Mohon tunggu...
Emelia Sigit
Emelia Sigit Mohon Tunggu... -

Emelia Sigit, terlahir dengan nama Emelia Peni Dwi Astuti, Alumni FTP-UGM ,Ibu 2 anak laki-laki tinggal di Semarang, seorang Ibu Rumah Tangga,hoby menulis, memilih menjadi penulis lepas untuk berekspresi, lebih suka menulis kejadian nyata , non fiksi dan artikel,,, karena yang "based on true story" selalu menjadikannya sadar untuk tidak bermimpi, mengagumi tulisan fiksi yang kocak dan lucu.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kurikulum Berubah Jangan Resah !

1 Juli 2014   07:11 Diperbarui: 18 Juni 2015   08:02 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Kurikulum Pendidikan di Indonesia sejak awal Kemerdekaan hingga saat ini telah mengalami sebanyak  10 kali perubahan ! Hal yang sering menjadikan orang tua bingung karena harus menyesuaikan dengan berbagai penyesuaian.

Kurikulum di Indonesia semakin rentan dengan perubahan terutama saat pergantian pimpinan negara. Seperti saat menjelang Pilpres 2014 ini, berbagai wacana membuncah ke permukaan seolah-olah semua pihak menfaatkan kesempatan untuk menarik simpati para orang tua anak Indoneisa usia sekolah yang jumlahnya luar biasa banyaknya. Padahal baru saja kurikulum pendidikan kita berubah menjadi Kurikulum 2013 setelah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 dianggap kadaluarsa.

Perubahan kurikulum di Indonesia tergolong sering dan selalu berganti-ganti nama...bahkan terkadang pergantian nama hanya mengakibatkan keharusan membeli buku baru dengan cover berbeda tetapi isinya materinya nyaris sama

Berikut adalah tahapan perkembangan Kurikulum Pendidikan di Indonesia sejak tahun 1947 :

1.   Tahun 1974 – Rentjana Pendjaran 1974

2.   Tahun 1952 – Rentjana Peladjaran Terurai 1952

3.   Tahun 1964 – Rentjana Peldjaran 1964

4.   Tahun 1968 – Kurikulum 1968

5.   Tahun 1975 – Kurikulum 1975

6.   Tahun 1984 – Kurikulum 1984

7.   Tahun 1994 – Kurikulum 1994

8.   Tahun 2004 – Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004

9.   Tahun 2006 – Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006

10. Tahun 2013 – Kurikulum 2013

Sebagai cermin dalam lingkup yang lebih luas, Finlandia diakui dunia mempunyai sistem pendidikan terbaik dan kebijakan-kebijakan pendidikan di negara tersebut konsisten selama lebih dari 40 tahun. Walaupun partai yang memerintah berganti-ganti.

Namun tidak mudah mengadopsi sistem  pendidikan Finlandia, karena negara ini sudah eksis begitu lama, sangat kecil dibandngkan Indonesia. Penduduknya hanya sekitar 5 juta jiwa dan bersifat homogen, sementara Indonesia dengan lebih dai 220 juta jiwa, bersifat majemuk dalam suku, agama, budaya dan latar belakang sosialnya dan terpisah-pisah oleh selat dan lautan...sangat kompleks!

Sebagai ibu yang lebih banyak terlibat dalam proses pendidikan formal anak, perubahan kurikulum sering membuat resah dan bingung.

Kebijakan yang diambil oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan ini kerap menjadi momok bagi para Ibu karena kawatir anak-anak tidak bisa menyesuaikan diri dengan kurikulum yang baru.

Namun bila dilihat sejarah perkembangan Kurikulum di Indonesia, tidak hanya sekarang saja kurikulum berubah-ubah, tetapi sudah sejak awal kemerdekaan proses itu terus berlangsung dengan jarak waktu yang bervariasi, jadi apa yang harus ditakutkan ?

Adalah Stefie Sierra Ngangi , muda berbakat dan sama sekali tidak resah dengan pendidikan formalnya. Diusia yang sangat muda, yaitu saat dia masih duduk di bangku SMA dia justru sudah bercita-cita membangun sebuah bisnis di bidang pendidkan. Dia sangat independen dan percaya diri. Dan tanpa ragu selulus SMA dia mewujudkan mimpinya dengan mendirikan Kiwikids Preschool & Kindergarten, KiwiSchool dan Stefie’s House of Creativity. Saat usia SMA sering dikonotasikan dengan ‘anak galau’ , galau kalau tidak lulus UN, galau nggak diterima di PTN , galau karena harus berebut lowongan pekerjaan, cewek enerjik ini melejit tanpa menghiraukan pakem-pakem kurikulum sekolah. Dengan mendalami keterampilan di bidang seni , terasahlah bakat seni dalam jiwanya. Seni ballet, seni tari, modelling, operet dan ajang pemilihan putra putr daerah menjadi senjatanya menyambut masa depan yang mandiri dan sukses.

Sebuah potret lain yang mencerahkan dan menginspirasi para orang tua untuk lebih bijak mensikapi pemilihan pendidikan untuk putra putrinya.

Kesuksesan anak tidak melulu ditentukan oleh pendidikan formal dengan kurikulum yang kaku dan terkadang tidak sesuai dengan karakter anak. Bila anak saat ini belajar di sekolah formal yang masih mengukur prestasi siswa dengan angka ikuti saja alurnya Bila sistem yang berlaku di sekolah memaksa anak untuk bersaing dalam nilai dan ranking, dalam memperebutkan kursi pendidikan di jenjang yang lebih tinggi , perjuangkan dengan tujuan yang jelas. Bukan untuk gengsi, eksistensi atau untuk menyombongkan diri dan oran tuanya.

Selebihnya habiskan waktu anak untuk mengasah bakat yang dimilikinya, baik di bidang olah  raga, seni, bahasa dll.

Jadi sebenarnya tidak ada yang perlu di cemaskan dengan perubahan kurikulum Pendidikan. Beri pengertian pada anak bahwa yang paling penting bukan selalu menjadi nomer satu dalam akademis, tetapi menjadi lentur dengan perubahan lebih diperlukan, karena itu adalah ketrampilan untuk menghadapi hidup kelak ketika dia dewasa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun