Mohon tunggu...
Ester Meryana
Ester Meryana Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

..

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Menonton Bola di antara Asap Rokok dan Asap Mercon

1 Juli 2013   16:21 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:10 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menonton pertandingan sepak bola kini menjadi milik semua lapisan masyarakat di Tanah Air. Melihat pertandingan secara langsung di stadion semakin ramai dilakukan. Buktinya, setiap kali ada pertandingan yang dilakoni tim nasional Indonesia, tiket pun laku keras. Bangku-bangku di stadion, seperti di Gelora Bung Karno, tak pernah terlihat sepi.

Artinya, animo masyarakat Indonesia untuk menonton sepak bola di stadion semakin tinggi. Akan tetapi, masyarakat yang menonton sepak bola secara langsung belum dapat disuguhi oleh kondisi yang aman dan nyaman.

Beberapa kali menonton pertandingan timnas Indonesia di GBK, kondisi itulah yang saya dapat. Ketika masuk ke area GBK, wilayah untuk berjalan kaki semakin sempit karena harus berbagi ruang dengan para pedagang suvenir. Menurut saya, pengelola GBK seharusnya memberikan tempat kepada para pedagang, misalnya tenda-tenda kecil di kanan dan kiri jalan menuju stadion. Bisa dibuat secara permanen, sehingga mudah ditempati pedagang kalau ada pertandingan. Sehingga apik bila dilihat, dan ruang untuk pejalan kaki menjadi lebih pasti.

Mengenai pintu masuk (gate) stadion sendiri sudah cukup banyak. Namun, tetap saja, antrian panjang kerap terlihat ketika pertandingan berlangsung. Antrian bahkan bisa menutup jalan bagi para pengunjung, karena antrian biasanya mengular atau tidak terbagi dalam shift atau bentuk lain. Alhasil, kata “permisi” sering terdengar ketika sedang mengantri.

Setelah masuk ke dalam stadion GBK, penonton pun akan disuguhi oleh tumpukan sampah di beberapa tempat di lorong-lorong. Belum lagi ada bau yang tak sedap. Masuk ke area dalam stadion, saya pun membayangkan, “Kapan ya tempat duduk ini diganti?” Kebetulan waktu Timnas Indonesia melawan Timnas Belanda beberapa waktu lalu, saya mendapat tiket kelas II dengan posisi tempat duduk di belakang gawang, jadi mendapatkan tempat duduk berupa kayu panjang.

Seringkali saya melihat, mungkin karena posisinya lebih enak, yang dijadikan tempat duduk itu bagian penopang atau untuk menyender. Sehingga kaki justru ada di bagian untuk duduk. Alhasil, cara duduk seperti itu mengganggu penonton di belakangnya yang duduknya normal.

[caption id="attachment_252326" align="alignleft" width="333" caption="asap mercon"][/caption] Yang paling disesalkan adalah menonton di antara “kepungan asap.” Sekalipun jam pertandingan Belanda vs Indonesia cukup malam, banyak penonton yang membawa anak-anak kecil bahkan balita. Malangnya, banyak pula orang yang merokok dengan bebasnya. Mereka menghisap barang adiktif itu dengan seenak udelnya. Kondisi itu terus berlangsung hingga pertandingan berakhir. Sulit ketika melarang satu orang yang berada di dekat kita, tetapi beberapa orang lainnya tetap merokok. Karena asap tak mungkin diatur.

13726707351987435418
13726707351987435418
Asap rokok sudah mengganggu, ditambah lagi asap mercon. Untuk yang satu ini, masyarakat kita memang tak bisa diatur. Sudah diperingati, diberikan larangan, tetap saja. Seringkali, mercon dihidupkan dari tribun atas. Otomatis, penonton yang duduk di bawahnya kejatuhan serpihan mercon dan asapnya. Seperti yang saya alami terakhir kali di pertandingan melawan Tim Oranye. Tetap saja ada penonton yang bandel, sekalipun yang menyalakan mercon sebelumnya ditangkap oleh petugas keamanan. Menonton pertandingan dengan mengeluarkan kocek yang nggak sedikit tapi justru disuguhkan oleh hal-hal seperti itu. Mencoba membayangkan kapan hal-hal itu akan berubah. Perubahan bukan hanya perlu secara fisik (baca: sarana dan prasarana) tetapi juga mental!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun