Mohon tunggu...
Mahendra
Mahendra Mohon Tunggu... Administrasi - Sejarah mengadili hukum dan ekonomi, sebab sejarah adalah takdir, di satu sisi. *blog: https://mahendros.wordpress.com/ *Twitter: @mahenunja *FB: Mahendra Ibn Muhammad Adam

Sejarah mengadili hukum dan ekonomi, sebab sejarah adalah takdir, di satu sisi. *blog: https://mahendros.wordpress.com/ *Twitter: @mahenunja *FB: Mahendra Ibn Muhammad Adam

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Pancawasiat

3 Mei 2015   17:32 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:25 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

[caption id="" align="aligncenter" width="507" caption="(ilustrasi: thinkstockphotos.com)"][/caption]

Orientasi kehidupan kita adalah akhirat. Senantiasa berpegang teguh pada aturan Allah yang tergambar dalam kehidupan sehari-hari.

Kita tidak dapat mengukur amal kita apalagi mengukur amal orang lain.

Sedangkan Allah mengetahui apa yang di langit dan dibumi dan mengetahui apa yang disembunyikan hambaNya.

Kemudian peliharalah kecusian diri dan silaturahmi. Rasulullah telah mewasiatkan dalam mengarungi kehidupan ini,

Pertama, tinggalkanlah yang haram. Jangan menganggap sepele kesalahan walaupun kecil.

Kedua, ridho terhadap apa yang diberikan Allah Swt. Niscaya engkau kaya. Berarti engkau mensyukuri nikmat Allah dan tak perlu merasa tersaingi oleh orang lain atas nikmat-nikmat-Nya.

Ketiga, berbuat baik kepada tetangga, ketika kesulitan, orang terdekat kita adalah tetangga. Yang dapat membantu. Hormatilah tetangga. Pedulilah kepada tetangga dan berbagilah kepada tetangga.

Keempat, cintailah saudara mu seperti engkau mencintai dirimu sendiri niscaya engkau banyak berbuat kebaikan. Mukmin yang satu dengan yang lainnya layaknya satu tubuh, satu anggota sakit maka anggota tubuh yang lain juga merasakannya.

Kelima, janganlahengkau memperbanyak tertawa sebab dapat menyebabkan matinya hati. Bukan bermaksud melarang tertawa yang membahagiakan. Harus ditinggalkan tertawa yang tidak ada manfaatnya, sedangkan tertawa yang menggembirakan tak apa. Sebab tertawa yang tidak ada manfaatnyadapat menutup mata dan hati dari hidayah Allah

Dengan melaksanakan wasiat Rasulullah ini niscaya kita insyaallah dapat menjaga kesucian diri.

@ suatu Masjid, Bangko, resume khutbah Ustadz Buhari, 3 April 2015.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun