Tradisi Sanggring Kolak Ayam di Desa Gumeno ini sejalan dengan penerapan pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan. Tradisi ini dapat menumbuhkan karakter, melestarikan budaya, dan memperkuat semangat kebangsaan.Â
Dimana Ki Hajar Dewantara sendiri adalah Bapak Pendidikan Indonesia yang mewariskan pemikiran-pemikiran luhur tentang pendidikan yang relevan hingga saat ini. Pemikirannya berfokus pada pendidikan yang berpusat pada anak (Tut Wuri Handayani) dan memerdekakan anak (Ing Ngarsa Sung Tulodho, Ing Madya Mangun Karso).Â
Adapun "Trilogi Pendidikan Ki Hajar Dewantara" yakni kodrat alam, kodrat zaman, dan kemerdekaan yang sejalan dengan nilai budaya. Pemikirannya selaras dengan nilai-nilai luhur sosial budaya di berbagai daerah di Indonesia, termasuk Kota Gresik, Jawa Timur yang kental akan nilai-nilai luhur pada masyarakatnya juga kearifan lokal "warisan budaya Wali Songo". Â
Â
Tradisi Sanggring Kolak Ayam di Desa Gumeno, Gresik, Jawa Timur, banyak nilai luhur yang sejalan dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan. Beberapa contohnya:
- Tut Wuri HandayaniÂ
- Tokoh masyarakat dan sesepuh desa yang mempelopori tradisi Sanggring berperan sebagai "guru" yang membimbing dan mengarahkan generasi muda dalam menjaga tradisi. Tradisi Sanggring menjadi media pembelajaran bagi generasi muda tentang nilai-nilai budaya, sejarah, dan gotong royong.
- Ing Madya Mangun KarsaÂ
- Masyarakat Desa Gumeno aktif dan kreatif dalam mempersiapkan dan melaksanakan tradisi Sanggring Kolak Ayam. Tradisi ini menjadi wadah bagi masyarakat untuk berkarya dan berkolaborasi bersama-sama mengembangkannya dengan kreasi dan inovasi baru, seperti variasi resep kolak ayam dan pertunjukan seni budaya.
- Ing Ngarsa Sung TulodhoÂ
- Tokoh masyarakat Desa Gumeno menjadi teladan bagi generasi muda dalam menjaga nilai-nilai budaya dan tradisi. Tradisi Sanggring mencerminkan nilai-nilai moral seperti kebersamaan, gotong royong, dan rasa syukur.
- Trilogi Pendidikan:
- Kodrat Alam: Tradisi Sanggring memanfaatkan sumber daya alam lokal seperti ayam dan santan untuk diolah menjadi hidangan kolak.
- Kodrat Zaman: Tradisi ini terus berkembang dan beradaptasi dengan zaman dengan memanfaatkan media sosial untuk promosi dan dokumentasi tanpa kehilangan nilai-nilai luhurnya.
- Kebutuhan Anak: Tradisi ini memberikan pengalaman belajar yang berharga bagi anak-anak tentang budaya dan tradisi leluhur.
Dari keseluruhan pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan selaras dengan nilai-nilai luhur sosial budaya Gresik, yakni :
- Pendidikan yang berpusat pada peserta didik: Ki Hajar Dewantara menekankan pentingnya pendidikan yang berpusat pada peserta didik. Hal ini sejalan dengan nilai religiusitas di Gresik, di mana peserta didik dididik untuk menjadi pribadi yang beriman dan bertakwa.
- Pendidikan yang memerdekakan: Ki Hajar Dewantara menginginkan pendidikan yang memerdekakan peserta didik agar mereka dapat berkembang sesuai kodratnya. Hal ini sejalan dengan nilai kebersamaan di Gresik, di mana peserta didik dididik untuk hidup berdampingan dan saling membantu.
- Pendidikan yang menumbuhkan budi pekerti luhur: Ki Hajar Dewantara menekankan pentingnya pendidikan budi pekerti. Hal ini sejalan dengan nilai keteladanan di Gresik, di mana peserta didik dididik untuk mencontoh akhlak mulia para ulama dan kiai.
- Pendidikan yang berwawasan budaya: Ki Hajar Dewantara menghargai kearifan lokal. Hal ini sejalan dengan nilai kearifan lokal di Gresik, di mana peserta didik dididik untuk memahami dan melestarikan tradisi dan budaya setempat.
Tradisi Sanggring Kolak Ayam di Desa Gumeno merupakan contoh nyata penerapan pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan. Tradisi ini menumbuhkan karakter, melestarikan budaya, dan memperkuat semangat kebangsaan.
Tradisi Sanggring Kolak Ayam di Desa Gumeno mencerminkan beberapa pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan, seperti semangat gotong royong, pendidikan informal, dan pelestarian budaya. Tradisi ini menjadi contoh bagaimana nilai-nilai budaya dan pendidikan dapat diimplementasikan dalam kehidupan masyarakat.Â
Pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan dapat dikontekstualisasikan dengan nilai-nilai luhur sosial budaya Kota Gresik. Hal ini dapat dilakukan dengan mengintegrasikan nilai-nilai tersebut dalam kurikulum pendidikan, metode pembelajaran, dan budaya sekolah. Dengan demikian, pendidikan di Gresik dapat menghasilkan generasi muda yang beriman, bertakwa, berbudi pekerti luhur, dan berwawasan budaya. Â
Sumber informasi: