Mohon tunggu...
emha albana
emha albana Mohon Tunggu... Seniman - Jurnalis, Film Maker, Auhtor, Konten Kreator

Hanya pelaku dalam peradaban, penulis di negeri yang enggan membaca, konten kreator zero capital, jurnalis tanpa media, rakyat tanpa pengakuan, seniman tanpa galery, saya tidak hebat tapi terlatih.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Televisi Riwayatmu Kini : Dari Buaian Hingga Menjelang Ajal

13 Januari 2025   11:17 Diperbarui: 13 Januari 2025   11:17 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Televisi Riwayatmu Kini ( Ilustrasi : Emha Al Bana )

Jika tren ini terus berlanjut, bukan tidak mungkin televisi akan menjadi barang langka di masa depan. Sama seperti mesin ketik yang dulu menjadi alat utama untuk menulis tetapi kini hanya ditemukan di museum atau toko barang antik, televisi mungkin akan kehilangan tempatnya di rumah-rumah modern.

Namun, seperti halnya buku cetak yang tetap memiliki tempat meski era digital melanda, televisi mungkin akan menemukan ceruk baru sebagai barang nostalgia. Televisi dapat menjadi simbol masa lalu yang mengingatkan kita pada era di mana keluarga berkumpul di ruang tamu untuk menonton acara favorit bersama.

Akhir Sebuah Perjalanan?

Akhir dari perjalanan televisi mungkin hanya menunggu waktu. Ketika generasi baru lebih memilih layar ponsel ketimbang layar kaca, televisi harus menghadapi kenyataan pahit sebagai media yang mulai kehilangan relevansinya. Namun, perjalanan panjang televisi telah meninggalkan jejak yang mendalam dalam sejarah komunikasi manusia.

Hanya waktu yang akan menjawab apakah televisi akan bertahan sebagai bagian dari kehidupan modern atau menjadi kenangan manis yang disimpan dalam album sejarah peradaban manusia. Dalam setiap babaknya, televisi tetap menjadi salah satu inovasi terbesar yang pernah diciptakan, merajut cerita dari buaian hingga menjelang ajalnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun