Mohon tunggu...
Emilia UstaSoleman
Emilia UstaSoleman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

membaca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Memahami Konteks Adalah Kunci Untuk Menghindari Kesalahpahaman dalam Komunikasi

3 November 2024   21:02 Diperbarui: 3 November 2024   21:08 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Memahami konteks adalah kunci untuk menghindari kesalahpahaman dalam komunikasi.

 Latar Belakang Budaya: Setiap budaya memiliki norma dan nilai yang berbeda, yang bisa mempengaruhi cara orang berkomunikasi.

 Situasi: Kondisi di mana percakapan berlangsung, seperti formal atau informal, dapat mengubah makna kata-kata.

Bahasa Tubuh: Isyarat non-verbal bisa memberikan konteks tambahan yang penting dalam memahami maksud seseorang.

Tujuan Komunikasi: Mengetahui apa yang ingin dicapai dalam percakapan dapat membantu dalam menafsirkan pesan dengan lebih akurat.

 Pengalaman Pribadi: Pengalaman dan sudut pandang individu mempengaruhi cara mereka menerima dan menanggapi informasi.

Dengan memperhatikan aspek-aspek ini, kita bisa lebih efektif dalam berkomunikasi dan mengurangi kemungkinan salah paham.

Kalimat "Kuinjak badannya dengan keras" bisa memiliki berbagai makna tergantung konteksnya.  

Dalam Konteks Olahraga: Jika diucapkan setelah pertandingan sepak bola, bisa berarti pemain menginjak kaki lawan secara fisik dalam permainan.

Dalam Konteks Kesehatan: Bisa berarti seorang dokter menginjak bagian tubuh pasien untuk melakukan pemeriksaan, seperti dalam pemeriksaan refleks.

Dalam Konteks Kekerasan: Dapat diartikan sebagai tindakan agresif, di mana seseorang menginjak orang lain dengan niat menyakiti.

Dalam Konteks Figuratif: Bisa juga berarti "menekan" atau "menindas" seseorang dalam konteks emosional atau sosial, bukan secara fisik.

 

Kalimat "Ingat itu" dan "INGAT ITU!" memiliki nuansa yang berbeda meskipun menyampaikan pesan yang sama. Berikut contohnya:

"Ingat itu":

Konteks Santai: Dalam percakapan biasa, bisa jadi saran atau pengingat lembut, misalnya saat teman mengingatkan untuk membawa barang penting.

Konteks Instruksional: Dalam situasi pendidikan, guru mungkin mengucapkannya untuk meminta siswa memperhatikan informasi yang penting.

  

    "INGAT ITU!":

Konteks Mendesak: Dalam situasi mendesak atau penting, seperti saat memberi peringatan, ini bisa menunjukkan urgensi, misalnya saat seseorang berisiko melakukan kesalahan.

Konteks Emosional: Dalam konteks yang lebih emosional atau marah, ini bisa diucapkan dengan penekanan untuk menunjukkan ketidakpuasan atau kepentingan yang mendesak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun