Mohon tunggu...
Darryl Hilmy
Darryl Hilmy Mohon Tunggu... Lainnya - Undergraduate Student in Political Sciences Department, Faculty of Social and Political Sciences, University of Indonesia

A fan of Liverpool Football Club, Boston Celtics and Boston Red Sox. An enthusiast in pop culture especially music. Also likes cars, model kits, technology and food. I write for fun.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

From Doubters to Believers

26 Maret 2020   19:44 Diperbarui: 1 April 2020   16:18 558
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

27 April 2014- Setelah bertahun-tahun jadi klub "lawak" yang identik dengan kegagalan, Liverpool tinggal selangkah jadi juara Liga Inggris, setelah 11 pertandingan berturut-turut tidak terkalahkan. 

Penantian panjang selama 24 tahun akhirnya selesai, penantian sejak era Rush dan King Kenny Dalglish. Semua fans Liverpool memimpikan momen dimana kapten dan legenda Liverpool, Steven Gerrard mengangkat satu-satunya trofi yang belum pernah ia angkat sepanjang karirnya.

Lalu, ini terjadi.


Kita kalah 2-0. Gelar juara Liga Inggris musim 2013/14 sudah bukan di tangan kita lagi. Dan benar, kita gagal juara.

Lagi.

Musim itu adalah musim kedua pelatih asal Irlandia Utara, Brendan Rodgers. Rodgers datang sebagai manajer di Liverpool bukan tanpa reputasi; sebagai mantan asisten Jose Mourinho di Chelsea dan sebagai manajer yang berhasil membawa Swansea City promosi ke Liga Premier Inggris untuk pertama kali dalam sejarah mereka (dan bertahan di Liga Inggris setelah itu), Rodgers bisa dibilang adalah manajer yang cukup mempunyai reputasi baik.

2013/14 seharusnya menjadi musim yang bersejarah buat Liverpool. Optimisme di awal musim bisa terbilang cukup rendah, dengan skuad yang biasa-biasa saja dan striker bintang kita Luis Suarez harus menjalani hukuman tidak boleh bermain di 10 pertandingan awal. Kenapa Suarez dihukum? Karena menggigit bek Chelsea Branislav Ivanovic musim lalu. Ya, Suarez is one hell of a guy.

Tetapi, di pertengahan musim terutama setelah Suarez kembali dari hukumannya, ia membuat strike partnership yang mematikan bersama Daniel Sturridge yang membuat Liverpool menang 11 pertandingan berturut-turut. SAS. Suarez and Sturridge. Liverpool mencetak gol terbanyak di Liga Inggris musim itu: 101 gol, termasuk 31 oleh Suarez dan 21 oleh Sturridge. Ditambah lagi performa Captain Fantastic Steven Gerrard yang mencetak 13 gol dan 13 assist. Oiya, tidak lupa juga pemain muda berbakat yang dianggap sebagai masa depan Liverpool, Raheem Sterling. 

Lalu semuanya hilang begitu saja; kekalahan melawan Chelsea kemudian seri melawan Crystal Palace 3-3 setelah memimpin 3-0, artinya rival terdekat Liverpool, Manchester City hanya perlu satu kemenangan lagi untuk juara. Dan City menang. City juara dan Liverpool menjadi runner-up setelah memimpin klasemen selama 12 pertandingan.

Setidaknya musim ini kita berhasil mengalahkan Manchester United 3-0 di Old Trafford.

4 Oktober 2015, Liverpool lagi jelek-jeleknya. Suarez sudah pindah ke Barcelona pada Agustus 2014. dengan harga transfer £64.98m. Sturridge? Cedera terus. Gerrard? Sudah pindah ke MLS. Sterling? Menolak tawaran perpanjangan kontrak yang akan menaikkan gajinya jadi £100,000 per minggu untuk bergabung dengan Manchester City. Apa kabar Liverpool? Buruk. 

Peringkat 10 di klasemen Liga Inggris. Setelah musim 2013/14 berhasil jadi runner-up, kepergian Suarez dan masalah cedera Sturridge serta pemain transfer baru yang mengecewakan (Balotelli, Lambert dan Borini) kami hanya berhasil finis di peringkat enam. Buruk, untuk standar tim sebesar Liverpool. Karena hal-hal ini, Rodgers dipecat dan penggantinya masih belum jelas.

Empat hari kemudian, tepatnya 8 Oktober 2015, pengganti Rodgers diumumkan. Penggantinya adalah Jurgen Klopp, mantan pelatih Borussia Dortmund yang baru saja mengundurkan diri di musim panas 2015. Klopp juga pelatih yang sudah mempunyai nama dan taring baik di Jerman maupun di Eropa; ia berhasil membawa Dortmund juara Bundesliga dua kali berturut-turut (2011 dan 2012), menjuarai DFB-Pokal (2012) dan membawa Dortmund ke final UEFA Champions League 2013, tetapi kalah dari Jupp Heynckes dan Bayern Munchen. Identitas Klopp sebagai manajer yang pantang menyerah, mempunyai mental juara dan passion-nya terhadap sepakbola menjadikannya kandidat sempurna untuk posisi manajer Liverpool.

And I was right. Very, very right. 

"We must turn from doubters to believers." - Jurgen Klopp

Kata-kata ini merupakan salah satu kutipan dari konferensi pers pertama Klopp sebagai manajer Liverpool. Klopp mengajak seluruh fans Liverpool untuk lebih optimis. Mengajak kita semua untuk percaya bahwa klub ini bisa lagi melakukan hal-hal yang sekadar menjadi kenangan masa lalu. 

DI musim pertamanya, Klopp hanya bisa membawa Liverpool ke peringkat delapan di liga, tetapi berhasil mencapai final UEFA Europa League 2016, dimana Liverpool harus kalah dari Sevilla dengan skor 3-0.

Kekalahan ini membuat Klopp membangun ulang skuad Liverpool. Klopp memanfaatkan biaya transfer untuk mengontrak pemain-pemain krusial. Selain dalam bursa transfer, Klopp membangun mental pemain dengan sistem Gegenpressing-nya, sistem pertahanan yang mengharuskan setiap pemain di lapangan mengejar bola setiap Liverpool kehilangan bola.  

Dengan sistem baru ini, Liverpool berhasil mendapatkan peringkat empat dua kali berturut-turut di musim 2017 dan 2018 kemudian menjadi runner-up di 2019, serta mencapai final UEFA Champions League dua tahun berturut-turut di 2018 dan 2019.

Klopp memaksimalkan bakat pemain-pemain lama di Liverpool. Jordan Henderson, kapten baru Liverpool yang sempat dianggap sebagai pemain yang gagal, menjadi pemain kunci di lapangan dan menjadi sosok pemimpin yang kunci juga diluarnya. Joe Gomez, bek muda yang rentan cidera, menjadi salah satu bek terbaik di Inggris setelah Klopp mengembangkan talentanya. Tetapi, salah satu pemain akademi Liverpool yang menjadi bintang di era Klopp adalah bek kanan Trent Alexander-Arnold. 

Trent lahir dan besar di Liverpool, menjadi pemain kunci di akademi dan akhirnya mendapatkan debutnya pada tahun 2016. Ia berkembang setiap musim dan sekarang menjadi salah satu bek kanan terbaik di dunia, menjadi anggota Premier League Team of the Season pada tahun 2019 sebagai bek kanan terbaik di Liga Inggris musim 2018/19.

Seperti yang disebutkan tadi, Klopp memanfaatkan bursa transfer untuk membangun skuad Liverpool miliknya. Pemain-pemain baru yang berkualitas berdatangan setiap tahunnya. Mulai dari tahun 2016 saat Klopp mengontrak Gini Wijnaldum dan Sadio Mane,  lalu 2017 mendatangkan Mohamed Salah, Naby Keita (dipinjamkan kembali ke Leipzig) dan Andrew Robertson dan pada 2018 mendatangkan Virgil van Dijk di musim dingin dan Alisson Becker, Fabinho dan Xherdan Shaqiri di musim panas. Setiap pemain yang dibeli Klopp mempunyai peran krusial dalam kesuksesan Liverpool setiap musimnya.

Anfield, 8 Mei 2019. Liverpool kalah di leg pertama semi-final UEFA Champions League 2019, 3-0 dari tim Barcelona yang mempunyai Pique, Rakitic, Busquets dan Luis Suarez, mantan pemain Liverpool. Phillipe Coutinho, mantan pemain Liverpool yang juga berkembang di masa Klopp juga ada disini. Tidak lupa juga pemain terbaik di dunia, Lionel Messi. Liverpool butuh keajaiban untuk memenangkan leg kedua di hari ini.

Bermain tanpa Salah dan striker utama Roberto Firmino, Liverpool mendapat sebuah keajaiban. 


Liverpool berhasil membalikkan keadaan dari 3-0 di leg pertama di Camp Nou, Barcelona menjadi 4-0 di Anfield. Liverpool lolos menuju final UEFA Champions League dengan skor agregat 4-3, kemudian....

Liverpool menjuarai UEFA Champions League 2019 setelah mengalahkan Tottenham Hotspurs 2-0. Klopp telah berhasil merubah Liverpool dari klub yang selalu mengecewakan fans dan membuat fans menjadi pesimis menjadi tim terbaik di Eropa.

Semua kesedihan yang saya dan seluruh fans Liverpool rasakan selama bertahun-tahun seakan-akan hilang dalam waktu yang singkat; Klopp benar-benar merubah kami, from doubters to believers.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun