Membacanya seperti menyeret imaji yang kompleks. Tentang masa lalu, karena konteksnya memang tentang masa yang telah lalu. Tentang saat ini, karena berisi tentang kedirian manusia yang bersifat universal dan absolut itu.
Memanglah tidak ada gading yang tak retak, sebagaimana tidak ada manusia sempurna. Tapi setidaknya, ketidak sempurnaan tokoh besar sepertinya tetap saja banyak pelajaran yang bisa dipetik.
Jadi, soal keterbatasan, bisa saja setiap orang mengidapnya. Tidak terkecuali tokoh besar kita ini. Hanya saja ia mampu melaluinya. Mestinya kita juga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H