[caption id="attachment_412518" align="aligncenter" width="514" caption="Koloni Kuda Nil Hippopotamus amphibius (copyright:Corel, from Hutchinson unabridged encyclopedia with atlas and weather guide)"][/caption]
Apa yang Anda ketahui tentang Kuda Nil? Mungkin Anda menggambarkannya sebagai hewan besar, bermulut lebar dan bergigi mengerikan, atau mungkin ia terlihat menjijikkan. Barangkali juga Anda akan mengiranya tikus besar jika melihat gambar di atas. Mari membuka tabir kemisteriusan atau keunikan Hippopotamus amphibius yang hidup di daratan Afrika ini!
Publikasi hasil penelitian Douglas J McCauley dkk dengan judul Carbon Stable Isotopes Suggest that Hippopotamus-vectored Nutrients Subsidized Aquatic Consumers in an East African River pada Desember 2014 (print out) dan April 2015 (on-line) menarik disimak karena ia menunjukkan potensi kotoran Kuda Nil yang secara tidak langsung meningkatkan produktivitas ekosistem air.
Sebelum lebih jauh tentang kotorannya, baiknya perlu tahu dahulu tentang nama hewan ini yang dikenal secara internasional yaitu Hippopotamus amphibius. Pada kata kedua nama Kuda Nil yaitu amphibius (penunjuk spesies) mengingatkan kepada istilah amphibia (hidup dua alam) karena memang Kuda Nil jenis ini lama berendam dalam air dan ada kalanya ia ke darat di sisa waktunya setiap hari. Tapi bukan berarti Kuda Nil berkerabat dekat dengan katak. Kuda Nil jenis Hippopotamus amphibius termasuk hewan berdarah panas (lebih tepatnya homoitermik) artinya sumber panas terutama dari metabolisme dalam tubuhnya. Berbeda dengan katak hewan berdarah dingin (lebih tepatnya poikilotermik) yaitu sumber panas terutama dari lingkungannya. Kemudian, alasan kenapa Kuda Nil tidak tergolong class amphibia adalah karena Kuda Nil memiliki karakter khas mamalia yaitu memiliki glandula mamae (kelenjar susu).
Studi DNA terbaru menunjukkan bahwa paus berkerabat dekat dengan Kuda Nil. Kuda Nil diklasifikasikan dalam filum Chordata, sub-filum Vertebrata, class Mamalia, ordo Artiodactyla, family Hippopotamidae. Hewan ini memiliki mata di bagian atas kepala sehingga tetap bisa melihat ketika hampir tenggelam, kemudian biasanya mereka bangkit untuk menghirup udara kira-kira setiap 5 menit. kemudian, mereka biasa hidup dalam koloni sejumlah 15 hewan (The Columbia Encyclopedia, 2015).
Kuda Nil (Hippopotamus amphibius) hewan herbivora dengan tubuh abu-abu atau cokelat dan berkulit tebal ini asli sub-sahara afrika (Philip’s Encyclopedia, 2007) biasa menghabiskan 16 jam di air setiap hari. Sedangkan Kuda Nil Choeropsis liberiensis lebih banyak menghabiskan waktunya di darat.
Hewan yang disebut social animal (The Hutchinson Unabridge Encyclopedia with Atlas and Weather Guide, 2014) ini dapat memakan rumput lebih dari 200 kg setiap kali makan. Nafsu makan hewan berkaki dan berekor pendek ini besar buanget ya?
Sesuai dengan massa tubuhnya 4.500 Kg atau 4,5 ton, tinggi tubuhnya dapat mencapai 160 cm (The Columbia Encyclopedia, 2015). Diperkirakan di Afrika ada jutaan kilogram kotoran Kuda Nil yang menjadi nutrisi bagi sejumlah serangga dan hewan air.
Kotoran Kuda Nil bagian dari aliran energi dalam rantai makanan eksosistem air. Mulanya, kotoran Yang mengandung nitrogen dan karbon (N dan C merujuk ke referensi McCauley, sedangkan VOA menambahkan: sedikit fosfor) ini dimakan oleh serangga dan sejumlah ikan kecil yang kemudian dimangsa oleh hewan lainnya dalam suatu rantai makanan (hubungan makan-dimakan).
Dengan kata lain, kotoran Kuda Nil sebagai sumber kehidupan di sungai dan danau Afrika. Petunjuk pentingnya kotoran Kuda Nil ini dalam produktivitas ekosistem air tawar telah diteliti Douglas J McCauley dkk (2015), data yang diambil yaitu isotop stabil C:N (perbandingan Karbon dan Nitrogen antara kotoran Kuda Nil dengan jaringan hewan dan tumbuhan eksperimen) dan membandingkannya dengan variable control.
Jaringan tersebut diambil dan dianalisa dari Labeobarbus oxyrhynchus (ikan omnivora), Poecilia reticulate (ikan gupi), Trithemis spp (sejenis capung), Acacia xanthophloea (sejenis tumbuhan Akasia) dan Cynodon plectostachyus (giant star grass, sejenis rumput) di Sungai Ewaso Ng’iro di Kenya.
Mengenai volume kotoran di air, jika aliran air terlalu dangkal kotoran Kuda Nil malah menjadi pencemar (polutan). Nah ada yang mau berendam bareng Kuda Nil gak nih?
Selain unik karena kotorannya, Kuda Nil ini unik juga bagi ilmuwan karena diduga bahwa keringatlah yang menyebabkan Kuda Nil tidak terserang infeksi pada kulitnya. Professor Chris Viney menyatakan “kita bisa belajar dari alam,” maksud beliau mengambil pelajaran bagaimana Kuda Nil dapat terhindar dari infeksi penyakit kulit.
Chris Viney mengarahkan agar memproduksilotion yang fungsinya mirip mekanisme yang terjadi pada Kuda Nil dalam menangkal infeksi kulit meski sering berendam berjam-jam di air dan mendarat untuk tidur di malam hari. Bayangkan kejaibannya, ia mampu hidup di daerah rawa yang banyak kerumunan serangga seperti nyamuk dan lalat. Lalat dan nyamuk tidak hinggap di keringat Kuda Nil (American Business, 2006)
Tidak sampai di situ sisi unik Hippopotmus ini. Merujuk kepada The Hutchinson Unabridge Encyclopedia with Atlas and Weather Guide (2014) dinyatakan tentang perilaku Kuda Nil terhadap ‘kawannya’ yang mati.
Kuda nil akan mengelilingi mayat ‘kawannya’ dan mereka menjilatnya. Ini bisa terjadi sampai 24 jam untuk mengusir buaya yang lapar. Mereka akan meninggalkan mayat tersebut hanya jika jumlah buaya terlalu banyak.
Hati-hati juga, jika terlalu dekat, manusia bisa diserang. Sebab, ada kasus Kuda Nil menyerang manusia hingga manuisa tewas, ketika terlalu dekat dengan Kuda Nil dan anaknya.
Kemudian, masalah bagi hewan bermulut lebar ini adalah ia harus bersaing dengan manusia untuk mendapatkan air. McCauley menyatakan Kuda Nil di sub-Sahara Afrika dalam beberapa dekade terakhir populasinya berkurang 10 sampai 20 persen.Mesir salah satu contoh Negara yang tak lagi memiliki Kuda Nil.Padahal dahulu Kuda Nil adalah simbol dewa kelahiran di Mesir.
Di satu sisi, ada relief yang menggambarkan bahwa sejak empat ribu tahun yang lalu di Mesir sudah terjadi perburuan ikan dan Kuda Nil. Perhatikan relief berikut!
[caption id="attachment_412515" align="aligncenter" width="600" caption="Relief (2330 SM) pada Makam Putri, dari Dinasti ke-6 Mesir (source Bridgeman Art Library)"]
“Manusia yang suka berburu satwa liar harus bertanggungjawab” ujar McCauley. Menyusul kemudian informasi dari The Columbia Encyclopedia (2015) bahwa Kuda Nil kini jarang ditemukan dan sering diburu untuk diambil dagingnya. Begitu pula kabar dari Wildlife Conservation Society (2013), bahwa populasi Kuda Nil telah sangat berkurang selama 200 tahun terakhir karena perburuan untuk diambil dagingnya.
Berikutnya McCauley menyatakan jika Kuda Nil bersaing dengan manusia, biasanya Kuda Nil kalah. manusia menginginkan air dari sungai dan danau untuk membangun kota untuk membantu mendinginkan turbin atau membendung sungai. maka Mc Cauley menyarankan agar manajemen air ditangani dengan baik, untuk manusia dan untuk satwa liar sebab makhluk hidup dan lingkungan saling ketergantungan. Hal demikian demi terjaganya keseimbangan di mana keanekaragaman hayati (plasma nutfah) juga terjaga. Pentingnya keanekaragaman hayati ini mengingat juga fakta yang dipresentasikan FAO (Food and Agriculture Organization) bahwa sejumlah besar orang miskin di dunia bergantung langsung pada keanekaragaman hayati (biodiversity) dan ‘layanan’ ekosistem. Di samping itu, mata pencaharian mereka akan terpengaruh pertama dan utama oleh hilangnya keanaekaragaman hayati.
- Note: Untuk mendapatkan informasi tentang Hippopotamu juga relief Mesir cobalah untuk bergabung dengan e-library globethics.net, setelah itu gunakan kata kunci Hippopotamus pada search credo reference. Akan dijumpai sejumlah artikel tentang Hipopotamus dari beragam ensiklopedia.