Berpikir bahwa segala penderitaan adalah ujian dari Tuhan, selain tidak logis juga lancang--meski itu jauh lebih baik daripada menganggap penderitaan adalah Kutukan Tuhan--kita justru seolah mengkambinghitamkan Tuhan atas segala kesusahan yang kita udang sendiri. Semua ya hasil perbuatan kita sendiri sebenarnya. Hasil dari kehendak kita sendiri. Coba saja ditelusuri dengan teliti dan dalam, segala penderitaan-penderitaan yang kita alami saat ini, pasti kita akan sadar, bahwa segala penderitaan itu memang kita sendiri yang mengundang. Hasil dari ngunduhing pakarti. Karena hukum semesta tidak pernah berbohong.
Berat memang untuk mengakui itu. Sakit memang menerima kenyataan itu. Karena ego kita berontak dan lebih suka melimpahkan kesalahan itu kepada sesuatu di luar diri kita. Namun, ketika kita sudah mampu menerima dengan lapang dada, bisa menaklukan ego, kita akan mempunyai kesempatan untuk berubah.
Terima saja karena itu memang salah kita sendiri. Lalu kemudian maafkan diri, anggap semua kesalahan yang pernah kita lakukan adalah sebuah proses untuk mendewasakan. Adalah sebuah kesalahan yang barangkali perlu dilalui agar kita tidak mengulanginya lagi.
Intropeksi diri, maafkan diri, dan jalani hari dengan lebih berhati-hati.
Salam pembelajaran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H