Mohon tunggu...
Emilia Sapitri
Emilia Sapitri Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Resume Laskar Pelangi

19 Agustus 2015   20:20 Diperbarui: 19 Agustus 2015   20:20 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu wilayah di pulau Sumatera, yang terkenal dengan hasil buminya yang melimpah, yaitu Timah. Industri pertambangan yang seharusnya sangat membantu perekonomian daerah tersebut tidak sesuai dengan pengharapan masyarakat setempat. Faktanya banyak penduduk ditempat tersebut hidup dibawah garis kemiskinan. Karena hal ini lah pendidikan dianggap sesuatu yang tidak penting oleh hampir semua orang, mereka lebih mendorong anak-anaknya untuk mencari nafkah daripada harus bersekolah. Namun, dari sekian banyak orang masih ada beberapa yang berfikiran bahwa pendidikan itu penting, yang tetap memberikan dorongan kepada anak-anaknya untuk tetap menuntut ilmu dengan cara bersekolah.

Sepuluh anak yang tetap bersekolah di tengah susah yang menimpa mereka. Sepuluh anak yang bersekolah di salah satu sekolah muhammaddiyah yang hampir ditutup karena kekurangan siswa, sepuluh anak beruntung yang diajar di sebuah sekolah dasar dengan dasar budi pekerti oleh guru-guru yang tetap mencintai mereka dengan segala keterbatasan yang ada.

Suatu hari datanglah tawaran kepada para guru yang ada disekolah tersebut untuk mengajar di sekolah yang jauh lebih baik dan memadai dengan bayaran yang lebih mencukupi. Muslimah, satu-satunya guru perempuan di sekolah tersebut dengan tegas langsung menolak tawaran itu atas dasar kecintaan terhadap murid-muridnya. Tapi lain halnya dengan Bakri, iya menerima tawaran tersebut. Membuat Muslimah dan Harfan (kepala sekolah) harus menerima kenyataan pahit bahwa mereka harus tetap mengajar dengan tenaga pengajar yang sangat sedikit, dua orang.

17 Agustus, adalah hari yang sangat membanggakan untuk sekolah mereka. Karena untuk pertama kalinya mereka mengikuti dan memenangkan lomba kesenian yang diadakan untuk memperingati kemerdekaan bangsa Indonesia. Karena hal itu ada seorang anak orang kaya yang tertarik masuk sekolah tersebut. Namun diawal kehadiran anak tersebut membawa pengaruh buruk dan membuat guru-guru di SD Muhammadiyah itu merasa khawatir. Tetapi hal ini hanya sementara, karena tidak lama kemudian semangat belajar anak-anak mulai kembali.

Tidak lama kemudian tanpa di sangka Pak Harfan meninggal dunia, hal ini menyebabkan duka yang teramat dalam terutama pada Muslimah. Muslimah sangat terpukul, sehingga setelah kejadian itu dia tak kunjung mengajar. Namun, kesepuluh siswa didikan muslimah atau yang mereka sebut dengan laskar pelangi tidak tinggal diam. Dengan keadaan apapun dan cobaan seberat apapun tidak pernah dapat menurunkan semangat belajar mereka, mereka tetap belajar tanpa adanya sosok guru diantara mereka. Hal ini membuat Muslimah tidak tega menelantarkan anak-anak tersebut sehingga kembali mengajar. Hal itu disambut dengan kegembiraan, meski beban yang kini ditanggung Muslimah bertambah besar, namun dengan kemauan dan tekad yang kuat dia tetap mengabdi dengan keikhlasan mengajar.

Hari pun berlalu, tiba pada sebuah acara perlombaan yaitu cerdas cermat. Dengan keterbatasan pengajar dan keadaan sekolah yang tidak memadai, tidak membuat para laskar pelangi berkecil hati. Muslimah sebagai satu-satunya guru mempersiapkan para siswanya dengan sangat baik. Mereka belajar dan terus belajar dengan sangat giat. Saat perlombaan dimulai. Linatng, salah seorang siswa laskar pelangi yang diikutsertakan perlombaan tersebut terlambat datang. Karena banyak perjuangan yang harus ia lalui disepanjang jalan. Seperti menunggu buaya yang menghalangi jalannya cukup memakan waktu. Dengan kejeniusan Lintang, mereka berhasil membawa sebuah kemenangan, membawa piala kedua ke sekolah mereka. Namun setelah hari bahagia itu, Lintang sang anak jenius harus berhenti sekolah karena ayahnya yang seorang nelayan tak kunjung pulang ketika mencari ikan pada keadaan badai. Tentunya sebagai anak pertama ia memiliki kewajiban untuk menggantikan posisi ayanhnya dimata adik-adiknya. Seluruh siswa bersedih, tidak kecuali Muslimah atau yang akrab disapa Bu Mus. Dia harus kehilangan salah seorang murid jeniusnya.

Itulah kisah laskar pelangi, sepuluh anak hebat yang tidak pernah menyerah karena keadaan. Yang tidak pernah menghirauan keterbatasan yang mereka miliki. Mereka tetap berusaha mengejar cita-cita. Tetap belajar dengan berbahagia dengan guru-guru yang tidak pernah menyerah . guru-guru yang tidak kalah tangguh dalam memberikan setiap pelajaran kepada siswanya.

 

 

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun