Mohon tunggu...
Emil Bachtiar
Emil Bachtiar Mohon Tunggu... -

Bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Bola

Kiamat Jakarta dan Perbankan Syariah

1 Agustus 2010   10:30 Diperbarui: 8 Maret 2016   19:01 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekitar awal tahun 2000an, Japan International Corporation Agency (JICA) dan The Institute for Transportation and Development Policy (ITDP) melakukan studi yang menyimpulkan bahwa Jakarta akan mati pada tahun 2014 akibat ketidakseimbangan antara perkiraan pertumbuhan jalan 0,11% dan pertumbuhan jumlah kendaraan 11% per tahun. Pada saat itu semua ruas jalan di Jakarta diperkirakan macet total. Kendaraan umum dan pribadi diperkirakan tak bakal bisa bergerak. Artinya, aliran logistik tidak jalan, kita semua kesulitan mendapatkan bahan makanan, dan kemungkinan akan terjadi perebutan dan kekerasan dengan penjarahan ke pasar, toko dan rumah-rumah untuk merebutkan makanan-makanan yang tersisa. Inilah suatu kiamat yang kita ciptakan sendiri.

Pemerintah Jakarta sendiri sebelumnya telah  berancang-ancang untuk mencegah ataupun menunda terjadinya musibah ini. Mulai tahun 2003, busway sudah mulai dioperasikan dan mendapat banyak protes atas pembangunan jalur busway karena menyebabkan terjadinya kemacetan. Kemacetan yang lebih parah memang akan terjadi selama masa transisi sebelum seluruh koridor yang direncanakan terbangun dan kemudian terintegrasi dengan moda transportasi umum lainnya. Perlawanan terberat datang dari warga Pondok Indah, yang terjadi di awal Pemerintahan Fauzi Bowo di akhir 2007. Pengalaman buruk ini mungkin yang menyebabkan pembangunan busway menjadi sangat lambat. Selama Pemerintahan Fauzi Bowo, hanya ada satu koridor baru yang dibuka, dua jalur yang sudah dibangun terlantar, dan pembangunan jalur berikutnya masih tanda tanya. Belum lagi berbagai permasalahan seperti masuknya kendaraan pribadi ke jalur busway, halte-halte yang tidak terawat, masalah antri BBG dan lain-lain.  Padahal warga Jakarta sudah mulai merasakan manfaat dari busway yang terbukti dari bertumpuk-tumpuknya orang yang menunggu busway sehingga terjadi insiden-insiden pelecehan seksual.

Sebetulnya, walaupun kiamat belum terjadi di Jakarta, warga Jakarta sendiri telah mengalami suatu kehidupan bagaikan dalam neraka. Mereka, mulai dari anak sekolah, sudah harus berangkat meninggalkan rumah, pagi-pagi buta, tanpa sempat menikmati suara burung-burung berkicau di sekitar rumah. Udara pagi yang bersihpun sudah tidak dapat dinikmati karena asap-asap knalpot bocor dari kendaraan umum. Selanjutnya keindahan pagi tidak dapat dinikmati, karena semuanya mengalami ketegangan di jalan raya, saling menyerobot dan menutup jalan. Begitu pula, pada sore hari, para pengendara tidak menikmati keindahan matahari terbenam dan langit yang memerah. Fokus mereka hanyalah celah-celah jalan yang masih dapat dilalui. Pada akhirnya, dengan kemacetan yang terjadi, warga Jakarta dan sekitarnya sampai ke rumah sudah cukup larut malam tanpa sempat menikmati keindahan langit dengan bulannya. Mereka pulang dengan energi yang sudah habis, tidak sempat untuk berlama-lama bercengkerama dengan keluarga ataupun menikmati keindahan beribadah di malam hari.

Kebetulan beberapa hari terakhir ini, masalah kemacetan Jakarta kembali mencuat. Hasil penelitian JICA ini kembali dibicarakan. Ada yang cukup optimis menyatakan bahwa kiamat Jakarta dapat diundur dan baru terjadi pada tahun 2015 namun ada pula yang bilang bahwa kiamat sudah akan terjadi pada tahun 2012. Selain salah menyalahkan dan tuding menuding, berbagai usulan solusipun dimunculkan, mulai dari pemindahan ibukota, pembangunan jalan bertingkat, pengelolaan angkutan umum oleh Pemerintah, sampai pembatasan jumlah motor. Berbagai tindakan cepatpun segera dilakukan seperti sterilisasi jalur busway dan penyediaan berbagai bus feeder.

Secara kebetulan pula, topik mengenai kemacetan ini berbarengan dengan diadakannya Indonesia International Motor Show (IIMS) 2010 di Jakarta, suatu ajang promosi dan penjualan besar-besaran dari mobil dan motor. IIMS juga merupakan ajang pameran mobil-mobil mewah yang menyilaukan mata. Dengan pelaksanaan IIMS, maka dapat dibayangkan sekian banyak kendaraan baru akan segera membanjiri Jakarta dan menambah kemacetan.

IIMS 2010 kali ini didukung oleh iB Perbankan Syariah Dukungan ini diberikan karena adanya kesamaan nilai antara iB Perbankan Syariah yang mengutamakan “ethical banking” dengan tema IIMS 2010 kali ini, yaitu “Eco-Technology Motoring” yang sangat peduli terhadap upaya meminimalisasi kerugian ekologis dan mengurangi kerusakan ekosistem.

Berdasarkan penjelasan yang dapat dibaca di sini,  iB paviliun di IIMS 2010 didukung oleh sembilan bank syariah. Diantaranya adalah Bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat Indonesia, BNI Syariah, Danamon Syariah, BRI Syariah, Bukopin Syariah, BCA Syariah, HSBC Amanah dan CIMB Niaga Syariah.  Kesembilan bank tersebut menawarkan  beragam fasilitas pembiayaan untuk transaksi pembelian kendaraan bermotor selama pameran berlangsung.

Sangat disayangkan iB Perbankan Syariah terlibat dalam suatu kegiatan yang menambah kepadatan lalu lintas.   Dengan tema "ethical banking, iB Perbankan Syariah sebetulnya diharapkan dapat berbuat lebih baik untuk memberikan manfaat kepada lebih banyak orang dalam mengatasi kemacetan Jakarta, bukan justru meningkatkan kemacetan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun