Mohon tunggu...
Emilla Melati
Emilla Melati Mohon Tunggu... Lainnya - seorang ibu yang menyangangi anaknya, ingin Indonesia lebih baik, nyaman ,, aman dan bahagia

seorang ibu yang menyangangi anaknya, ingin Indonesia lebih baik, nyaman ,, aman dan bahagia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Transmigrasi dan Food Estate untuk Indonesia

9 Agustus 2021   11:24 Diperbarui: 9 Agustus 2021   12:04 504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Wabah pandemic covid-19 membuat pemerintah berupaya untuk menguatkan sistem ketahanan pangan  nasional agar tercipta swasembada pangan dalam rangka pemulihan penanganan ekonomi nasional (PEN). Sejalan dengan hal tersebut, kerja sama lintas Kementerian/ Lembaga ikut bergotong royong mewujudkannya.

Tak terkecuali dengan transmigrasi, transmigrasi yang dahulunya dikenal dengan program perpindahan penduduk dari pulau yang padat penduduknya ke pulau yang jarang penduduknya sekarang mengalami perubahan paradigma. 

Transmigrasi juga menguatkan program ketahanan pangan (food estate) di Kalimantan Tengah tepatnya Kawasan Transmigrasi Lamunti- Dadahup (KT- Lamunti Dadahup) Kabupaten Kapuas.

Hal ini sesuai dengan penunjukkan wilayah tersebut oleh Presiden sebagai lahan food estate. KT tersebut adalah wilayah yang terbentuk dari program transmigrasi pada awalnya, banyak para eks transmigran yang sudah menetap di sana dengan mata pencaharian bermacam- macam, dengan usaha pokoknya adalah pertanian. 

Dengan telah adanya embrio tersebut, maka dirasa tidak perlu memulai dari nol untuk Kawasan Transmigrasi yang mendukung program ketahanan pangan.

Kawasan Transmigrasi yang berlahan gambut menjadi challenge tersendiri untuk pembangunan dan perawatan infrastrukturnya. Lahan Gambut juga menjadikan infrastruktur harus ditreatment lebih khusus. 

Perbaikan infrastruktur seperti jalan untuk aksesibilitas barang serta kondisi drainase yang diperlukan mengalirkan air saat banjir adalah yang sangat diperlukan untuk saat ini.

Mengingat kondisi sekarang adalah gambut, penyediaan bibit dan pupuk yang sesuai adalah kunci dasar dalam kesuksesan program ini. Selain itu didukung dengan sarana produksi pertanian yang tepat, dukungan kelembagaan serta keuangan akan menjadi modal yang cukup untuk membuat program menjadi lebih percaya diri akan berhasil. 

Kemudahan penyediaan modal serta pinjaman dengan bunga kredit yang rendah akan menjadi stimulant bagi para petani. Tidak ada alasan bagi petani tidak mempunyai modal untuk membeli pupuk ataupun bibit. 

Dengan adanya sokongan keuangan yang cukup akan membuat tengkulak tidak mempunyai andil untuk menawar harga gabah yang dapat merugikan para petani.

Kepastian off taker dari hasil panen juga menjadi penentu agar program ini berhasil, perlu dibuat suatu sistem kelembagaan yang menyeluruh dan komprehensif agar hasil panen dapat terdistribusikan dengan baik. 

Dimulai dari pegawai instansi pemerintah maupun perusahaan yang ada di skala lokal haru menjadi pembeli tetap hasil petani di sana. Pengolahan gabah menjadi beras berskala premium akan menambah nilai jual dan bisa bersaing di tingkat nasional. Hal ini dapat dimungkinkan dengan adanya fasilitasi peralatan pengolah hasil produksi pertanian.

Selain itu peran sumber daya manusia lah yang sangat penting dalam pelaksanaannya, baik dimulai dari pengolahan lahan, penanaman, pemanenan, serta inovasi dalam branding produk dan metode penjualannya ke pasar. 

Hal- hal tersebut menjadi pekerjaan rumah yang harus sangat diperhatikan mengingat dewasa ini banyak tenaga muda yang kurang tertarik untuk berkecimpung di dunia pertanian. 

Diperlukan faktor pengungkit atau magnet yang cukup besar untuk menarik minat kaum milenial saat ini. Jaminan kepastian melalui regulasi yang tepat adalah salah satu faktor penarik minat kaum milenial saat ini.

Strategi pemasaran yang tepat dengan cara modern dapat digunakan di era saat ini.

Untuk itu peran pemerintah baik pusat maupun daerah melalui pembuatan kebijakan regulasi mempunyai andil yang cukup besar dalam keberhasilan program ini. Perlu kehati- hatian dalam penentuan keputusan agar tidak merugikan petani pada khususnya.

Food estate melalui program transmigrasi tidak  dapat berdiri sendiri, harus bersinergi dengan Kementerian dan Lembaga lain yang mempunyai APBN yang cukup.

Transmigrasi dapat dikatakan menjadi embrio atau pondasi awal dari terbukanya lahan ini, setelah itu masih diperlukan gotong royong yang dilakukan oleh lintas sektor.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun