Bayangan tulang rusukmu seakan berkata, sedemikian keras hidupmu dan upayamu untuk menaklukkannya..
Engkau yang tak pernah lelah menjadi peyuluh dalam perjalananku..
Duhai lelaku yang telah menghalalkanku untuk imamku..
Saat aku khawatir dengan segala keterbatasan, dirimu hadir meyakinkanku untuk berani bermimpi melampaui apa yang pernah kulihat
Saat kumeragu..Engkau hadir untuk menegaskan bahwa kumampu menjangkau mimpi-mimpi itu..
Saat kutakut melangkah karena khawatir kewajiban yang tak tertunaikan, Ia hadirkan bahunya untuk manadahnya..
Ah, lelaki itu..yang tak peduli dengan kefakiran dan kepapahannya..
Berkeras hati agar kami anak-anaknya tak seperti dirinya yang tak sempat mengenyam bangku kuliah..
Baginya dunia dan seisinya bukanlah inginnya demi kami bisa bersekolah..
Salam hormat dan bakti untukmu wahai cinta pertamaku..
Terimakasih duhai Ayah..
Semoga keberkahan dan kemuliaan atas dirimu, di hadapan manusia dan sang Maha Pencipta..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H