Minyak Jelantah" kepada ibu-ibu PKK Dukun Ngrapah, Sambirejo. Kegiatan ini merupakan salah satu program kerja dengan tujuan memberikan pemahaman kepada ibu rumah tangga tentang bahaya mengonsumsi minyak jelantah, pemanfaatan minyak jelantah menjadi produk yang bermanfaat, serta potensi untuk dijadikan industri rumahan.Â
Karanganyar (2023/02/04). Mahasiswa UNS yang tergabung dalam kelompok 97 KKN UNS Membangun Desa di Desa Sambirejo, Jumantono, Karanganyar menyelengarakan kegiatan sosialisasi pemanfaatan limbah rumah tangga "Kegiatan ini diisi dengan sosialisasi dan praktek pembuatan sabun cair dengan memanfaatkan minyak jelantah dipandu langsung oleh salah satu anggota kelompok KKN 97 yaitu Septy Lestari yang merupakan mahasiswa Teknik Kimia Universitas Sebelas Maret. Kegiatan ini diikuti oleh kurang lebih 40 ibu-ibu anggota PKK. Acara dimulai dengan pembukaan dan sambutan oleh ibu RT dan Ketua KKN Kelompok 97 dan selanjutnya diisi penyampaian materi dan dilanjut praktek pembuatan minyak jelantah.Â
Minyak jelantah adalah minyak goreng yang sudah digunakan berulang kali dan tidak layak untuk digunakan kembali dikarenakan berbahaya untuk kesehatan dan mencemari lingkungan apabila dibuang. Kegiatan ini dilatarbelakangi oleh masyarakat Desa Sambirejo khususnya ibu-ibu rumah tangga yang belum memanfaatkan minyak jelantah dan hanya membuang ke pekarangan yang dapat menyebabkan berkurangnya kesuburan tanah atau membuangnya diwastafel yang justru dapat menyumbatnya. Minyak jelantah yang dinilai kotor dan hitam ini ternyata mempunyai banyak potensi untuk dioleh menjadi suatu produk yang bermanfaat mulai dari sabun, lilin, pembersih lantai hingga  biodisel.Â
Pembuatan sabun cair dari minyak jelantah melalui dua proses yaitu proses penjernihan/bleaching dengan menggunakan arang/bleaching earth, dimana minyak jelantah direndam dengan bleaching earth/arang selama 24 jam kemudian disaring. Proses selanjutnya adalah dengan manambah minyak jelantah dengan KOH dan mengaduknya hingga mengental, kemudian menambahkan dengan air panas, pewarna dan pewangi secukupnya serta garam dapur untuk mengentalkan. Setelah itu, sabun cairpun siap dikemas setalah dingin. Proses yang dilakukan bersama ibu-ibu PKK adalah langsung ke proses pembuatannya dengan minyak jelantah yang sudah dibleaching. Dari kegiatan ini, terlihat ibu-ibu sangat antusias untuk melakukan praktek pembuatan sabun cair karena penasaran bagaimana minyak jelantah yang bau dan kotor bisa diubah menjadi sabun cair. Selain itu, alat-alat yang digunakan juga sederhana dan pasti dimiliki oleh ibu-ibu seperti baskom dan pengocok telur/mixer. Pemanfaatan minyak jelantah menjadi sabun cair juga menjadi suatu ide kreatif untuk usaha karena untuk membuat 1 L sabun cair hanya membutuhkan biaya kurang dari Rp 4.000. Sabun cair ini bisa digunakan untuk cuci tangan dan mencuci perabotan sehingga bisa menghemat pengeluaran. Sedangkan untuk pemasaran lebih lanjut maka dibutuhkan uji klinis untuk meyakinkan konsumen dan mendapat ijin pemasaran.
Dari kegiatan ini diharapkan dapat mengedukasi masyarakat Desa Sambirejo dalam pemilahan dan pemanfaatan limbah rumah tangga serta pemanfaatannya sebagai wujud peduli kesehatan dan lingkungan. Kegiatan pun ditutup dengan foto bersama dan ibu-ibu PKK mendapatkan sabun cair dari minyak jelantah yang telah dibuat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H