Sepeda onthel adalah jalan hidup yang dipilih oleh Towil. Barangkali itu adalah kalimat yang tepat untuk menggambarkan kecintaan pria bernama lengkap Muntowil (46) ini terhadap sepeda onthel.Â
Ratusan sepeda onthel saat ini menghuni rumah Towil di desa Bantar Wetan, desa Banguncipto, kecamatan Sentolo, kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.Kecintaan Towil terhadap sepeda berawal dari hobi bersepeda, dan sepeda yang menjadi favorit Towil adalah sepeda tua atau onthel.Â
Sekitar awal tahun 2000, Towil yang saat itu bekerja sebagai pelayan di sebuah restoran di kawasan Candi Prambanan, melihat sebuah sepeda tua bermerk Raleigh di kawasan Kota Gede Yogyakarta. Ia begitu kagum melihat sepeda tua klasik dan berniat ingin memilikinya.Â
Kemudian setelah terkumpul uang ia pun membeli sepeda onthel pertamanya itu seharga 800 ribu rupiah. Setelah membeli sepeda Raleigh itulah, kecintaan Towil terhadap sepeda semakin tinggi. Melihat sejarah kota Jogja sebagai kota sepeda juga merupakan salah satu hal yang membuat Towil makin menggilai sepeda onthel.
Towil yang saat itu juga bekerja sebagai eksportir kerajinan tangan kemudian bertemu dengan salah satu buyernya yang berasal dari Australia yang naksir dengan sepeda miliknya.Â
Namun karena saat itu Towil hanya memiliki satu sepeda ia tidak berniat menjualnya. Namun ia dibujuk terus untuk menjualnya dengan alasan Towil masih bisa mencari sepeda lain di Yogyakarta.Â
Sepeda Raleigh kesayangan Towil pun akhirnya dijual ke buyer Australia itu. Sambil penasaran ia pun bertanya untuk apa sebenarnya sepeda tersebut.Â
Ternyata sepeda itu nantinya akan digunakan sebagai hiasan apabila ada expo atau pameran mengenai kerajinan di Australia. Dari situ Towil memahami jika sepeda onthel memiliki nilai yang sangat tinggi.Â
Towil kemudian membeli sepeda onthel berikutnya yang bermerk Humber dan sepeda yang ketiga bermerk BSA. Â Sejak saat itu ia mulai sering ketemu kolektor sepeda, main ke bengkel sepeda, dan main ke pedagang sepeda bekas.
Pada suatu malam pertengahan tahun 2006, saat ia berkeliling kota Yogyakarta, tidak sengaja ia bertemu dengan seorang pria asal Kediri bernama Amir Fattah di Malioboro.Â
Bermula dari ngobrol ringan tentang sepeda onthel, Towil kemudian bercerita bahwa ia memiliki buku tentang sepeda onthel berjudul Pit Onthel keluaran Bentara Budaya.Â