Mohon tunggu...
Mahendra
Mahendra Mohon Tunggu... Guru - Sejarah mengadili hukum dan ekonomi, sebab sejarah adalah takdir, di satu sisi. *blog: https://mahendros.wordpress.com/ *Twitter: @mahenunja *FB: Mahendra Ibn Muhammad Adam

Sejarah mengadili hukum dan ekonomi, sebab sejarah adalah takdir, di satu sisi. *blog: https://mahendros.wordpress.com/ *Twitter: @mahenunja *FB: Mahendra Ibn Muhammad Adam

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

UN: Rayakan Kelulusan dengan Elegan

16 April 2015   19:21 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:01 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_410535" align="aligncenter" width="300" caption="Siswa di Merangin, Jambi Yakin Lulus (doc.pri.16/4/15)"][/caption]

Sekitar pukul 10.30 WIB muncul konvoi siswa di Bangko, Merangin merayakan keyakinan mereka bahwa mereka lulus sekolah. Mereka telah paham bahwa sekarang ada dua kategori lulus sekolah dan lulus SKL (Standar Komptensi Lulusan). Nah yang mereka yakini adalah lulus sekolahnya yang kemudian mereka rayakan dengan mencorat-coret pakaian mereka dengan cat pilok merah, kuning, hitam dan beragam warna.

Apakah terkesan berlebihan? Ada di antaranya yang mengecat rambut jadi warna merah. Apakah membahagiakan? Mereka siswa-siswi saling mengecat dan kemudian konvoi membunyikan klakson dan membesar-besarkan suara mesin sepeda motor mereka menuju jalur tiga, jalan jenderal sudirman, Bangko, Kab. Merangin, Jambi.

Apakah terkesan gak jelas? Kalau pesebakbola memenangkan liga atau pertandingan final kadang merayakannya dengan mabuk-mabukan,nah kalau siswa merayakan kelulusan dengan corat-coret. Intinya, soalan perayaaan tidak menimbang logika sains. Mabuk dengan miras mengancam kesehatan organ hati. Mencorat-coret pakaian sekolah seperti membuang pakaian, membeli untuk dibuang, ibarat merokok (membeli untuk tidak dimakan). Toh tampaknya, orang yang diwisuda tak juga melihat ulang pakaian wisudanya. Begitu juga barangkali, pakaian tercorat-coret tak dilihat ulang oleh pemakainya di kemudian hari.

Ada yang mendukung gagasan rayakan UN dengan elegan dari ratusan siswa SMA N 1, menurut laporan Muhammad Iqbal siswa SMA N 1 Merangin, ada sejumlah siswa yang tidak merayakannya dengan mencorat-coret pakaiannya.

Jika dibandingkan dengan pra-UN, mereka meminta doa’ agar lulus UN (SKL). Kemudian ketika lulus mereka minta dicorat-coret pakaian sekolahnya. Namun bagaimanapun juga, Pasca UN ini tentu menjadi kenangan bagi mereka dan sebaiknya dirayakan dengan hal-hal yang positif dan menimbulkan kesan elegan seperti wisuda sarjana, pascasarja atau doktoral yang tak mencorat-coret pakaiannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun