Industri peternakan di daerah peternakan Anna Creek menawarkan kesempatan untul menjadi ”salah satu produsen daging sapi terkemuka di dunia”, akibat naiknya tingkat kebutuhan akan daging karena tumbuhnya kelas menengah yang meningkatkan permintaan akan daging merah. (CNNMoney (London) June 25, 2015: 9:53 AM ET)
Dahlan Iskan akan membeli ranch Australia
Kita tentu masih ingat, saat terjadi kenaikan harga daging dan kelangkaan suplai daging potong di Indonesia, Dahlan Iskan sebagai menteri BUMN saat itu pernah melontarkan gagasan terbilang agresif serta sangat layak, bahwa BUMN Indonesia berminat untuk membeli ranch di Australia. Disamping itu, alasan lain adalah, sebagai bidang usaha memiliki peluang keekonomian yang baik, karena, secara keekonomian akan jauh lebih murah membesarkan dan beternak sapi potong di Australia yang skala kekonomian pertanian dan peternakannya telah jauh lebih efisien dari Indonesia, juga akibat adanya keterbatasan masalah lahan dan harga lahan di Indonesia, serta dari segi jarak yang tak terlampau jauh dari dari Indonesia, daripada mengimport dari India atau China.
Saat itu, Dahlan menggagas PT Pupuk Indonesia Holding Company (Persero) dan PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) bakal menjadi pelaksana mengembangkan lahan peternakan sapi di Australia. Rencana realisasinya memerlukan anggaran diperkirakan sekitar Rp 1 triliun-Rp 2 triliun atau sekitar AUD 100,000 - 200,000. Bandingkan dengan penawaran harga Anna Creek Ranch sekitar AUD 300,000, kemungkinan besar yang dibicarakan Dahlan Iskan adalah Ranch Australia ini.
Pertimbangan lokasi dan investasi di Australia adalah karena, secara keekonomian, usaha pertanian dan peternakan Australia adalah karena sebagai pemain lama dan tentulah telah mencapai sekala efisien dan keekonomian tinggi, dibanding pendatang baru membuka lahan peternakan dan bertani baru di luar Australia. Maka, biaya pembesaran sapi di Australia jauh lebih murah dan ekonomis, akibat ketersediaan pakan, luas area, kematangan industri pertanian dan peternakan, sistem transportasi, obat obatan dll. Juga segi kesehatan peternakan disana lebih baik dan unggul (karantina Australia sangat ketat dan disiplin), lantaran mutu daging yang baik serta aman bagi kesehatan, kemungkinan kecil terjadi inses, itu yang juga menjadi pertimbangan konsumen kelas menengah baru Asia.
Walaupun terdapat peluang akibat kematangan dan sekala industri yang telah mencapai mapan dan efisien, namun tetap ada risiko kegagalanpun yang patut diperhitungkan, misalnya risiko kekeringan yang sering melanda benua Australia dapat mengakibatkan kematian masal hewan ternak sapi dll. Demikian juga wabah penyakit, biaya atau ongkos tenaga kerja yang terbilang tinggi. Jaminan pasar jelas tersedia di Indonesia, selanjutnya tentu perlu dikembangkan Industri penyimpanan, pengalengan, pengolahan daging sapi di Indonesia, agar terjadi kesetimbangan manfaat ekonomi antar dua negara.
Bahwa peluang usaha dan peternakan di Australia sangat menjanjikan, terlihat dari banyaknya peminat yang berniat menanamkan investasinya pada penawaran pemerintah Australia, seperti Amerika, China, Eropah, dll. Pertumbuhan kelas menengah di China, India dan Indonesia sangat menjajikan, memberi peluang usaha pertanian dan peternakan di Australia, karena keunggulan mutu dan produk dari Australia.
Sapi-sapi bakal dibiakkan dan diternakkan di peternakan di Australia, selanjutnya akan digemukkan di lokasi penggemukan dan pemotongan serta storage di Indonesia. Masalah politik pasang surut antara dua negara tak bakal menghambat niat dan investasi maupun iklim usaha, baik di Indonesia maupun Australia. "Antara negara boleh tegang, tapi bisnis jalan terus," pungkas Dahlan Iskan. Karena mantera atau motto pengusaha dalam bisnis, Tidak Ada Musuh, Semua Kawan, eh Pelanggan