Di Indonesia, televisi pertama kali diperkenalkan pada tahun 1962. Pemerintah mendirikan Televisi Republik Indonesia (TVRI) sebagai bagian dari proyek besar untuk menyiarkan Asian Games IV yang diadakan di Jakarta. Siaran perdana TVRI pada tanggal 24 Agustus 1962 menjadi tonggak sejarah pertelevisian di Indonesia.
Pada awalnya, siaran televisi hanya dapat diakses oleh kalangan tertentu karena jumlah perangkat televisi yang terbatas. Namun, seiring berjalannya waktu, televisi mulai menyebar ke berbagai lapisan masyarakat. TVRI memainkan peran penting dalam menyebarkan informasi dan mempromosikan program-program pembangunan nasional, meskipun kontennya cenderung dikontrol oleh pemerintah.
Pada akhir 1980-an, monopoli TVRI mulai berakhir dengan munculnya stasiun televisi swasta. RCTI, yang diluncurkan pada tahun 1989, menjadi stasiun televisi swasta pertama di Indonesia. Kehadiran RCTI diikuti oleh SCTV, Indosiar, ANTV, dan berbagai stasiun televisi lainnya. Kehadiran televisi swasta membawa warna baru dalam dunia penyiaran di Indonesia. Program-program hiburan, seperti sinetron, acara musik, dan reality show, mulai mendominasi layar kaca.
Tantangan Televisi di Era Digital
Memasuki abad ke-21, televisi mulai menghadapi tantangan besar dengan munculnya internet dan teknologi digital. Kehadiran platform streaming seperti YouTube, Netflix, dan Disney+ mengubah cara masyarakat mengonsumsi hiburan. Generasi muda, yang tumbuh bersama teknologi digital, lebih memilih untuk menonton konten on-demand daripada siaran televisi tradisional.
Selain itu, media sosial juga menjadi ancaman serius bagi televisi. Dengan platform seperti Instagram, TikTok, dan Facebook, pengguna dapat mengakses berbagai konten hiburan dan informasi secara langsung di ponsel mereka. Hal ini menyebabkan penurunan jumlah penonton televisi, terutama di kalangan generasi muda.
Stasiun televisi mencoba beradaptasi dengan meluncurkan platform streaming mereka sendiri dan memperluas kehadiran mereka di media sosial. Namun, upaya ini sering kali tidak cukup untuk mempertahankan relevansi televisi sebagai medium utama. Banyak stasiun televisi yang kesulitan bersaing dengan platform digital yang menawarkan fleksibilitas dan personalisasi lebih tinggi.
Nasib Televisi yang Kian Redup
Seiring berjalannya waktu, nasib televisi semakin terancam. Banyak rumah tangga, terutama di perkotaan, mulai meninggalkan televisi konvensional. Perangkat televisi yang dulunya menjadi pusat kehidupan keluarga kini mulai digantikan oleh ponsel, tablet, dan laptop. Bahkan, banyak anak muda yang tumbuh tanpa pernah benar-benar menonton televisi tradisional.
Dalam kondisi ini, televisi harus berjuang keras untuk tetap relevan. Beberapa stasiun televisi mencoba menghadirkan konten-konten yang lebih kreatif dan inovatif, seperti acara kompetisi musik, program reality show dengan konsep baru, dan tayangan live yang sulit ditiru oleh platform digital. Namun, tekanan ekonomi dan perubahan pola konsumsi media membuat banyak stasiun televisi kesulitan untuk bertahan.
Prediksi Televisi Menjadi Barang Langka