Mohon tunggu...
Muhammad Haris Arsyad
Muhammad Haris Arsyad Mohon Tunggu... -

Suami dari Nailiya Noor azizah dan Ayah dari Tsabita & Al-Fatih

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Akhirnya Hafalan Itu Kembali Lagi

26 Mei 2012   23:47 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:44 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah bertahun-tahun berada diluar kepala alias hilang, akhirnya 3 juz Al-Qur'an yang pernah saya hafalkan berhasil saya hafalkan kembali. Juz 30 pernah saya hafalkan ketika saya kelas 1 Mts pada sebuah pesantren di Solo pada tahun 1994. Dipesantern ini kami berkewajiban untuk menghafalkan 1 juz dalam satu tahun pelajaran. Begitu menginjak kelas 2 MTS saya kembali berkutat dengan  hafalan juz 29 sehingga hilanglah sebagian besar hafalan juz 30 tersebut. Ketika berada di kelas 3 Mts hafalan yang harus saya setorkan adalah juz 28 sehingga kemudian juz 29 hampir semuanya sudah terlupakan dan sebagian juz 30 yang surahnya pendek masih saya hafalkan untuk bekal bacaan shalat. Bagi kami para santri, dapat menyetorkan hafalan kepada ustadz pada pelajaran tahfiz berarti dapat keluar lebih dahulu sesudah menyetorkan hafalan. Dengan keluar terlebih dahulu artinya kami para santri dapat melakukan aktifitas lain seperti mencuci, mandi bagi yang belum mandi, mau makan ataupun istirahat sejenak, maklum waktu bagi kami dipesantren sangat berharga karena padatnya aktivitas. Karena motivasi ini saya sering lebih dahulu menyetorkan hafalan.

Begitu masuk  SMA di Banjarmasin  pada tahun 1997 dari 3 juz tersebut hanya tersisa sebagian dari juz 30 yang masih saya hafalkan.Selama masa SMA, saya  tidak berniat lagi untuk  menghafalkan Al-Qur'an. Tugas dan hafalan disekolah aja seabrek, sulit rasanya membagi otak untuk menghafal Al-Quran (padahal dipikir ketika Mts juga tugas dan hafalan seabrek :-)). Aktivitas akademik dan organisasi yang padat menjadi pembenaran bagi saya untuk tidak menghafalkan ulang ataupun boro-boro menambah hafalan.

Begitu masuk kuliah, saya berinteraksi dengan kawan-kawan yang aktif sebagai aktivis dakwah kampus. Dari interaksi ini pembiasaan menghafal Al-Quran saya mulai tumbuh lagi. Kawan-kawan yang aktif sebagai penggerak dakwah di kampus ini umumnya lulusan sekolah umum, tapi semangat dakwahnya dan ibadahnya jago banget sampai-sampai ngalahin orang pesantren (menurut saya lho). Disemester ke 2 pada tahun 2001 saya sempat mengikuti lomba MTQ Mahasiswa Tingkat Nasional pada bidang Fahmil Qur'an di Kota Gorontalo. Pada lomba ini alhamdulillah saya dan tim mendapatkan juara 1. Karena menjadi juara 1 maka kemudian lomba ini menjadi lomba yang pertama dan terakhir saya ikuti karena juara 1 tidak diperbolehkan mengikuti lomba pada bidang sejenis. Karena saya tidak bisa lagi mengikuti bidang Fahmil Qur'an. Keinginan untuk berpartisipasi lagi dalam MTQ membuat saya menghafalkan lagi ayat-ayat yaang pernah saya hafalkan semasa di MTs. Akan tapi mungkin karena niat yang salah karena menghafal untuk ikut MTQ, aktivitas kuliah serta tugas yang padat ditambah organisasi hafalan tersebut sangat susah saya lakukan. Akhirnya lewatlah MTQ Mahasiswa selanjutnya yang diadakan di Kota Bandung pada tahun 2003 tanpa saya berpartisipasi didalamnya.

Disemester akhir kuliah, saya mendapatkan pembimbing  pengajian pekanan seorang alumni pesantren ternama disolo (ternyata senior  saya juga). Pada salah satu pertemuan beliau sempat mengucapkan sebuah statement "Kalau tidak hafal juz 30 sampai Ramadhan nanti, tidak usah dulu ikut pertemuan sampai menghafalkan juz 30". Statemen beliau ini menjadi pemicu saya untuk menghafalkan juz 30. Setelah beberapa bulan menghafalkan juz 30 akhirnya saya bisa menghafalkan (lagi) juz 30.Ini kali kedua saya menghafalkan kembali juz 30 yang pernah saya hafalkan di tahun 1994.

Ketika lulus kuliah di Jogja dan kembali ke Banjarmasin, hafalan juz 30 saya kembali seperti semula alias tinggal separo. Tidak ada niatan (lagi) untuk menghafal Al-Qur'an kecuali beberapa ayat penting yang diperlukan untuk mengisi materi ceramah ataupun mentoring.

Ketika ada kegiatan Mukhayam Al-Qur'an yang diadakan oleh Ikatan Da'i Indonesia (Ikadi) Kalimantan Selatan bekerjasama dengan salah satu partai politik islam (ada lho partai islam yang serius untuk membina keislaman anggotanya), saya didaftarkan oleh kawan-kawan dipengajian pekanan yang saya ikuti. Syarat dari peserta kegiatan tersebut adalah hafal minimal 1 juz Al-Qur'an, karena dianggap sudah hafal (padahal kenyataannya sudah lupa :-( ) saya bersama seorang kawan yang lain dikirim mengikuti kegiatan tersebut. Dalam kegiatan yang dilaksanakan pada 6-8 April 2012 tersebut, awalnya saya cukup kaget mendengar penjelasan panitia. Selama 3 hari kegiatan tersebut, peserta selain menyetorkan hafalan 1 juz al-Qur'an juga harus mengkhatamkan Al-Qur'an. Selain itu dalam kegiatan qiyamullail, imam akan membaca 2-3 juz dalam 11 rakaat. Mendengar penjelasan tersebut yang saya bayangkan adalah BERAT...SUNGGUH BERAT!

Tapi kaki sudah melangkah, pantang surut kebelakang. Hari pertama pun kami jalani, aktivitas sepanjang hari adalah membaca Al-Qur'an, menghafal dan membaca lagi sampai-sampai mata menjadi lelah dan lidah terasa kelu. Ketika tahajud malam pertama, kaki sampai kesemutan. Ternyata memang berat perjuangan itu. Hari kedua ada materi yang diberikan beberapa orang ustadz yang sudah hafal Al-Quran. Materi yang diberikan berupa motivasi untuk menghafal Al-Qur'an. Ustadz Abdul Aziz Al-Hafiz memberikan motivasi bahwa dengan menghafal Al-Qur'an maka akan menjadikan kita mudah berinteraksi dengan Al-Qur'an tanpa harus membuka mushaf, mudah-mudahan dengan kita menghafal Al-Qur'an akan menjadikan barakah turun kepada kita, organisasi dan bangsa ini serta menjadi prasyarat kemenangan islam. Yang cukup membuat saya terkejut dan menambah motivasi untuk menghafal Al-Quran adalah ketika seorang ustadz yaitu ustadz Heri Al-Hafiz yang mengisi materi bercerita bahwa beliau mulai menghafal Al-Quran ketika berusia 30 an dan memiliki 3 orang anak dengan aktivitas keseharian bekerja dan aktif disebuah partai dakwah sebagai ketua cabang. Subhanallah..... Malu rasanya diri ini mendengar cerita beliau tersebut Beliau  juga bercerita bahwa yang ikut dalam program menghafal bersama beliau ada seorang pensiunan yang karena keistiqomahannya mampu menghafalkan 30 juz dalam waktu 3 tahunan. intinya adalah istiqamah dan menyediakan waktu khusus untuk menghafal Al-Qur'an. Dihari kedua tersebut alhamdulillah ternyata saya bisa menyelesaikan membaca Al-Quran hingga juz ke 20, artinya tinggal 10 juz lagi maka saya akan khatam. Sebuah rekor yang belum pernah saya lakukan dalam membaca Al-Qur'an. Dan keesokan harinya alhamdulillah saya berhasil mengkhatamkan 30 juz Al-Quran dalam waktu kurang dari 72 jam.

Pasca kegiatan tersebut saya mulai berazzam untuk bisa menghafalkan Al-Qur'an sebanyak yang saya bisa. Dan untuk memulakan saya mentargetkan bisa menghafalkan kembali juz 28, 29 dan 30 yang pernah saya hafalkan. Dari tanggal 9 April saya memulai menghafalkan kembali lembaran-lembaran suci tersebut. Saya sempat berputus asa karena susahnya menghafal tapi setiap teringat motivasi yang diberikan para asatidz saya teruskan kembali kegiatan menghafal tersebut. Setelah beberapa pekan menghafal saya mendapatkan sebuah konsep tentang menghafal Al-Qur'an, HAFALAN ITU  ADALAH URUSAN ALLAH YANG HARUS KITA LAKUKAN ADALAH IKHTIARNYA. Ayat-ayat yang sulit umumnya saya tidak mengulang-ulang untuk menghafal akan tetapi saya mengulang-ulang membacanya hingga ayat tersebut lekat diingatan kita. Menrut hasil penelitian kata ust Aziz kalau kita sudah membaca 360 kali maka hafalan itu akan mengalir seperti Al-Fatihah. Jadi jangan mengatakan menghafal itu sulit kalau kita tidak pernah mengulang hingga 360 kali.

Setelah berusaha setiap hari, akhirnya 25 Mei saya berhasil menyelesaikan 3 juz hafalan saya. Syukur kepada Allah target awal saya sudah tercapai, setelah hafal 3 juz mudah-mudahan bisa menyelesaikan 30 juz dan tetap menjaga hafalan yang ada. Niat itu ternyata menjadi awal segalanya dilanjutkan dengan sebuah gerakan dan dibarengi keistiqomahan insya Allah apa yang dianginkan akan tercapai. Ketika dulu menghafal untuk menggugurkan kewajiban setoran kepada guru, saya berhasil menyetorkan tapi tidak berhasil mendapatkan ingatan hafalan Al-Qur'an. Ketika niatnya untuk ikut MTQ ternyata Allah tidak mengizinkan Al-Qur'an tersebut singgah diingatan saya. Tapi ketika diniatkan untuk mencari Ridha Allah ternyata Allah lah yang memudahkan Al-Qur'an tersebut ada dalam ingatan saya. Semoga Allah SWT memudahkan kita semua menghafal Al-Qur'an, semoga Allah SWT menjadikan kita ahlil qur'an . Allahummaj'alnii min ahlilqur'an.... Allahummaj'al ahli min ahlilqur'an....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun