Tambah lagi yang lumayan parah, menempatkan diri superior, sungguh kelewat jumawa. Rumus jempol, Partai, DPR, DPRD, BPK, KPK, Hukum jelas tak mungkin salah, yang jelas salah adalah oknum oknumnya alias manusia yg memanfatkannya, namun Ahok dan Teman Ahok main gebyah uyah, entah siapa yang dibencinya, PDIP atau Megawati, Gerindra, Prabowo atau Golkar atau Bakrie? Jelas ketidak sukaan pribadi sangat berdampak mendeligitimasi dan mendiskreditkan sistem kenegaraan Republik Indonesia.
Nah, demi kebaikan dan karir Ahok, mundurlah....berdamailah dengan sistem, anda sebagai oknum telah menempatkan diri mengungguli semuanya, Partai salah, DPRD salah, DPR salah, BPK salah, KPK salah, pokoknya semua orang Indonesia harus salah semua, hanya anda yang benar sendirian!
Oh yaa, klaim sukses di Jakarta ga usahlah di besar besarkan, itu semua karena ditunjang uang gerojogan sewu yang tumpah di Jakarta. Cobalah sekali kali jadi gubernur di propinsi miskin, misalnya di Indonesia Timur, jelas ga bakal bisa mengumpani dengan gaji puluh juta rupiah. Atau guwa usul, gimana klo menggaji pake uang sendiri, bukan uang orang lain...huhuhu pasti gak maulah! Karena uang orang, sak mau guwalah! Rh..menyempal lagi dari aturan PGPS seenak perut pula, bikin cembokur propinsi lain.
Susahnya lagi, klo kita diajarin peradaban, duwit adalah mahadewa, uang adalah segalanya, Bisa menyumpal pegawai negeri agar jadi loyal, bisa mengirim opas kempetai dan heiho ke medan bersih bersih dan sapu sapu, waduh.....ga tega aku kok jadi koeli lagi.
Akhirnya aku hanya sambat, haiiii eling dan sadarlah. Mundurlah itu lebih baik dan bermanfaat. Ga nurut usul gwa, ga masalah, ini dunia bebas  merdeka. Tapi jelas Ahok Kalah. Alasannya....baca lagi ke atas!
Bandung, Â 24 Mei 2016.
Hujan, untung ada bapia duren dan kopi.
Tadinya komenku ke:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H