Mohon tunggu...
Emil Bachtiar
Emil Bachtiar Mohon Tunggu... -

Bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Money

Infotainment, Bersaing Dalam Skandal dan Keaiban

5 Agustus 2010   18:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:16 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Infotainment merupakan salah satu acara televisi dengan rating yang tinggi. Artinya, acara ini berhasil menyedot pemirsa sekaligus iklan. Infotainment memang berhasil mengkomersialisasikan kebiasaan buruk kita kasak kusuk membicarakan (keburukan) orang lain. Keberhasilan ini membuat hampir seluruh stasiun televisi swasta menayangkan acara infotainment sampai tiga kali sehari, seperti makan obat, yaitu pagi, siang dan sore. Para petinggi stasiun televisi tentulah sangat bahagia dengan kehadiran infotainment, karena selain acara ini digemari dan mendatangkan pendapatan yang besar, biayanyapun kecil. Bayangkan, kalau satu sinetron harus membayar mahal artis Luna Maya pada setiap episodenya, maka infotainment bisa memperoleh berita tentang Luna Maya tanpa harus membayar honor kepada artis tersebut. Infotainment juga tidak membutuhkan berbagai pekerja seni seperti penulis cerita, sutradara, sampai ke peñata dekorasi dan seterusnya. Cerita tercipta sendiri dan setting dapat di mana saja.

Dan beruntungnya bagi stasiun televisi adalah dengan intensitas penayangan yang begitu tinggi dan hantaman kritik serta fatwa haram, infotainment tetap bertahan. Selama lebih dari 10 tahun, infotainment bertahan sebagai salah satu acara tv yang digemari. Hal ini memberikan keyakinan kepada para produsen infotainment, bahwa kunci keberhasilan acara ini adalah tingkat sensasi yang berhasil ditayangkan. Sensasi ini berhasil diciptakan ketika infotainment berhasil menayangkan skandal ataupun aib dari para selebriti yang biasanya diusahakan untuk disembunyikan rapat-rapat. Musibah atau skandal yang dihadapi selebriti merupakan hiburan bagi penonton infotainment karena memang infotainment adalah turunan dari sinetron. Jika sinetron menampilkan musibah atau masalah yang direkayasa dengan dibintangi oleh selebriti, maka infotainment merupakan reality show dari para selebriti dengan tema-tema sinetron. Selain itu, bukankah bad news is a good news?

Persaingan antara acara infotainmentpun sangat tinggi. Bayangkan, dari sekitar 10 stasiun televisi swasta, mungkin hanya dua yang tidak menayangkan infotainment, yaitu stasiun televisi yang berbasis berita. Selebihnya menayangkan pada jam-jam yang sama, sehingga penonton yang menyukai acara ini tinggal menekan remote control dan memindah saluran. Sedangkan penonton yang tidak menyukainya, terpaksa menonton acara berita. Beberapa produsen berupaya membedakan acaranya dengan acara pesaingnya, melalui pembawa acara yang ngocol atau cantik berbaju seksi, wawancara dengan selebriti tertentu, serta variasi penayangan dalam bentuk berita singkat dan investigasi. Tapi kunci utama tetap pada materi, yaitu besarnya sensasi dan ekslusivitas yang diperoleh dari kecepatan mengendus berita dan menayangkannya. Bahkan untuk mengejar jam tayang, sering gambar yang disajikan hanyalah berupa foto yang ditampilkan berulang-ulang secara cepat, karena sajian gambar bergerak tidak diperoleh. Karena itu pula, kalau ada suatu skandal besar, seperti video porno Ariel, maka terlihat banyak sekali pekerja infotainment yang berkerumun dan berhimpitan, semuanya berebutan untuk memperoleh materi yang cukup banyak. Persaingan yang ketat di antara acara infotainment juga menyebabkan para pemburu infotainment terkadang memaksa masuk lebih dalam ke kehidupan selebriti, mengganggu privasi. Sering juga infotainment memaksakan suatu cerita, melihat dari satu perspektif yang dianggap sensasional, dan mengabaikan berbagai fakta lainnya, termasuk penjelasan dari selebriti yang bersangkutan.Sebagian orang beranggapan bahwa infotainment telah melampaui batas.

Para produsen dan pekerja infotainment tentunya membantah. Mereka juga menayangkan hal-hal yang positif dari pada selebriti, seperti perkawinan, kelahiran anak, keberhasilan sekolah, keharmonisan dalam keluarga, dan lain-lain. Tapi tentunya mereka harus mengakui bahwa hal-hal positif tersebut kurang memiliki nilai berita, membosankan dari segi gambar dan hanya dapat ditayangkan satu kali. Sedangkan suatu skandal biasanya memiliki episode yang lebih panjang.

Dari berbagai peristiwa konflik antara pekerja infotainment dan selebriti serta polemik akhir-akhir ini mengenai keberadaan infotainment, rasanya kita semua menginginkan suatu tayangan infotainment yang lebih baik.Saya sendiri merasa yakin bahwa infotainment dapat menyajikan berita-berita lain yang lebih positif dan lebih menarik mengenai artis dan pekerja seni.Saya cukup optimis bahwa suatu acara infotainment bisa berbuat sesuatu yang lebih baik yang membedakan dan memenangkan persaingan denganinfotainment lainnya.Pembeda yang paling mendasar adalah tidak menayangkan berita mengenai aib dan skandal sebagai hot news. Biarkan artis menyelesaikan masalah pribadinya sendiri dantampilkan masalah keaiban dan skandal ini setelah permasalahan sudah selesai dan setelah ada waktuuntuk membuat jarak dan berefleksi. Berita yang basi (tidak aktual) ini bisa dikemas sebagai suatu peliputan yanglebih komprehensif dari berbagai sudut pandang (kebetulan gambar-gambarnyapun sudah bisa diperoleh lebih banyak) dan pembelajaran yang diperoleh dari para pelaku, termasuk cerita pengalaman buruk yang mungkin diperolehnya dari tayangan-tayangan mengenai dirinya di infotainment.Tayangan seperti ini mungkin dapat jadi pembelajaran bagi para penonton juga untuk tidak melakukan hal yang sama dan juga tidak menonton (dan merayakan) penderitaan yang sedang dihadapi oleh orang lain yang sebetulnya tidak ingin penderitaannya ditonton dan disebar secara terbuka.

Berita-berita lain yang paling tidak menurut saya menarik untuk ditayangkan adalah:

1.Berita mengenai rencana dan pelaksanaan konser dan pembuatan album seorang musisi, temasuk cerita-cerita di belakang panggung.

2.Berita mengenai rencana dan pelaksanaan produksi film, sinetron dan acara televisi.

3.Berita mengenai rencana dan pelaksanaan pementasan drama dan tari, serta pameran lukisan

4.Berita mengenai launching novel baru

Berita-berita seperti ini sebetulnya sudah sering ditayangkan, tapi yang menjadi masalah adalah penyajiannya yang dangkal, berupa liputan pendek mengenai pelaksanaan, tanpa suatu informasi yang memadai mengenai artis yang diliput. Pertanyaan-pertanyaan dalam wawancara juga bersifat umum. Hal ini karena tidak adanya riset awal dan ketersediaan waktu untuk mendapatkan sudut pandang yang tepat.

Berita lainnya adalah wawancara artis tentang situasi yang terjadi di sekitarnya, di daerah tempat tinggalnya, di negara ini dan di dunia. Rasanya banyak juga artis yang memiliki kepedulian terhadap sekitarnya dan pemikiran-pemikiran mengenai permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat. Dengan wawancara ini, maka artis-artis yang menunjukkan kepeduliannya sekaligus menunjukkan kepantasannya ketika mereka dicalonkan untuk mengikuti pemilu, baik pemilu legislatif maupun pemilukada.

Selain itu, bisa juga ditampilkan suatu tayangan nostalgia yang meliput artis-artis masa lalu yang sudah lama tidak aktif dan tidak terlihat, yang dilengkapi dengan tayangan gambar-gambar semasa mereka masih berjaya.

Pada akhirnya, melihat dari daftar tayangan yang sebetulnya bisa ditampilkan pada infotainment, saya sepakat dengan Arswendo Atmowiloto, bahwa permasalahan infotainment bukan soal klasifikasi faktual dan non faktual, tapi kualitas SDMnya yang masih sangat terbatas. Seharusnya seorang pekerja infotainment memiliki wawasan dan pengetahuan yang luas mengenai dunia entertainment dan juga pengetahuan umum mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitarnya, kemampuan untuk melakukan riset, termasuk mendengar berbagai jenis musik, menonton berbagai jenis film dan sinetron, dan kemampuan mencari sudut pandang yang membuat berita yang ditayangkan menjadi menarik dan berbeda dengan yang lain. SDM yang memiliki kemampuan tinggi dan kegiatan-kegiatan persiapan yang perlu dilakukan untuk menghasilkan sebuah tayangan infotainment tentunya membutuhkan biaya operasional dan investasi yang lebih tinggi. Masalahnya adalah siapa yang mau menanggung semua itu sementara yang namanya pengusaha justruberlomba-lomba untuk menekan biaya dan mengejar laba.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun