orang-orang mukmin sebanyak 700 derajat, jarak antara dua derajat adalah perjalanan 500 tahun. Allah Ta'ala berfirman, "Katakanlah: Adakah sama-sama orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" (QS. Az-Zumar: 9). Allah Ta'ala berfirman pula, "Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia dan tiada yang memahaminya, kecuali orang-orang yang berilmu." (QS. Al-Ankabut: 43).

            Allah mengangkat derajat manusia dengan ilmu, lalu menjadikan mereka dalam kebaikan sebagai pemimpin dan pemberi petunjuk yang diikuti, petunjuk dalam kebaikan, jejak mereka diikuti dan perbuatan-perbuatan mereka diamalkan.

            Para malaikat ingin menghiasi mereka dan mengusap mereka dengan sayap-sayapnya. Setiap benda yang basah dan yang kering bertasbih bagi mereka dan memohon ampun bagi mereka, bahkan ikan-ikan di laut dan binatang-binatangnya, hewan-hewan buas dan ternak di darat serta binatang di langit. Sebab ilmu menghidupkan hati dan menerangi pandangan yang gelap serta menguatkan badan yang lemah.

            Dengan ilmu, hamba mencapai kedudukan orang-orang yang saleh serta derajat yang tinggi. Memikirkan ilmu sama dengan puasa dan mengkaji ilmu sama dengan salat malam. Dengan ilmu, Allah ditaati dan disembah serta diesakan. Dengan ilmu, manusia berhati-hati dalam mengamalkan agama dan memelihara hubungan kekeluargaan. Ilmu adalah pemimpin dan amal adalah pengikutnya. Orang yang mendapat ilmu adalah orang yang bahagia, sedangkan orang yang tidak mendapatkannya adalah orang yang sengsara.

            Dari segi akal, jelaslah bahwa ilmu itu sesuatu yang utama. Karena dengan ilmu, manusia sampai kepada Allah Ta'ala dan menjadi dekat dengan-Nya. Ia pun memperoleh kebahagiaan abadi dan kenikmatan yang kekal. Maka, orang alim dengan ilmunya menanam bagi dirinya kebahagiaan abadi dengan mendidik akhlaknya sesuai dengan tuntutan ilmu. Barangkali pula dengan pe-ngajaran ia menanamkan kebahagiaan abadi karena ia mendidik akhlak orang-orang lain dan menyeru mereka kepada perbuatan yang mendekatkan mereka kepada Allah Ta'ala. "Serulah (manusia) kepada Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan jalan yang baik." (QS. An-Nahl: 125).

            Ia menyeru orang-orang khawas dengan hikmah dan menyeru orang-orang awam dengan nasihat-nasihat serta para pembangkang dengan bantahan. Maka, ia menyelamatkan dirinya dan orang lain, dan inilah kesempurnaan manusia.

            Ketika seorang muslim sudah baligh, mereka harus mengetahui dua kalimat syahadat dan memahami maknanya. Mereka tidak wajib menyempurnakannya degan bukti-bukti, tetapi cukup meyakini hal itu tanpa keraguan, walaupun secara taklid. Demikianlah yang dilakukan Rasulullah Saw. dengan orang-orang Arab Badui. Setelah itu orang muslim belajar peritah-perintah Allah Ta'ala yang selalu datang kepadanya, seperti lima rukun islam.

            Kita juga perlu mempelajari perbuatan maksiat yang harus ditinggalkannya setiap hari sesuai dengan kebutuhannya. Jika timbul keraguan di hati mengenai akidah, kita pun wajib belajar dan menyelidiki sekadar untuk menghilangkan keraguan serta belajar ilmu yang menyelamatkannya dari perbuatan yang membinasakan serta menaikkan derajatnya. Mempelajarinya adalah wajib bagimu dan imu-ilmu yang selain itu adalah fardhu kifayah, bukan fardu ain.

            Adapun kita (pelajar) yang mempelajari ilmu memiliki beberapa adab yang perlu diperhatikan, diantaranya terbagi menjadi tujuh tugas. Tugas Pertama ialah mendahulukan kebersihan jiwa dari akhlak yang rendah. Bukanlah yang dimaksudkan itu kebersihan baju, tetapi kebersihan di dalam hati. Hal itu ditunjukkan oleh firman Allah Ta'ala: "Sesungguhnya orang-orang musyrik itu najis." (QS. At-Taubah: 28), sedangkan najasah tidak khusus mengenai baju. Maka, selama batin tidak dibersihkan dari hal-hal yang keji, ia pun tidak menerima ilmu yang bermanfaat dalam agama dan tidak diterangi dengan cahaya ilmu.

            Tugas Kedua ialah mengurangi kesenangan-kesenangan duniawinya dan menjauh dari kampung halaman hingga hatinya terpusat untuk ilmu. Allah tidak menjadikan dua jantung bagi seseorang di dalam rongga badannya. Oleh karena itu dikatakan, "Ilmu itu tidak memberikan sebagiannya hingga engkau memberinya seluruh milikmu."

            Tugas Ketiga ialah tidak sombong dalam menuntut ilmu dan tidak membangkang kepada guru, tetapi memberinya kebebasan. Seperti orang sakit yang gawat memberi kebebasan kepada dokter tanpa berbuat sewenang-wenang terhadapnya dengan sesuatu dalam menuntut suatu macam obat tertentu. Patutlah ia terus berkhidmat kepada guru. Dikatakan bahwa ilmu itu enggan masuk kepada orang yang sombong seperti banjir tidak dapat mencapai tempat yang tinggi.

            Tugas Keempat adalah menghindar dari mendengarkan perselisihan-perselisihan di antara sesama manusia, karena hal itu menimbulkan kebingungan. Tugas Kelima ialah tidak menolak suatu bidang ilmu yang terpuji, tetapi ia menekuninya hingga mengetahui maksudnya. Jika umur membantunya, ia pun menyempurnakannya. Kalau tidak, ia memiliki yang paling penting dan pilihan yang paling penting dapat dilakukan setelah mengetahui seluruhnya.

            Tugas Keenam ialah mengalihkan perhatian kepada ilmu yang terpenting, yaitu ilmu akhirat. Dimaksudkan dengan itu bagian muamalat dan mukasyafah, sedangkan mukasyafah adalah makrifatullah (mengenal Allah). Itu adalah cahaya yang dimaksudkan Allah Ta'ala di dalam hati yang bersih dengan ibadah dan mujahadah. Ilmu yang paling mulia dan puncaknya adalah mengenai Allah. Ini adalah lautan yang tidak terjangkau dasarnya. Derajat manusia yang terjauh di dalamnya adalah tingkat para Nabi dan wali, kemudian orang-orang sesudah mereka.

            Tugas Ketujuh adalah bila tujuan pelajar dalam keadaan itu ialah menghiasi batinnya dengan sifat yang menyampaikannya kepada Allah Ta'ala dan derajat tertinggi di antara malaikat muqarabin (yang dekat dengan Allah), sedangkan dengan itu ia tidak mengharapkan kepemimpinan, harta dan kedudukan.

            Dalam proses pencarian ilmu, sebaik-baiknya keadaan adalah yang dikatakan mengenal ilmu dan amal. Itulah orang yang dinilai agung dalam kerajaan langit. Tidaklah patut ia menjadi seperti jarum yang memberi pakaian kepada selainnya, sedangkan ia sendiri telanjang, atau seperti sumbu lampu yang menyinari lainnya, sedang ia sendiri terbakar. Barangsiapa menjalankan tugas sebagai pengajar, maka ia pun telah melakukan tugas yang besar. Oleh sebab itu, hendaklah ia memelihara tata krama dan tugas-tugasnya.

            Tugas Pertama ialah menunjukkan kasih sayang kepada pelajar dan menganggapnya seperti anak. Adapun pengajaran yang bertujuan keduniaan, ia menimbulkan kebinasaan. Apabila demikian halnya, maka hendaklah murid-murid dari satu orang saling mencintai. Sesungguhnya para ulama dan pecinta akhirat berjalan menuju Allah Ta'ala dan menempuh jalan ke situ, sedangkan dunia berikut tahun-tahun dan bulan-bulannya adalah tempat-tempat persinggahan di jalan.

            Tugas Kedua ialah mengikuti teladannya berdasarkan sabda Rasul Saw., "Janganlah kamu meminta upah atas pengajaran." Allah Ta'ala berfirman, "Kami tidak menghendaki balasan dari kamu maupun terima kasih." (QS. Al-Insan: 9). Walaupun ia mempunyai jasa atas mereka, mereka pun mempunyai jasa atasnya karena mereka menyebabkan pendekatan dirinya kepada Allah Ta'ala dengan menanamkan ilmu dan iman dalam hati mereka.

            Tugas Ketiga ialah tidak menyimpan sesuatu nasihat bagi hari esok seperti melarangnya dari mencari kedudukan sebelum patut memperolehnya dan melarangnya belajar ilmu yang tersembunyi sebelum menyempurnakan ilmu yang terang.

            Tugas Keempat ialah menasihati pelajar dan melarangnya dari akhlak tercela, bukan dengan cara yang tegas, tetapi sindiran. Sebab, penegasan menghilangkan wibawa, dan patutlah ia bersikap lurus, kemudian menuntutnya bersikap lurus. Kalau tidak, maka nasihat itu tidak berguna, karena meneladani perbuatan lebih kuat daripada meneladani perkataan.

            Pada saat menekuni suatu ilmu, orang alim akan mengalami dua kemungkinan, yaitu kebinasaan atau kebahagiaan abadi. Al-Khalil bin Ahmad berkata bahwa manusia itu ada empat macam, yaitu:

1.         Ada orang yang tahu dan tahu bahwa ia mengetahui, maka itulah orang alim dan   ikutilah dia.

2.         Ada orang yang tahu dan tidak tahu bahwa ia mengetahui, maka itulah orang yang tidur dan bangunkanlah dia.

3.         Ada orang yang tidak tahu dan ia tahu bahwa ia tidak mengetahui, maka itulah orang yang memerlukan bimbingan dan ajarilah dia.

4.         Ada orang yang tidah tahu dan ia tidak tahu bahwa ia tidak mengetahui, maka itulah orang yang bodoh dan waspadalah terhadapnya.

            Akal adalah sumber ilmu. Hakikat akal adalah naluri yang digunakan untuk memahami pengetahuan-pengetahuan teoritis. Seakan-akan akal adalah cahaya yang dimasukkan di dalam hati, yang mana manusia siap memahami segala sesuatu. Hal itu berbeda-beda menurut perbedaa naluri-naluri. Wallahu a'lam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun