Mohon tunggu...
Emil RachmanMuhammad
Emil RachmanMuhammad Mohon Tunggu... Mahasiswa - -

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menjaga Penerapan Sikap Nasionalisme di Masa Serba Digital

11 November 2022   10:10 Diperbarui: 11 November 2022   10:34 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nasionalisme, sebuah kata yang selalu kita dengarkan, di lingkungan Sekolah maupun di lingkungan Keluarga, Nasionalisme pada dasarnya merupakan manifestasi psikologis berupa rasa kesetaraan antar kelompok yang meningkatkan kesadaran berbangsa. Bangsa adalah sekelompok orang yang tinggal di suatu wilayah tertentu yang memiliki kesamaan pengalaman sejarah dan rasa solidaritas yang timbul  suatu tujuan bersama yang ingin mereka wujudkan dalam bentuk suatu bangsa, Bahkan di Indonesia ketika dimasa penjajahan, secara eksplisit ada sebuah kesepakatan bulat yang menyatakan benih-benih nasionalisme ataupun faktor-faktor pembangun nasionalisme adalah karena terjadi sebuah penjajahan sebelumnya pada suatu komunitas bangsa (Kahin, 2013)

Menurut Hans Kohn dalam studinya menyebutkan bahwa Nasionalisme merupakan sebuah ideologi yang didasarkan pada premis bahwa kesetiaan dan pengabdian individu kepada negara atau bangsa melampaui kepentingan individu atau kelompok lain. (Kohn, 1944) Bahkan Hans Kohn, menciptakan istilah yang masih relevan dengan masa sekarang, yaitu: "nationalism is a state of mind in which the supreme loyalty of individual is felt to be due the nation state". Nasionalisme itu adalah ideologi yang menyatakan bahwa kesetiaan tertinggi individu tunduk pada negara.

Nasionalisme sangat penting untuk kelangsungan hidup negara dan harapan untuk menciptakan rasa persatuan di dalam negara. Apa situasi saat ini? Di era serba menggunakan teknologi, era globalisasi ini, sikap nasionalisme dinilai mulai luntur terutama di kalangan generasi muda. Budaya dan teknologi eksternal menghiasi kebiasaan generasi muda saat ini. Tidak peduli adat apa yang cocok dengan budaya kita. Namun, kebiasaan anti budaya kita tentu menimbulkan beberapa masalah, dan juga mempengaruhi tingkat nasionalisme terhadap negara.

Seperti yang disebutkan penulis sebelumnya, meminjam studi dari Kahin, bahwa nasionalisme di Indonesia ini terlahir sudah cukup lama, terlahir karena adanya penjajahan dimasa itu, Dengan munculnya era digital, seharunya generasi muda tetap menjaga bahkan menerapkannya dalam kehidupannya sehari-hari. Namun nyatanya banyak yang tidak dapat untuk mempertahankan nasionalisme. Menurut Murdiono, Nasionalisme masih menjadi isu yang sangat penting di Indonesia (Mukhamad Murdiono, 2020). Indonesia akan mengalami bonus demografi pada 2030. Artinya, kemajuan negara ada di tangan kita, sehingga penduduk usia kerja lebih tinggi daripada penduduk usia tidak kerja. Mereka akan lebih baik menyebarkan sikap nasionalis di era digital

Dunia menjadi tanpa batas dengan derasnya teknologi, terutama teknologi komunikasi dan informasi. Peristiwa yang terjadi di belahan dunia lain dapat dideteksi dengan cepat. Penggunaan teknologi internet telah membuat informasi mudah diakses oleh orang-orang di seluruh dunia tanpa memandang batas waktu dan geografis. Internet dapat berperan dalam pertukaran informasi dan ide antara pemerintah dan warga negara (Hult, 2011)

Menurur Benczes, Di era global abad 21, negara-negara dengan kekuatan politik dan ekonomi yang besar akan muncul sebagai negara adidaya yang dapat "mengancam" keberadaan negara-negara pinggiran yang memiliki kekuatan kecil, baik secara politik maupun ekonomi. Tren yang terjadi di negara adidaya akan diikuti oleh negara-negara berkembang di dunia. Gaya hidup konsumtif dan hedonistik yang tumbuh subur di masyarakat Barat, dengan budaya individualisme perlahan-lahan mencemari budaya luhur bangsa Timur yang dikenal dengan sejarah, dan memiliki semangat kebersamaan yang kuat. (Benczes, 2014)

Produk-produk yang ditawarkan di era digital begitu indah karena informasi dapat ditemukan dengan sangat mudah dan segala sesuatu dapat ditemukan dengan cepat tanpa hambatan. dalam teknologi. Teknologi adalah sistem pendukung yang digunakan orang untuk memecahkan masalah mereka.

Penggunaan internet di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya sehingga tidak ada jarak antara satu orang dengan yang lain, sehingga wawasan radikal dapat memicu semakin terkikisnya sikap nasionalis masyarakat online. Dalam pemanfaatan ruang digital ini, ada tiga faktor yang dapat menaungi sikap nasionalis, pertama ruang digital memfasilitasi penyebaran konten yang dapat menghambat cinta tanah air, kedua ruang digital dapat memfasilitasi penyebaran apa yang dibutuhkan. untuk diimpor dan menemukan target utamanya, dan akhirnya ruang digital bisa menjadi alat untuk mempromosikan radikalisme

Dengan begitu, Diharapkan kedepannya warga negara Indonesia dapat mulai membangkitkan sikap nasionalis dan pemikiran radikal yang nantinya tidak tergoyahkan dan akan dihancurkan dan di era digital ini, Teknologi dapat membantu mengembangkan sikap nasionalisme di era sekarang ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun