Mohon tunggu...
Mahendra
Mahendra Mohon Tunggu... Administrasi - Sejarah mengadili hukum dan ekonomi, sebab sejarah adalah takdir, di satu sisi. *blog: https://mahendros.wordpress.com/ *Twitter: @mahenunja *FB: Mahendra Ibn Muhammad Adam

Sejarah mengadili hukum dan ekonomi, sebab sejarah adalah takdir, di satu sisi. *blog: https://mahendros.wordpress.com/ *Twitter: @mahenunja *FB: Mahendra Ibn Muhammad Adam

Selanjutnya

Tutup

Politik

Uang: Jokowi, Prabowo Pun Tertipu Puluhan Tahun (Bag. 14)

21 Juli 2014   13:43 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:43 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Hikmah mempelajari sejarah uang :

Kelihatannya Koperasi memiliki masa depan yang bagus.

Kita harus berinvestasi emas, berkebun, bertani, berternak dan yang sejenisnya. Sebab risiko kolaps bagi uang kertas sangat tinggi.

Tidak akan puas kita jika memenuhi ‘pernak-pernik dunia’ ke dalam ‘perut’ kita. Takkan puas kecuali jika kita pandai bersyukur.

Kita mesti mengintensifkan membaca dan memiliki perpustakaaan pribadi, khususnya tentang sejarah. Geografi tidak lupa daratan, Sastra bikin jiwa bermekaran, (sehingga) Sejarah bikin hidup punya tujuan.

Dibutuhkan kesabaran dalam mengelola masalah-masalah pelik.

Hati-hati lah melegalkan sesuatu, boleh jadi keputusan kita malah ‘mengurung’ orang lain dalam keterpurukan dan makin berantakan.

Dibutuhkan orang-orang yang berani membela rakyat di atas kebenaran agar banyak orang tidak dikendalikan oleh orang-orang Rakus/Penipu.

Perilaku agnostik cenderung berkaitan dengan kerakusan/ketamakan kepada duniawi.

Tanamankan jiwa rela berkorban. Jadilah orang yang melayani plus berwawasan luas dan tinggi bukan menjadi orang yang melayani tapi wawasan sempit dan rendah. Bukan pula menjadi orang yang cuma mau dilayani.

Berhati-hati lah dan mawas diri.

Intinya jaga selalu: agama, akal, jiwa, harta, generasi, dan harga diri.

Bersambung…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun