Indonesia mengalami deficit pada bulan April 2020 sebesar US$ 344,8 Juta karena impor barang konsumsi. Sebelumnya Maret surplus US$ 715,8 Juta karena ekspor non migas. Namun diakumulasi sejak Januari 2020 Indonesia masih surplus US$ 2,25 M.
Ini penanda bahwa dalam satu kegiatan ekonomi kita bangsa Indonesia masih bisa survive di tengah pandemic Covid19.
Surplus ini penting bagi pedagang dalam skala individu maupun skala negara karena menentukan kesanggupannya untuk menolong kalangan ekonomi ke bawah demi terciptanya kesejahteraan atau keadilan sosial yang dalam Islam termasuk kewajiban, yang dalam kebangsaan termasuk etika bisnis.Â
Saya meyakini akan terus bergaung di tengah masyarakat maupun institusi pendidikan tentang menggalakkan sisi entrepreneur beberapa tahun mendatang untuk menyongsong proyeksi penduduk Indonesia yang berjumlah 350 juta jiwa pada tahun 2035.
Tahun 2019 dan 2020 ini menjadi pelajaran berharga buat bangsa Indonesia khususnya pada bulan September 2019 dengan adanya kabut asap yang mengancam kesehatan bangsa dan diteruskan pada Maret 2020 pandemi covid19. Jika bangsa tidak benar-benar belajar maka mereka benar-benar meninggalkan hikmah yang sangat besar.
Isu radikal terorisme tenggelam, yang sebenarnya isu ini menjebak satu kelompok dan antitesa dari tema persatuan. Isu persatuan menguat karena pandemic ini bicara keselamatan nyawa jutaan orang. Dengan pandemic ini menguji kualitas pemimpin negara, pemimpin daerah, pemimpin organisasi, pemimpin kelompok, hingga ketua RT dan kepala keluarga.Â
Dengan pandemic ini menguji tetangga mana yang empati, mana yang cuek. Dengan pandemic ini kembali vitalisasi lingkungan hijau karena ramah lingkungan mengurangi polusi. Dengan pandemic ini bekerja di rumah menjadi tren beberapa bulan, dan ke depan dipredisksin menginspirasi pertanian, perikanan dan peternakan di rumah yang mengefisiensikan lahan kecil.Â
Dengan pandemic ini tingkat literasi meningkat karena penasaran terhadap gejala, pencegahan dan pengobatan baik tradisional maupun modern. Dengan Pandemi ini intensitas tatap muka, tatap mata antar anggota keluarga meningkat mengimbangi tatap mata terhadap layar smartphone dan media sosial online sehingga anggota keluarga makin akrab baik ketika suka maupun duka.
Dengan pandemic ini kebersihan dan kesehatan makin diprioritaskan, seperti mandi lebih bersih dan tekun olehraga serta makan yang halal dan bergizi hingga sangat memperhatikan kebersihan alat masak, makanan, pakaian dan barang lainnya yang dahulunya sempat jarang bersih. Dengan pandemic ini memperluas sosilisasi antar tetangga.Â
Dengan pandemic ini seminar online dan belajar online menjadi media yang tidak diremehkan dan  cukup menggeser kebodohan di bidang agama, ideologi, politik,ekonomi,  hukum, dan kemananan. Dengan pandemic ini lebih banyak waktu untuk tafakur jiwa dan alam sekitar menuju penggalian tanda-tanda kebesaran Tuhan.
Sehingga jika tak mendapat hikmah ia seburuk-buruk hadiah yaitu usia tua tapi kekanak-kanakan, tak mendewasa dan tak bijak paripurna. Dengan pandemic ini orang tua setidaknya mengetahui seperti apa susahnya menjadi guru.