Mohon tunggu...
Emil Bachtiar
Emil Bachtiar Mohon Tunggu... -

Bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Money

Catatan Perjalanan: Mencari Jawaban pada Kotak Snack Garuda

20 Juli 2011   11:12 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:31 655
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhir-akhir ini saya sering naik turun pesawat Garuda. Untuk perjalanan pendek, penerbangan pertama, dan dudukdi kelas ekonomi. Setelah lepas landas, secara rutin pramugari dengan sigap membagikan kotak snack berwarna putih. Dan sayapun menerima tanpa semangat. Isinya sudah dapat diduga. Dua roti dalam plastik, dengan tampilan putih pucat seakan-akan ingin menyampaikan bahwa mereka tidak ingin dinikmati. Terkadang satu roti diganti dengan bun atau coklat kit-kat. Menemani roti, biasanya ada satu kotak minuman jus buah.

Biasanya, menjelang pesawat mendarat, saya mengembalikan kotak dalam keadaan utuh. Tak ada keluhan, karena saya sudah mengantisipasi dengan sarapan di ruang tunggu.Bagi saya, isi kotak snack yang tidak menarik juga sudah terkompensasi dengan kenyamanan tempat duduk yang lebih lega dan adanya flight entertainment.

Hanya terkadang muncul pertanyaan di kepala saya. Pertama, mengapa Garuda memberikan sekotak minuman jus buah, sementara mereka juga menyediakan aneka minuman, dari kopi, teh, susu sampai jus. Minuman tersebut tersedia tanpa batas. Kita bisa memintanya berulang-ulang untuk jenis minuman yang berbeda. Kedua, kenapa Garuda tidak menawarkan kue-kue tradisional, seperti lemper, arem-arem, kroket bahkan tempe mendoan, yang rasanya lebih menarik daripada roti yang terbungkus plastik dengan harga yang sama. Rasanya Garuda sebetulnya bisa menciptakan isi kotak snack yang lebih menarik tanpa meningkatkan biaya, yang lebih dapat dinikmati oleh penumpang dan tidak tersia-siakan.

Akhirnya, saya tidak kuasa untuk membunuh sifat bawaan saya untuk berburuk sangka. Apakah ada di Garuda orang yang bekerja mengatur makanan untuk penumpangnya? Kalau ada, apa yang dikerjakannya sehingga menghasilkan tawaran makanan yang tidak inspiratif seperti itu. Apakah mereka terlalu berat beban kerjanya, memikirkan menu untuk penerbangan dengan jarak tempuh yang lebih panjang, sehingga agak melupakan penerbangan pendek? Dari satu pertanyaan negatif, biasanya muncul pertanyaan negatif lainnya menggelinding bagaikan bola salju. Saya jadi bertanya-tanya, siapakah supplier dari snack Garuda ini? Apakah mereka mendapat untung besar dari penyediaan snack Garuda? Apakah mereka punya hubungan istimewa dengan partai, pejabat Pemerintah atau orang dalam Garuda?

Mungkin sebaiknya sedari awal saya menolak untuk menerima kotak snack tersebut agar tidak timbul pertanyaan-pertanyaan aneh yang mengganggu pikira. Mudah-mudahan si ibu pramugari tidak tersinggung.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun