Perbuatan yang menyukai menguji saudara, cucu, anak, keponakan, guru, murid maupun orang tua dan seterusnya di luar batas kemampuan (jasad, pikir, dan ruhnya) Â sambil senyam-senyum maupun tertawa terhadap mereka, dikhawatirkan malah disemangati oelh kesombongan dan keangkuhan si penguji. Padahal mereka (saudara, cucu, anak, keponakan, guru, murid maupun orang tua dan seterusnya) yang diujinya itu mengakui ke-dhaif-an (kelemahannya) dirinya.
Agaknya menurut sebagian besar golongan muda dalam menuju pernikahan membutuhkan pendekatan dialog bukan pendekatan ketaatan semata. Agaknya sebagian besar golongan muda membutuhkan kecepatan di saat kondisinya menikah menjadi berhukum wajib dan menikah menjadi kebutuhan yang mendesak. Untuk dapat menjaga pandangan justru dengan berpasangan terlebih dahulu atau cara lain dengan berpuasa (shaum).
Karena tingkatan shaum sunnah setiap orang berbeda, ada yang 6 kali setahun (shaum syawal), ada yang 3 kali sebulan (shaum yaumul bidh), 8 kali sebulan (shaum senin kamis), ada pula yang 15 kali sebulan (shaum daud), oleh karena itu tingkat kesabarannya berbeda, sehingga ada yang sangat perlu dipercepat pengurusan nikahnya, ada yang dipercepat, ada yang agak dipercepat, ada yang tidak dipercepat dan tidak pula diperlambat dan terakhir ada yang bisa diperlambat.Â
Baca juga: "Wama Indallahi Khoir", 1 Kalimat Motivasi yang Tertuang dalam 3 Surah Al-Quran Â
Namun ketika mekanisme pengujian tingkat kesabaran dan sikap berhati-hati serta tanya sana-sini muncul dari golongan tua, juga ditambah lagi dengan munculnya pengujian kesetiaan pada kepemimpinan, maka timbullah pergesekan di dalamnya. Apalagi dua orang yang akan berpasangan sudah saling mengenal, pergesekan itu kian menghangat.
Golongan tua yang telah merasakan pernikahan mengetahu kecocokan di antara dua orang yang akan berpasangan. Mereka menilai sisi-sisi extroverts, sensors, thinkers, judgers, intoverts, intuitives, feelers, dan perceivers dari dua orang yang ingin berpasangan. Memang perjodohan tetap tidak bisa dipaksakan, namun saling melengkapi itu diperlukan. Misalnya orang yang serius, tenang, logis, objektif, praktis dan realistis, cocok berpasangan dengan orang yang spontan, aktif, energic, antusias, penuh variasi, mudah adaptasi dan toleran.Â
Orang yang tegas, pendiam, mampu menghadapi perubahan yang mendadak, tenang, problem solver dalam tekanan (stress) sulit, cocok berpasangan dengan orang yang ramah, hangat, energik, optimis, antusias, semangat, lucu, Â komunikatif dan adaptif. Contoh ketiga, orang yang perhatian, idealis, perfeksionis, empati, berkomitmen, visioner, oenuh ide, dan kreatif, cocok dengan orang yang tegas, presertiv, jujur, objektif, punya standar tinggi, dominan dan kompetitif.
Mereka, golongan tua telah sampai pada keseimbangan peran pikiran dan perasaan, dan kestabilan mengelola ruhiyah, dan alam bawah sadar. Sederhanya tipe leader cocok berpasangan dengan tipe harmoni (mediator). Tipe entrepreneur cocok berpasangan dengan tipe logician. Atau sebaliknya dan seterusnya, agar leader tidak dengan leader, entrepreneur tidak dengan sesamanya, harmoni (mediator) tidak dengan sesamanya, logician (debater) tidak dengan sesamanya.Â
Semua itu dengan pertimbangan agar keduanya saling melengkapi. Tapi mereka golongan tua terkadang dihinggapi malas dalam berolahraga yang berdampak pada jasad yang ingin dan lebih banyak memberi perintah barangkali.  Kadang mereka lebih sedikit mendengarkan sehingga kadang tidak terlihat tanda-tanda open gesture (sikap  terbuka) dan memulai dialog, dalam arti menunggu desakan terlebih dahulu.
Memang golongan tua mengetahui dua orang yang saling cinta sedang sangat hidup perasaaannya dan menurun pikiran atau logikanya. Bagi mereka mungkin waktu yang disediakan utnuk bersabar adalah agar dua orang yang akan menikah mengelola antara perasaan dan logika itu. Maka diarahkanlah mereka agar banyak berdo’a kepada Allah agar benar dalam niat dan prioritas cinta, bahwa Allah cinta yang pertama dan utama, syahadatain adalah cinta pertama dan utamanya, aqidah adalah cinta pertama dan utamanya.
Baca juga: Memaknai Surah An-Naba`