Mohon tunggu...
Umi Jamilah
Umi Jamilah Mohon Tunggu... -

"Barangsiapa yang beriman kepada Alloh dan hari kiamat, maka berbicaralah yang baik atau lebih baik diam"

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Al Qur'an Pedoman Hidup, Pembimbing Menuju Kemakmuran

17 Oktober 2014   20:00 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:39 750
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14135255701683968924

Gema Musabaqah Tilawatil Qur’an

Pancaran Ilahi (Ilahi)

Cinta pada Alloh, Nabi dan Negara

Wajib bagi Kita

Limpah Ruah Bumi Indonesia

Adil Makmur Sentosa

Baldatun Tayyibatun wa Rabbun Ghafur

Pasti Terlaksana

Pembaca yang dirahmati Alloh, tahukah Anda syair apa lantunan kata-kata di atas? Anda yang rajin mengikuti informasi tentang Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) tentu tidak asing dengan kata-kata tersebut. Benar, itu adalah lantunan kata-kata dari Mars MTQ yang dulu sering saya dengarkan dari radio. Dari Mars tersebut, tersirat bebepara pesan serta menggambarkan semangat bangsa Indonesia yang ingin hidup dalam keadilan dan kemakmuran serta kesejahteraan dibawah naungan ampunan Alloh SWT.

Di dalam Al Qur’an telah dijelaskan bahwa kemakmuran dan keadilan akan diperoleh suatu bangsa apabila mereka beriman dan bertaqwa kepada Alloh SWT. Kemakmuran merupakan sebuah anugrah dan keberkahan dari Alloh SWT.

“Jikalau seandainya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS Al A’raf (7):96)

Hikmah ayat ini dijelaskan Sayyid Quthb dalam Fi Zhilaali Al Qur’an, disitu beliau menguraikan panjang lebar . Seandainya penduduk suatu negeri benar-benar beriman untuk menggantikan sikap mendustakan ajaran-ajaran Alloh dan bertaqwa untuk menggantikan sikap fasik mereka, niscaya Alloh akan membukakan pintu-pintu berkah dari langit dan bum. Jadi, iman dan taqwa tidak terlepas dari realitas kehidupan manusia. Seberapa banyak dan berkah rezeki seseorang sangat tergantung pada keimanan dan ketaqwaan seseorang. Semakin baik keimanan seseorang dan ketaqwaannya semakin banyak dan berkah rezekinya. Ini janji Alloh SWT. Alloh tidak pernah mengingkari janjiNya. Bagaimana seharusnya sikap kita terhadap janji ini ?

Al Awwal, kita membenarkan janji ini, tanpa mempertanyakan sebabnya kenapa bias begitu dan tidak meragukan sedikitpun realisasiny. Artinya, Alloh pasti merealisasikan janjiNya tersebut jika syarat-syaratnya terpenuhi.

Ats-Tsaani, mari kita renungkan dalam-dalam janji tersebut sesuai dengan dorongan keimanan yang ada dalam hati kita. Niscaya kita akan mendapatkan jawaban atas janji-janji Alloh itu.

Iman kepada Alloh membebaskan manusia dari penghambaan kepada hawa nafsu dan sesame hamba Alloh. Manusia yang hanya menyembah Alloh adalah manusia merdeka. Mereka adalah orang-orang yang mampu mengelola bumi ini sesuai dengan baik dan benar sesuai dengan petunjuk Alloh Yang Maha Mengetahui. Apabila ada yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan mereka segera instrospeksi diri jangan –jangan ada kesalahan yang telah mereka perbuat sehingga Alloh menegur mereka. Mereka tidak mudah mengkambing hitamkan orang lain. Iman dalam hati merekabenar-benar membuat mereka berlaku adil.

Al Qur’an telah menjelaskan kepada kita kisah kaum Saba’ dan nikmat-nikmat Alloh yang dilimpahkan kepada mereka, lalu mereka mengingkarinya. Balasan bagi mereka adalah kehancuran dan dicabutnya kembali nikmat-nikmat itu. Negeri yang subur makmur berubah menjadi hancur lebur karena mereka kufur. Difirmankan oleh Alloh dalam surat Saba’ (34) ayat 15-17

“Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kiri (kepada mereka dikatakan): “Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun.” (15). Tetapi mereka berpaling, maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti dengan kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr (16). Demikianlah Kami member balasan kepada mereka karena kekafiran mereka. Dan Kami tidsk menjatuhkan azab (yang demikian itu), melainkan hanya kepada orang-orang yang sangat kafir.” (17)

Intinya, untuk menuju kemakmuran adalah dengan beriman dan bertaqwa kepada Alloh SWT. Al Qur’an telah tegas menjelaskan bahwa syarat mendapatkan kemakmuran adalah keimanan dan ketaqwaan kepada Alloh SWT. Syarat ini mutlak dan tidak mungkin salah karena Alloh SWT sendiri yang menyatakannya. Kemudian, bagaimana kita memulai langkah menuju kemakmuran ini ?

Al Awwal, menguatkan keimanan individual. Maksudnya adalah semua orang dalam sebuah masyarakat harus berusaha maksimal untuk menjadi orang-orang yang beriman dan bertaqwa. Masing-masing mempelajari segala hal yang menguatkankeimanan lau secara bertahap mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, dalam hal rezeki. Orang beriman benar-benar meyakini rezeki setiap makhluksudah ditentukan Alloh SWT. Manusia hanya diwajibkan berusaha mendapatkannya. Jika sudah berusaha keras dengan cara yang benar ternyata rezeki yang di dapatkan tidak sesuai dengan harapan, maka dia yakin bahwa ini adalah ujian Alloh swt. Maka dia harus bersabar dan terus berusaha, bukan sebaliknya.

Ats-Tsaani, menguatkan keimanan masyarakat. Artinya, orang-orang yang sudah beriman hendaknya bertemu sehingga lahirlah sekelompok orang beriman. Kelompok orang-orang beriman hendaknya terus berjuang dalam mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran, sebgaimana dijelaskan dalam QS. Ali Imron ayat 104.Sehingga, lahirlah masyarakat yang beriman , apabila masyarakat beriman maka tata kehidupan yang dianut adalah yang sesuai dengan kehendak Alloh SWT. Urat-urat kehidupan diatur agar menjaminterjaganya keimanan dan ketaqwaan masyarakat. Apabila masyarakat sudah demikian, maka turunlah berkah Alloh SWT dari langit dan bumi. Mereka mendapatkan rezeki yang tiada henti dan ampunan terus menerus dari Alloh SWT.

Ats-Tsaalits, memilih pemimpin yang menguatkan keimanan dan ketaqwaan. Masyarakat yang sudah beriman tidak mampu berbuat banyak untuk berkontribusi bagi kemajuan lingkungannya apabila pemimpinnnya bukan orang beriman. Apalagi untuk berperan bagi kemajuan bangsa dan Negara. Padahal orang-orang beriman dan bertaqwalah yang paling mungkin untuk melakukan hal itu karena merekadidukung langsung Alloh SWT. …”maka Kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang menang.” (QS. Ash-Shaff: 14)

Pemimpin memiliki posisi yang sangat strategis dalam menghadirkan kemakmuran suatu bangsa. Pemimpin yang mampu mengawal kemakmuran suatu bangsa adalah pemimpin yang beriman dan bertaqwa kepada Alloh SWT. Sejarah umat dan bangsa-bangsa sudah membuktikan itu. Baik umat Nabi Muhammmad SAW maupun nabi-nabi sebelumnya. Diantaranya negeri Saba’,. Karenanya orang beriman dan bertaqwa, kita semua Insya Alloh , harus berusaha maksimal , bersatu,untuk memilih pemimpin yang seperti itu. Jika belum ada yang ideal, paling tidak pemimpin yang memberikan kebebasan kepada kita untuk menumbuhsuburkan keimanan dan ketaqwaan dalm kehidupan sehari-hari. Dengan tumbuh suburnya keimanan dan ketaqwaanlah kemakmuran akan datang. Menurut Ustad Hafidz El Hudzaifie, salah satu MahasiswaS1 Program Studi Akhwal Asy-Syakhshiyyah Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo dalam ceramahnya yang saya ikuti bahwa, kriteria pemimpin dalam skala Negara adalah:

1.Memiliki ilmu yang luas, baik mengenai strategi perang maupun ilmu yang lain.

2.Memiliki badan yang gagah, agar memiliki wibawah jika berhadapan dengan Negara lain.

3.Seaqidah.

4.Religius.

5.Tidak berambisi.

6.Memiliki dedikasi dan kompetensi.

7.Tidak menjadikan agama sebagai permainan.

8.Adil dan amanah.

Jelaslah sudah bahwa untuk menggapai kemakmuran suatu bangsa, rakyatnya harus beriman dan bertaqwa begitu pula pemimpinnya. Pemimpin yang beriman senantiasa mendirikan sholat , menunaikan zakat, menyuruh perbuatan baik dan mencegah dari kemungkaran. Masih adakah di negeri kita pemimpin yang seperti itu ? Insya Alloh masih ada. Mari kita sama-sama ikhtiarkan demi mengantarkan kita menggapai kemakmuran, baldatun thoyyibatun wa Rabbun Ghofuur, negeri yang gemah ripah loh jinawi, yang senantiasa dianugerahi ampunan Alloh SWT. Pemilik dan Penguasa Ala mini. Aamiin. Walloohu a’lam bi Ash-Showaab.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun