Ketidaksabaran dengan Hasil Instan
Keputusan ini mencerminkan kurangnya kesabaran PSSI terhadap pembinaan jangka panjang. Shin Tae-yong telah menanamkan fondasi penting, termasuk regenerasi pemain, yang seharusnya terus didukung.
Target yang Tidak Realistis
PSSI kerap menetapkan target yang tidak sejalan dengan kondisi nyata sepak bola Indonesia. Ekspektasi untuk langsung juara di setiap turnamen tanpa mempertimbangkan proses adalah kesalahan besar.
Minimnya Konsistensi Kebijakan
Keputusan memecat pelatih setelah beberapa kegagalan singkat menunjukkan lemahnya konsistensi dalam membangun sistem yang stabil.
Respons Publik: Mosi Tidak Percaya
Banyak penggemar sepak bola Indonesia menilai keputusan PSSI ini sebagai langkah mundur. Dukungan terhadap Shin Tae-yong masih sangat besar, terutama dari mereka yang melihat perubahan positif dalam gaya permainan dan mentalitas tim.
Di media sosial, tagar #DukungShinTaeYong dan #PSSIOut sempat menjadi trending, menunjukkan ketidakpuasan masyarakat terhadap federasi.
Apa Selanjutnya?
Dengan berakhirnya era Shin Tae-yong, beban besar kini ada di pundak PSSI untuk menunjuk pengganti yang mampu melanjutkan momentum ini. Namun, jika keputusan ini hanya didasari pada hasil instan tanpa mempertimbangkan pembinaan jangka panjang, Indonesia berisiko kehilangan peluang emas untuk menjadi kekuatan baru di Asia.
Pemecatan Shin Tae-yong bukan sekadar pergantian pelatih, melainkan cermin dari budaya sepak bola yang masih berorientasi pada hasil instan. Jika PSSI tidak segera memperbaiki pola pikir ini, sepak bola Indonesia akan terus terjebak dalam lingkaran stagnasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H