Mohon tunggu...
emil syarif lahdji
emil syarif lahdji Mohon Tunggu... wiraswasta -

Direktur Tamara Institut : Diskusi Kajian dan Dinamika Politik Kontemporer. Mantan mahasiswa Jurusan Ilmu Politik Fisip Unair.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Fatamorgana Jokowi: Jo' Kondo-kondo

21 Juli 2014   02:13 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:45 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kurang dari 2th masa pemerintahannya, warga Jakarta dikejutkan dengan rencana Jokowi utk ikut mencalonkan diri sbg Presiden 2014-2019. Berbagai elemen masyarakat mulai protes akan janji2 Jokowi. Protes - protes ini disampaikan dalam 2 forum: demo di depan balai kota, dan mengajukan gugatan ke pengadilan. Semuanya adalah wujud kekecewaan masyarakat Jkt. Namun keduanya kandas; Jokowi tetap melenggang mendaftarkan diri sebagai Calon Presiden.

Kini, Joko Widodo telah menjelma menjadi salah satu Calon Presiden terpilih versi quick count, dan calon Presiden paling berpeluang memenangkan pertandingan. Berawal dari popularitas yg tinggi, dan solah-olah menjadi parameter ideal seorang Gubernur, Jokowi maju menjadi kandidat Presiden dari Koalisi Partai yg dibentuk PDIP.

Konon, awalnya PDIP enggan mencalonkan Jokowi sbg Calon Presidennya, namun popularitas Jokowilah yg mengepung opini PDIP utk mau tdk mau menetapkan nya sbg Capres. Bila dihitung dari tetesan keringat, Jokowi bukanlah kader yg paling berhak maju dr PDIP, msh ada dan byk skali kader PDIP yg telah antri utk dipromosikan menjadi pemimpin nasional. Inilah kehebatan Jokowi. Tanpa bersaing dlm garis yg sama, ia mengambil hati rakyat, dan media memberitakannya, Jokowi adalah satu-satu nya calon pilihan mereka. Bila PDIP tdk mencalonkan Jokowi, maka jgn salahkan kami tidak memilih PDIP pd pemilu legislatif. Opini ini memaksa PDIP mendeklarasikan Jokowi sbg satu-satu nya Capres, dan mensosialisasikannya dlm ribuat spanduk dan poster: PDIP Menang, Jokowi Presiden!

Jokowi Tidak Akan Kembali

Saat ini, semua tahapan terlalui. Kini Jokowi tdk lg berpikir kembali ke balai kota. Kantor lama itu bagai tempat penyiksaan baginya. Cuti panjang Jokowi sampai batas penetapan KPU membuatnya tdk pernah lagi hadir di bekas kantornya itu.

Bila Jokowi berhasil memenangi Pilpres ini, dia selamat dan berjaya. Namun bila ia gagal dlm Pilpres ini: mentalnya sdh hancur seiring bayang2 berbagai gugatan dan cemooh masyarakat Jakarta. Belum lagi hancurnya wibawa Jokowi di depan DPRD yang mau tidak mau hrs dihadapinya. Semua pandangan mata akan membuat perasaan Jokowi hancur lebur, dan tak mampu lagi menunaikan kewajibannya.

Sehingga,  cukup masuk akal bila selama mempersiapkan thema kampanye Pilpres: tidak ada opsi Jokowi utk kalah, semua harus dimenangkan. Jokowi tidak boleh dan tidak akan bisa kalah, harus menang. Team relawan, team social media, timses, tim survey, tim tim tim tim...byk skali dibentuk utk satu-satu nya tujuan: menang. Bahkan pendeklarasian kemenangan Jokowi yg hanya berjarak 2 jam setelah TPS ditutup pd Pilpres 9 Juli lalu, juga bagian dari kerja team utk mengkondisikan kemenangan. Belum lg menang tp Jokowi sdh juara! Teman saya bilang : "jok kondo2, jokowi ini fatamorgana" (jgn bilang2, jokowi ini fatamorgana). Sosok Jokowi yg menjadi harapan rakyat tinggi diatas awang2, dan Jokowi sendiri bukanlah sosok yang diberitakan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun