Mohon tunggu...
emha albana
emha albana Mohon Tunggu... Seniman - Jurnalis, Film Maker, Auhtor, Konten Kreator

Hanya pelaku dalam peradaban, penulis di negeri yang enggan membaca, konten kreator zero capital, jurnalis tanpa media, rakyat tanpa pengakuan, seniman tanpa galery, saya tidak hebat tapi terlatih.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Kado Awal Tahun Kenaikan Pajak dan Pemberontakan Golongan Menengah

2 Januari 2025   03:11 Diperbarui: 2 Januari 2025   03:22 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pajak dan Sejarah Hitamnya / Ilustrasi : emhaalbana

Tahun baru sering membawa harapan baru, tetapi tidak selalu perubahan yang menggembirakan bagi semua orang. Di Indonesia, momen awal tahun sering kali disertai dengan kebijakan baru, termasuk kenaikan pajak yang bisa menambah beban ekonomi bagi masyarakat. Terlepas dari alasan pemerintah untuk menaikkan pajak demi meningkatkan pendapatan negara, keputusan ini selalu menjadi sorotan. Kenaikan pajak, meski mungkin untuk tujuan pembangunan, seringkali menghadirkan perasaan tidak adil, terutama bagi kalangan menengah ke bawah yang merasa langsung terdampak.

Namun, sebelum kita terburu-buru mengkritik kebijakan ini, ada baiknya untuk menelisik lebih dalam tentang bagaimana pajak menjadi titik ketegangan antara rakyat dan pemerintah sepanjang sejarah. Di dunia ini, pajak bukan hanya isu ekonomi, tapi juga pernah memicu pemberontakan besar yang mengguncang kekuatan politik di berbagai belahan dunia. Sejarah mencatatkan bagaimana kebijakan pajak yang memberatkan sering kali memicu kerusuhan dan demonstrasi massal, terutama dari kalangan ekonomi menengah yang merasa terpinggirkan. Apakah sejarah ini dapat menjadi pelajaran berharga bagi kita dalam menanggapi kebijakan pajak yang ada?

Pajak: Masalah Lama yang Selalu Sensitif

Pajak adalah kewajiban bagi setiap warga negara dan menjadi tulang punggung bagi pendanaan pembangunan negara. Namun, meskipun penting, pajak selalu menjadi topik sensitif. Kenaikan pajak, terutama dalam situasi ekonomi yang belum stabil, sering kali menciptakan keresahan di kalangan masyarakat. Hal ini dapat terasa sangat memberatkan bagi mereka yang berada di kelas menengah, yang sering kali menjadi golongan paling rentan terhadap dampak langsung dari pajak yang meningkat.

Kelas menengah merupakan segmen penting dalam perekonomian suatu negara. Mereka adalah konsumen utama dan memiliki daya beli yang cukup besar. Oleh karena itu, kebijakan pajak yang mempengaruhi daya beli mereka dapat menurunkan konsumsi, yang akhirnya berisiko memperlambat pertumbuhan ekonomi. Namun, meskipun kenaikan pajak berdampak langsung pada masyarakat, ada alasan kuat mengapa pemerintah sering kali memilih jalur ini, yaitu untuk meningkatkan pendapatan negara guna membiayai pembangunan dan program sosial.

Sejarah Pemberontakan Pajak: Ketegangan antara Rakyat dan Negara

Kenaikan pajak atau kebijakan pajak yang dianggap tidak adil bukan hal baru dalam sejarah dunia. Sejak zaman dahulu, kebijakan pajak telah menjadi salah satu penyebab utama ketidakpuasan sosial dan pemberontakan. Salah satu contoh paling terkenal terjadi di Prancis pada abad ke-18, saat masyarakat yang terbebani pajak tinggi melakukan pemberontakan besar yang dikenal sebagai Revolusi Perancis.

Revolusi Perancis (1789)
Pada masa pemerintahan Raja Louis XVI, Prancis dilanda krisis keuangan yang parah. Pemerintah yang tidak mampu mengelola keuangan negara dengan baik, memutuskan untuk meningkatkan pajak kepada rakyat, terutama pada kalangan petani dan kelas menengah. Hal ini menambah beban mereka yang sudah cukup berat akibat inflasi dan harga bahan pokok yang melonjak. Ketidakadilan dalam sistem perpajakan, di mana kaum bangsawan dan gereja tidak dikenakan pajak, memicu kemarahan rakyat. Pada 1789, kemarahan yang sudah memuncak ini meledak dalam bentuk demonstrasi massal yang akhirnya menjadi Revolusi Perancis. Rakyat menyerbu Bastille, simbol kekuasaan tirani, dan akhirnya menggulingkan monarki serta mengubah wajah Prancis selamanya.

Pemberontakan Shays (1786-1787)
Di Amerika Serikat, pemberontakan terkait pajak juga terjadi pada akhir abad ke-18. Pada masa awal pembentukan negara tersebut, banyak petani yang kesulitan membayar pajak tanah dan hutang mereka kepada pemerintah negara bagian. Dalam menghadapi krisis ekonomi pasca Perang Revolusi, pemerintah negara bagian Massachusetts menaikkan pajak yang membebani petani. Petani yang sebagian besar berasal dari kalangan menengah ke bawah ini merasa tidak ada perhatian dari pemerintah terhadap kondisi ekonomi mereka yang semakin sulit. Ketidakpuasan ini mendorong terjadinya Pemberontakan Shays, yang dipimpin oleh Daniel Shays. Meskipun pemberontakan ini tidak berhasil mengubah kebijakan pajak, peristiwa ini menjadi pengingat penting akan potensi ledakan sosial yang dapat dipicu oleh kebijakan pajak yang memberatkan.

The English Revolution (1642-1651)
Pada abad ke-17 di Inggris, pajak juga menjadi salah satu penyebab terjadinya revolusi. Ketika Raja Charles I memutuskan untuk memungut pajak tanpa persetujuan parlemen, hal ini memicu protes dari berbagai kalangan, terutama petani dan kelas menengah. Ketidakadilan dalam pengenaan pajak yang tidak adil ini akhirnya membawa negara ke dalam perang saudara, yang dikenal dengan The English Civil War. Keterlibatan pajak dalam konflik ini menunjukkan bagaimana kebijakan fiskal dapat memperburuk ketegangan sosial dan memicu perlawanan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun