Pada suatu hari, Plato bertanya kepada Sang Guru..
Plato: "Guru, apa itu Cinta? Bagaimana saya menemukannya?"
Guru : "Ada ladang gandum yang luas didepan sana, berjalanlah tanpa boleh mundur kembali, kemudian ambil satu ranting. Jika kamu menemukan ranting yg kamu anggap paling menakjubkan, artinya kamu telah menemukan cinta".
Plato pun berjalan menelusuri hutan dari satu ujung ke ujung lainnya, dia kembali ke hadapan guru dengan tidak membawa seranting pohonpun. Lalu sang guru bertanya..
Guru : "Mengapa kamu tidak membawa satupun ranting?"
Plato: "Sebenarnya aku telah menemukan yang paling menakjubkan, tapi aku tak tahu apakah ada yang lebih menakjubkan lagi didepan sana. Jadi tak kuambil ranting tersebut. Saat melanjutkan perjalanan lebih jauh lagi, baru kusadari bahwa ranting-ranting yang kutemukan kemudian tidak sebagus ranting yang tadi. Jadi pada akhirnya tak kuambil soebatang ranting pun".
Guru : "Itulah Cinta!"
Pada hari yang lain plato bertanya lagi
Plato: "Lalu apa pula itu pernikahan?" lalu sang guru kembali memerintahkan..
Guru : "Coba kau masuk hutan lagi, jalan dari satu ujung ke ujung lainnya dan jangan berbalik. Cari sebatang pohon yang paling besar, paling kuat, paling tinggi, paling bagus, dan paling cantik."
Kemudian Plato langsung kembali memasuki hutan. Tidak lama kemudian Plato sudah kembali ke hadapan gurunya dengan membawa sebatang pohon. Lalu sang guru bertanya.
Guru: "Kenapa kau sudah kembali? Apa kau sudah sampai ke ujung jalan satunya? dan pohon yg kau bawa itu menurutku tidak bagus, tidak terlalu besar, tidak terlalu tinggi, tidak terlalu cantik. Tolong jelaskan ke aku kenapa kau kembali cepat dan memutuskan mengambil pohon ini?"
Plato: "Saya memang hanya baru sampai sepertiga perjalanan ketika saya memutuskan untuk mengambil pohon ini. Saya sadar pohon ini memang tidak bagus2 amat seperti yg guru katakan.
Guru : "Lalu kenapa kau mengambilnya?"
Plato : "Saya memutuskan mengambilnya karena saya takut sampai di akhir perjalanan saya tidak menemukan pohon yang lebih bagus dari ini."
lalu sang guru berkata
Guru : "Itulah yg namanya Pernikahan!"
Jika kita analogikan jalan dan hutan sebagai hidup dan perjalanan waktu yang tidak dapat kembali, akankah kita menyesal telah melewatkan cinta, yang sampai saat ini kita tak tak dapat menjawabnya. Jika kita analogikan ranting sebagai cinta, akankah kita menemukan cinta yang sempurna. Apabila kita mengharapkan suatu cinta yang sempurna, kita hanya akan berakhir pada ujung jalan dengan ranting yang mungkin sangat jauh dari kesempurnaan yang pernah kita lihat yang berada di sana dengan segala macam kenangan masa lalu. Sedangkan dalam pernikahan adalah sebuah kompromi, untuk dapat menahan keinginan dan harapan saat itulah kita akan mendapatkan cinta yang sempurna, dan cinta adalah hal terindah yang dapat terjadi dalam hidup manusia.
Sebuah analogi cerita yang mungkin pernah juga teman-teman baca karena saya mendapatkan ini dari sebuah milis. Semoga dapat bermanfaat dan menginspirasi!
Postingan juga dapat dibaca disini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H