Mohon tunggu...
Em Burhan
Em Burhan Mohon Tunggu... -

aku adalah seorang pengembara yang sedang mencari sebuah kehidupan yang layak untuk masa depanku nantinya. Aku juga sedang belajar di sebuah PTK yang banyak diidamkan oleh anak-anak SMA di Indonesia. Selama ini aku belajar banyak tentang kehidupan yang akan menjadi tantangan di masa depan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hikmah di Balik Hilangnya Kalkulator

12 Agustus 2010   06:41 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:06 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tercatat ada salah satu hikmah di bulan puasa ini. Salah satunya adalah semangat kita untuk berderma, tidak tahu apakah ini efek dari kesombonganku apa memang saya yang teledor, kalkulator kesayanganku hilang. Entah kemana? Saya tidak tahu. Tapi yang pasti sejak hari kedua UAS ini, saya merasa telah kehilangan barang yang amat berharga bagiku ini. Apalagi untuk pelajaran hitungan seperti akuntansi. Wah,, bisa-bisa repot jika memang tidak menggunakan alat bantu ini.

Momen-momen yang penting ini biasanya memang membuat kita kadang lupa untuk memperhatikan sesuatu yang kecil. Apalagi,persiapan untuk UAS tergolong sangat mepet, seperti kebiasaan yang berlaku di kost-an ku. Wah bagaimana ini kalo sampe terjadi berulang kali. Semoga saja dengan ketekunan dan semangat menjelang UAS ini, hasil belajarnya tidak sia-sia setidaknya bisa untuk mencari nilai. Walaupun nantinya sehabis UAS, ilmunya banyak yang hilang. Entah kemana? Tpi ini kan efek dari belajar instant yang dipaksakan menjelang UAS.

Kembali ke topic tadi, seperti biasa, setiap akhir tahun ajaran kuliah. Bu kost pasti menanyakan kepastian perpanjangan kontrak. Nah, di sinilah awal masalah muncul. Harga sewa kamar kost akan dinaikkan ssecara merata yaitu sebesar Rp500ribu per kamar. Tentunya ini akan memberatkan bagi tmen2 yang kamarnya lumayan sempit. Dan keberkahan sebenarnya ada pada diriku. Karena kamarku tergolong luas, maka tak masalah donk, kalo saya pingin sekamar berdua.

Ada salah satu temenku yang bernama A mengutarakan pendapatnya pingin sekamar berdua dengan saya. Tentu saya senang melihat taawaran ini, namun di satu sisi saya tidak suka satu kamar berdua dengannya. Masalahnya bukan karena memang dia itu menyusahkan saya, tpi ini masalahnya adalah komitmen. Dulu saya yang pertama kali mengajak sekamar berdua, tpi tiba-tiba di tengah tahun, dia meminta untuk pisah kamar karena kebetulan ada satu kamar yang memang kosong pada waktu itu.

Dari awal saya sebenarnya sudah sebel kalo dia mengajak pisah kamar. Masalahnya itu ada pada financial. Karena orangtua saya dulu sudah terlanjur percaya pada omongan saya untuk membayar kostnya tidak usah mahal-mahal sebab kamarnya dipakai berdua, jadi bisa lumayan mengirit. Tapi ternyata di tengah tahun tahu-tahunya si A  malah ngajak pisah kamar. Otomatis ini menambah cost kamarnya. Mau tidak mau saya harus bilang kepada orangtua saya kalo saya mau pisah kamar (terpaksa berbohong pada ortu) karena masalah konsentrasi. Wah karena saya merasa gengsi, saya pun hanya meminta setengah kekurangan yang harus dibayar.

Masalah yang kedua adalah kamar yang ditempati oleh si A harganya lebih murah daripada kamarku. Tentu ini membuatku sakit hati. Kenapa, ko tega-teganya mau pisah kamar hanya karena pengin menjaga privasinya terjaga. Kenapa ko tidak dari awal biar, saya bisa ngajak temen yang lain yang bisa diajak kompromi.

Sekarang dia malah yang ngajak sekamar berdua. Jelas-jelas saya menolak. Karena ku tak ingin dipermainkan lagi, selain itu ku maunya sama temen2 yang baru. Sama adik kelas lah. Pokoknya saya (tidak) akan bersamanya.

Ku tak ingin hanya gara-gara harga kost-an naik sdikit tapi, ketegasan saya diuji. Semoga ini memang jalan terbaik untuk bisa memahamiku kalo saya pun punya kehendak juga.  MUNGKIN perasaan inilah yang membuat kalkulatorku hilang.

tapi smoga KALKULATOR itu ketemu..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun