Mohon tunggu...
Darryl Hilmy
Darryl Hilmy Mohon Tunggu... Lainnya - Undergraduate Student in Political Sciences Department, Faculty of Social and Political Sciences, University of Indonesia

A fan of Liverpool Football Club, Boston Celtics and Boston Red Sox. An enthusiast in pop culture especially music. Also likes cars, model kits, technology and food. I write for fun.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Australia: Masyarakat dan Pandemi Covid-19, Sebuah Pandangan Komunitarian

17 November 2020   11:33 Diperbarui: 17 November 2020   11:37 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Muhammad Darryl Hilmy

Mahasiswa S1 Ilmu Politik FISIP UI

Jakarta, 16 November 2020

Conflict of Interest Statement: Tulisan ini dibuat untuk penilaian Ujian Tengah Semester Ganjil mata kuliah Politik di Australia. Penulis menyatakan bahwa tulisan berikut bersifat murni akademis tanpa ada kepentingan finansial dan politik dari penulis maupun pihak-pihak lain. 

Tahun 2020 merupakan tahun yang sangat unik dan tragis dalam sejarah. Munculnya pandemi Covid-19 di Wuhan, China dengan sangat cepat menjadi sebuah pandemi berskala global yang mempengaruhi kehidupan manusia secara keseluruhan. 

Bukan hanya dalam tatanan kesehatan saja, pandemi Covid-19 menghambat kegiatan manusia dalam aspek ekonomi, sosial, budaya dan politik. Dengan terhambatnya kehidupan sehari-hari, diperlukan rasa gotong-royong dan rasa kebersamaan bagi seluruh umat manusia tanpa memandang kebangsaan, ras atau kelas sosial. 

Tentu saja hal tersebut sulit untuk diwujudkan; mengingat manusia merupakan makhluk yang memiliki sifat berbeda-beda dan latar belakang yang berbeda-beda juga, rasa kebersamaan ini sangat penting untuk menghadapi lawan bersama umat manusia sekarang yaitu Covid-19. 

Usaha membentuk kebersamaan manusia ini dapat dilihat dari bagaimana penanganan pemerintahan negara-negara di dunia bersamaan dengan rakyatnya. Dalam tulisan ini, saya akan membahas penanganan Covid-19 negara Australia dengan perspektif komunitarianisme.

Komunitarianisme adalah sebuah pemikiran yang sederhananya menekankan hubungan antara seorang individu dengan komunitasnya. Menurut Avineri dan de-Shalit (1992), komunitas ini merupakan konsep yang tidak terbatas; seorang individu dapat menjadi anggota dari banyak komunitas, mulai dari komunitas terkecil seperti keluarga hingga komunitas yang terbentuk berdasarkan kesamaan lokasi geografis, budaya dan/atau adat istiadat. 

Adanya rasa menjadi anggota dari komunitas tersebut membentuk pemikiran individu yang perlahan-lahan menganggap dirinya merupakan anggota dari komunitas tersebut, sehingga individu akan mementingkan kepentingan komunitas daripada kepentingan individu itu sendiri. 

Teori komunitarianisme yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah teori komunitarianisme versi Amitai Etzioni yang ia tulis dalam bukunya, The Active Society (1968). 

Etzioni menyatakan bahwa komunitas ini dibentuk dari mobilisasi sumber daya dari sektor privat dan individual untuk memenuhi kepentingan publik (Etzioni, 1968 p. 390). 

Konsep mobilisasi ini akan mencapai kondisi dimana masyarakat akan menjadi satu unit kolektif yang digerakkan oleh pemerintah dengan kepentingan publik sebagai posisi utamanya.

Etzioni menyatakan bahwa mobilisasi yang menuju kolektifitas ini mengubah individu menjadi satu unit kolektif dalam masyarakat (Ibid, p. 393) sehingga menjadi sebuah komunitas yang digerakkan oleh individu sebagai unit.

Pemikiran komunitarianisme menurut Etzioni ini tentu saja dapat berhubungan dengan kebijakan pemerintah Australia dalam menangani Covid-19. Untuk menangani pandemi ini, sektor ekonomi yang digerakkan oleh masyarakat tentu harus dikorbankan meskipun berdampak langsung kepada kehidupan individu masyarakat Australia. 

Upaya penanganan ini diberlakukan dalam bentuk kebijakan lockdown yang diadakan di Australia per tanggal 22 Maret 2020 (Knaus, 2020). Akan tetapi, kebijakan lockdown yang didasari kepentingan kesehatan bersama ini juga memiliki dampak bagi kehidupan individu masyarakat Australia. 

Dilansir dari Bloomberg, kebijakan lockdown di Australia menimbulkan banyak kesulitan-kesulitan pada kelompok masyarakat terutama di bidang ekonomi. 

Contoh kecil dampak Covid-19 terhadap ekonomi Australia terlihat di Victoria yang sejak lockdown pertama bulan Maret 2020 sudah membuat ekonomi Australia kehilangan 100 juta dollar Australia per harinya dan rata-rata 1200 pekerjaan hilang di wilayah Victoria (Gross, Scott, & Gale, 2020). 

Dampak ekonomi di Victoria hanya bukti dengan skala kecil dampak Covid-19 di Australia. Tetapi, apabila dilihat secara keseluruhan, kebijakan lockdown ini membuahkan hasil yang baik. 

Pada bulan November 2020, untuk pertama kalinya sejak diberlakukan lockdown seluruh wilayah Australia tidak menunjukkan kasus baru Covid-19 (Smale & Doyle, 2020). 

Tidak adanya kasus baru ini menunjukkan keberhasilan masyarakat Australia untuk membatasi kegiatan mereka demi menghadapi sebuah musuh bersama: pandemi Covid-19.

Kebijakan lockdown di Australia ini sejalan dengan pemikiran Etzioni, dimana kepentingan individual yang terlihat banyaknya angka kehilangan pekerjaan dikorbankan untuk mencapai tujuan bersama yaitu menangani pandemi Covid-19 agar Australia bisa kembali seperti semula sebelum pandemi ini terjadi. 

Masyarakat Australia tentu mengalami dampak langsung dalam kehidupan mereka sebagai individu, seperti kehilangan pekerjaan akibat lockdown dan kesulitan mendapat pekerjaan baru. 

Tetapi, pengorbanan masyarakat ini terbayar ketika akhirnya Australia berhasil mencapai angka nol kasus baru. Masyarakat Australia rela mengorbankan kehidupan sehari-hari mereka karena memahami bahwa ada urusan yang jauh lebih genting yaitu ancaman pandemi Covid-19 yang mengancam kehidupan banyak warga Australia. 

Dengan menaati kebijakan lockdown dari pemerintah, setiap unit individu dalam komunitas masyarakat Australia ikut serta dalam penanganan Covid-19 sehingga Australia berhasil mencapai tujuan bersamanya. 

Keberhasilan Australia ini seharusnya menjadi contoh bagi masyarakat di seluruh dunia, dimana masyarakat seharusnya bersatu demi mengembalikan kondisi semula pra-pandemi Covid-19. 

Indonesia juga seharusnya mencontoh keberhasilan Australia dalam menyatukan warganya meskipun harus mengorbankan kepentingan individu masing-masing demi menjaga keberlangsungan negara di masa depan dan kesehatan seluruh instrumen masyarakat Indonesia.

Semoga pandemi Covid-19 segera berakhir agar seluruh dunia kembali pulih dan mengurangi penderitaan yang dialami umat manusia selama ini, baik karena penyakit itu sendiri maupun dampak yang dibawa oleh pandemi ini.

Daftar Pustaka

Etzioni, A. (1968). The Active Society: A Theory of Societal and Political Processes. New York: Free Press.

Avineri, S., & de-Shalit, A. (1992). Communitarianism and Individualism. Oxford: Oxford University Press.

Gross, S., Scott, J., & Gale, J. (2020, October 28). City Locked Down for Three Months Has Bleak Lessons for the World. Retrieved from Bloomberg

Knaus, C. (2020, March 22). PM announces pubs, clubs and cinemas to close, schools stay open in stage one measures – as it happened. Retrieved from The Guardian Australia

Smale, S., & Doyle, M. (2020, November 1). Coronavirus Australia news: Australia records first day without a locally acquired COVID case since June. Retrieved from ABC Australia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun