Mohon tunggu...
Mabate Wae
Mabate Wae Mohon Tunggu... profesional -

senior citizen

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Lanjutan (2): Jangan Emosi, Mengapa Harus Memilih Memberhalakan Prabowo atau Jokowi?

31 Juli 2014   15:32 Diperbarui: 2 Juli 2015   23:18 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai lanjutan tulisan terdahulu yang menulis upaya mengenali perilaku dan watak watak pemimpin demonic leader yang tak dibutuhkan atau diperlukan Indonesia, bahkan oleh Negara tetangga dan dunia lainnya sekalipun, baik berdasar pengalaman Indonesia sendiri dan dunia. Masyarakat kita secara sosiologi tak akan mudah untuk menolak kemungkinan kehadiran jenis pemimpin tersebut. Karena sistim seleksi atau penyaringan presiden berpeluang meloloskan jenis pemimpin seperti itu. Memang tidak ada undang undang atau konstitusi yang dapat membatasi hak hak pribadi seseorang WNI. Kecuali secara hukum dapat dibuktikan kalau seseorang telah melanggar atau melawan hukum.Meskipun secara politis, tetap saja pelanggar hukum tersebut dapat lolos menembus peraturan, misalnya melalui penyelundupan dan manipulasi hukum yang bersangkutan didukung oleh kuasa dan kekuatan politik elite maupun partai yang diwakili para elit elit politik dengan dalih demokrasi alias mayoriti. Suka tidak suka kita pernah mengalaminya, misalnya isu isu masalah persyaratan tentang keimigrasian, dwi kewarganegaraan, kondisi kesehatan, pelanggaran HAM, dll, dapat saja diterabas.

Bisakah kita kenali sifat pemimpin berbakat otoritarian/diktator.?

Mewaspadai kemungkinan tampilnya seseorang pemimpin berbakat memiliki sifat pemimpin berpesona sihir/cult leader. Pengenalan lewat pendekatan kriminologi dan psikologi merinci mengenali tabiat dan sifat sifat seorang tokoh kharismatik. Pemimpin atau tokoh yang sering menjadi pujaan pendukungnya. Pemimpin kultus berbakat “bengis/evil” atau “jahat” seperti beberapa conto tersebut di atas sebelumnya. Pertanyaannya, yaitu apakah seorang pemimpin kultus bersifat pathological/penyakit, dan keberadaannya bakal menjadi masalah pada sesamanya?. Riwayat sejarah (jasmerah) dari pengalaman penderitaan dan kepedihan umat manusia akibat terdapatnya perilaku pemimpin cult leader jahat dari seluruh bagian dunia. Pernah ada beberapa pemimpin tokoh “cult leader”, yang bisa mencederai emosi orang orang lain, baik secara kejiwaan, spiritual maupun financial.

Berdasar riwayat beberapa pemimpin kelompok/kultus, aliran aliran seperti misalnya, Jim Jones (Jonestown Guyana), David Koresh (Branch Davidians), Steward Traill (“Pemahaman” Gereja Bible), Charles Manson, Shoko Asahara (Aum Shinrikyo), Joseph Di Mambro (Hukum dari Candi Matahari aka Ordre du TempleSolaire), Marshall Heff A-pplewhit (Gerbang Surga), Bhagwan Rajneesh (Pergerakan Rajneesh), dan Warren Jeffs (Pemimpin poligamis). Apa saja bencana akibat perilaku menyimpang mereka?, dan ternyata mereka semua adalah seorang yang bersifat pathologis, adalah seorang pemuja diri sendiri alias narsisist. Memiliki keyakinan fanatik, mereka menganggap dirinya sebagai manusia istimewa, dan merasa kehadirannya merupakan  solusi atau jawaban untuk mengatasi segala permasalahan didunia ini, dan harus dijadikan sebagai “tokoh panutan”. Ia menuntut kesetiaan dan kepatuhan mutlak dari pengikutnya, suka memamerkan keunggulan dirinya sekaligus merendahkan/meremehkan orang lain disekitarnya. Bersikap intoleran pada kritik. Di atas segalanya itu ia sangat tak suka kalau ada yang mempertanyakannya, atau bahkan ia tak boleh dibantah atau ditentang. Selanjutnya, diluar kekurangan kekurangan tersebut, ia merupakan pribadi yang sangat ramah, dan memiliki daya tarik tersendiri, terutama pada mereka yang acuh dan tak memperdulikan kelainan tersebut.

Sifat kepribadian ini, berbahaya bagi mereka yang berhubungan dengannya. Catatan sifat perilaku diatas adalah mengenai pribadi yang bisa berisiko pada orang lain. Daftar tersebut merupakan hasil dari beberapa tahun pengamatan, pada sifat perilaku pemimpin kultus atau pemujaan yang berlebihan ke seorang tokoh/pimpinan, perilaku tersebut dapat menggambarkan keadaan psikopathologi mereka. Daftar tersebut, memang belum sempurna ataupun final, guna dipergunakan untuk mengenali semua sifat perilaku tersebut. Daftar ini, masih merupakan bagian sebuah catatan pribadi, berdasarkan hasil pengamatan pribadi berupa hasil wawancara selama karir pekerjaannya.

Daftar perangai dan sifat sifat seorang tokoh/pemimpin pujaan/”cult leader”

Di bawah ini ditabulasikan beberapa daftar rincian sifat-sifat seorang tokoh dambaan/”cult leader”/ tokoh pemimpin berbahaya, yang bersifat pathologis, maka perlu sepantasnya masyarakat perlu tahu dan diperingatkan, agar menjauhi, hindari dan sebaiknya disingkiri bila menjumpai seseorang yang memiliki sifat sifat sebagai berikut:

1. Ia punya idea atau gagasan gagasan besar, memahami siapa “dia”. dan mendaulat apa saja yang dapat/bakal diraihnya/dicapai olehnya. Misalnya “Macan Asia” versus “Revolusi Mental”

2. Ia dikuasai oleh fantasi fantasi/khayalan keberhasilan luar biasa yang tak memiliki batasan, mengenai kekuasaan dan kecemerlangannya. Contohnya “Indonesia Raya” vs Indonesia Hebat”:, dstnya

3. Mengharuskan kepatuhan buta tanpa pertanyaan/keraguan

4. Menuntut pemujaan/penghormatan secara berlebihan baik pada pengikutnya maupun orang lain diluar pengikutnya

5. Merasa memiliki hak – minta diperlakukan istimewa/secara khusus sepanjang waktu

6. Bila mengeksploitasi orang lain misalnya meminta uang/dana dlsbnya, berakibat menyudutkan mereka berakibat pada situasi risiko keuangan/financial.

7. Bersifat sangat arogan/tinggi hati, angkuh baik dalam perilaku maupun sikapnya.

8. Merasa memiliki kekuasaan besar (hak) yang memungkinkannya ia melakukan penyimpangan, dan pelanggaran hukum maupun peraturan..

9. Memanfaatkan keuntungan sexual dengan kaum dewasa maupun pada yang belum dewasa sebagai bagian ritual atau acara acara tertentu.

10. Bersifat hipersensitif atas penampilannya ataupun mengenai pandangan orang orang lain terhadapnya.

11.Didepan umum merendahkan/meremehkan orang sekitarnya sebagai manusia rendahan/“inferior”, sebagai bodoh, tak memiliki kemampuan, atau tak berguna.

12.Memaksa anggota anggotanya untuk mengakui kesalahannya secara terbuka/umum, dan menempatkan mereka sebagai sasaran hinaan/ejekan, disaat memperalatnya waktu mereka mengakui kesalahan atau kelemahan kelemahan didepan umum tersebut. Misalnya menganggap perjanjian Batutulis sebagai hak, dan sajak santun yang selalu diulang ulang menuntut pengakuan kesalahan pihak lain , serta menjadi sasaran ejekan.

13. Mengabaikan kebutuhan orang lain, termasuk baik secara biologis, emosional, serta kebutuhan financial.

14. Sering sangat membesar-besarkan keberhasilan ataupun hasil pencapaiannya.

15. Haus ingin selalu menjadi pusat perhatian, dan cenderung mengerjakan sesuatu semata mata hanya utk menarik perhatian orang lain, untuk meyakinkan bahwa ia minta didahulukan/diperhatikan orang misalnya datang terlambat, memakai baju eksotis, berbicara kelewat dramatis, atau melakukan pemunculan yang bersifat theatrikal

16. Suka Pamer/Menonjolkan harta kepemilikan apapun, bahwa ia punya segala yang terbaik (rumah, kendaraan, permata, pakaian) walaupun orang lainnya telah mengalah memiliki lebih sedikit, fasilitas/keunggulan, atau pakaian kurang daripadanya.

17. Tak mau mendengar dengan baik kebutuhan orang lain, komunikasinya bersifat searah dalam bentuk mendikte orang lain.

18. Keangkuhan, Kejayaannya, maupun tuntutannya ingin mengatur orang lain merupakan tuntutan dirinya

19. Bertingkah serta berperilaku seakan seorang yang tegas/keras sebagai penampilannya, suka memanipulasi dan memanfaatkan/memperalat orang untuk mencapai tujuan dan keuntungan pribadi.

20. Jika dikritik, ia cenderung untuk menyerang balik/mencaci maki tak hanya dengan rasa amarah tetapi dengan kemarahan yang meledak ledak.

21. Siapapun yang berani mengkritik atau mempertanyakannya akan disebut sebagai “musuh”

22.Memandang/menganggap orang “luar kelompok/“non member”. atau bukan penggemar/penganutnya selalu dianggap dan diperlakukan sebagai “lawan”.

23. Bersikap mutlak/angkuh pada saat tertentu, tak mau tahu apa yang dipikir atau diharapkan orang lain.

24. Percaya bahwa dirinya mahakuasa/manusia luar biasa.

25. Ia merasa punya jawaban jawaban gaib/“magical” atau mampu memecahkan segala masalah masalah.

26. Ia memiliki daya tarik .

27. Adatnya adalah membuat orang lain selalu lebih rendah/“inferior” dan hanya dia sendirilah yang paling unggul/”superior”

28. Berdarah dingin serta memiliki ketidak perdulian/ketidak acuhan yang membuat orang lain merasa cemas siapakah sebenarnya dirinya atau apakah mereka benar bisa memahami siapa dirinya.

29. Merasa sangat terhina/terganggu jika dirasakan ada tanda tanda kejemuan, atau merasa diabaikan atau diremehkan.

30.Memperlakukan orang lain dengan cara merendahkan/melecehkan dan memperlihatkan rasa tinggi hati.

31. Selalu memantau mereka yang dirasakan menjadi sumber ancaman dan mereka yang menjadi pendukung/menghormatinya.

32. Perkataan “Saya/Aku” mendominasi pembicaraan-pembicaraannya. Ia tak perduli berapa banyak pembicaraannya mengacu hanya melulu pada dirinya sendiri.

33. Tak suka dipermalukan atau dinyatakan gagal didepan umum–Yang jika ia diperlakukan seperti itu ia bakal murka dan mengamuk dengan kemarahannya.

34. Tak bisa merasa bersalah atas semua perbuatan/tindakannya yang keliru ataupun mampu meminta maaf atas segala kesalahan tindakan/perbuatannya.

35. Memiliki keyakinan bahwa ia punya semua jawaban jawaban dan pemecahan maslah persoalan persoalan dunia.

36. Meyakini dirinya bersifat ilahi/”istimewa” atau sebagai orang yang diitunjuk dan terpilih menjadi sebagai wakil tuhan/”utusan tuhan”?.

37. Bersifat Kaku, tak tergoyahkan atau tak sensitive dalam mengungkapkan fikiran fikiran pribadinya

38.Berusaha mengatur orang lain sesuai yang diinginkannya, baik dalam membaca, memandang dan berfikir.

39.Memiliki anggota khusus/pilihan dari alirannya, yang terpisah dari hubungan/kontak dari keluarga atau dunia luar.

40. Memantau dan membatasi kontak mereka dengan keluarga atau pihak luar.

41. Sedikit bekerja tapi sangat penuntut/menuntut banyak hasilnya.

42. Menyatakan diri bahwa ia memang “ditakdirkan utk menjadi orang besar” atau ia akan menjadi seorang “sahid/martir”

43. Penampilannya, ia sangat mengharapkan selalu dihormati dan dipuja/sanjung dan sering menarik perhatian untuk selalu mendapatkan penghargaan/dihormati.

44. Menggunakan cara-cara kelompok penekan/pemaksa atau kelompok penjilat untuk menjamin kepatuhan dari anggota anggota/ penganut penganutnya.

45. Memandang dirinya sebagai “tak akan bisa dihentikan” mungkin seperti pernyataan yang pernah/selalu diucapkannya/dijanjikannya.

46.Menyembunyikan/menutupi/merahasiakan latarbelakang sebenarnya atau riwayat keluarga yang bakal bisa menyingkap riwayat/latarbelakangnya yang ternyata misalnya hanyalah seperti kebanyakan orang lain atau sebenarnya biasa biasa saja.

47. Tak terlintas pada dirinya bila ada sesuatu yang salah dalam dirinya – melihat dirinya sebagai sempurna atau “ diberkati/diberkahi”.

48.Merampas kebebasan atau melarang anggotanya untuk meninggalkan tempat/keluar, bepergian, untuk mencari kehidupan pribadi, dan kebebasan penganut penganut terhadap pengikut pengikutnya.

49. Kelompoknya secara fisik memisahkan/membedakan/mengisolasi diri (pindah ke lokasi terpencil) sehingga  terasing/terlihat oleh orang lain.

Tabulasi sifat sifat di atas, dapat dipergunakan untuk menciri sifat dan perilaku seorang pribadi atau tokoh/pemimpin kelompok, dlsbnya. Lewat pengamatan Joe Navarro,2012, atas dasar ciri ciri ini, maka perilaku seorang pemimpin bisa dikelompokkan sebagai seorang pemimpin sebagai tokoh tokoh pujaan atau "cult leader". Cara lain untuk meyakinkan, lakukan pengamatan dan validasi. Berdasarkan tabulasi di atas saja, telah cukup membantu merincikan sifat sang tokoh yang dipuja puja tersebut, selanjutnya diperlukan telaah lebih mendalam, ataupun perincian lainnya lagi. Tetapi, perincian ciri ciri di atas sudah cukup mewakili dan untuk memastikan sifat sifatnya maupun perilaku pemimpin “cult leader” yang memiliki kecenderungan mengarah kesifat otoritarian, diktator dan suka mendiktekan kehendaknya sendiri serta mendominasi.

Pada kelompok kelompok sektarian/aliran, atau organisasi yang mempunyai interaksi antar pribadi pribadi dalam lingkungan mereka, sering menampakan kehidupan yang taat serta memiliki kepatuhan/kepasrahan kuat/fanatik, pasrah tak memiliki harapan/keputus asaan dan mengalami beban/penderitaan, meskipun mereka tak menyadarinya dan nampak seakan masyarakat biasa umumnya.

Siapakah yang bakal memimpin kita nanti:

Saat ini, kita menghadapi pada dua pilihan calon pemimpin, siapa yang bakal kita percaya?, apakah seorang yang berpribadi punya kemiripan dengan 49 daftar tabulasi sifat sifat di atas, yaitu pemimpin yang totalitarian serta sifat sifat berwatak tokoh pemimpin kelompok aliran/cult leader, yang justru pemimpin seperti itulah yang kita harapkan bakal memimpin kita. Malangnya, pada tahapan ini kita tak bisa melakukan apapun hasil seleksi pada sebuah pilihan A atau B, karena saat ini keputusan mutlak ditangan MK, membuat siapapun pemenangnya sebagai fait accompli. Karena putusan MK bersifat final dan mengikat, take it or leave it!. Berbeda saat pilpres, kita memiliki kedaulatan penuh untuk memilih salah satu diantara dua. Ataukah kita memang bakal terjebak pada seorang yang berhasil memenangkan sengketa di MK, dan memiliki karakter tersebut, sehingga tanpa disadari kita memang sengaja membuka peluang bagi tampilnya seorang pemimpin seperti tokoh tokoh yang suka sanjungan dan puja puji tersebut. Sebelum pilpres, informasi sifat sifat tokoh tersebut, bisa diperoleh dari orang sekitar terdekat tokoh tersebut, tetapi biasanya di kelompok tertutup jelas bakal sulit memperolehnya. Kecuali kalau ada anggota yang membelot dan keluar dari lingkungan tersebut. Jalan lain, lewat media informasi yang teratur mewartakan kegiatan atau perilaku mereka di depan umum. Maka, berdasarkan informasi berita media umum, terdapat berbagai masukan tentang perilaku masing masing calon pemimpin tadi. Bagaimana perilaku mereka mengenai hubungan dan sifat atau interaksi mereka terhadap orang perorangan, anggota kelompoknya atau kelompok lain, sikap pada media massa (mewakili masyarakat atau “kita”), maupun gaya penampilannya di muka umum, dlsbnya. Tinggal kita amati dan catat saja, lalu kita coba merunutkannya dalam daftar tabulasi di atas. Kalau dominant kemiripannya dengan table, apa boleh buat, paling kita hanya menerima risikonya dan mempersiapkan diri, bilamana memang yang hasil terburuk yang terjadi, yaitu seorang pemimpin tipe “cult leader” yang diharap tak kita pilih, justru bakal memimpin kita.

Secara pribadi, saya jelas dan pasti bakal menjauhi ataupun memilih seseorang yang memiliki kepribadian punya sifat dalam daftar di atas. Cara cara para/pseudo sain lain, dapat pula dilakukan, walaupun tak laik saintifik, misalnya metoda numerology, palmistry, weton, astrology, wuku-ilmu bercocok tanam petani kita, fengsui dll, bisa digunakan untuk sekedar membantu mencitra sikap perilaku seseorang bakal pemimpin, yang kadangkala juga dilakukan dalam mencari karyawan, dllnya. Tidak saintifik memang, namun cara tersebut adalah bagian kazanah kekayaan sistimatika rekaman pengalaman peradaban manusia, sebagai inventory atau dokumentasi perilaku manusia menuruti suatu ciri/klasifikasi atau pengelompokan menurut kelompok kelahiran, hari,bulan tahun, astrology, numerik, dll, sama halnya, seperti ilmu tusuk jarum, ketabiban, jamu, atau lewat pengalaman astronomi pelaut maupun perbintangan yang menuntun pelaut melayari samudera berdasar pengetahuan empirik, atau kumpulan data pengalaman yang diturunkan secara turun temurun. Dianggap tidak akurat memang, tetapi jelas memiliki peluang sesuai lebih besar katimbang kegagalan/salah, jika hanya sekadar mengandalkan praduga atau spekulasi. Memadukan masukan hasil rekaan sesuai sifat kategori numeric, astrology, dll tadi, kemudian hasilnya, kita coba padankan ke tabel daftar sifat hasil pengamatan di atas, hanya sekedar pelengkap, Contonya seperti hasil pemerian numerik tentang Jokowi dan Prabowo yang pernah pula saya tulis beberapa waktu yang lalu. Demikian juga tulisan beberapa kompasianer lain yang juga menulis primbon capres hal mirip dalam tradisi yang lainnya. Tak ada salahnya untuk membandingkan hasil kepribadian dari tulisan saya terdahulu, mirip, aneh memang? Kenapa ya, waduh kok jadi klenikan, uthak athik gathuk super natural? Tetapi berbeda dengan deskripsi 49 sifat table di atas, yang memang dilandasi metoda ilmiah, berdasar pengamatan disiplin ilmu kriminology dan psikologi, oleh seseorang dari lembaga yang sangat dikenal di USA dan Dunia. Bila lembaga seleksi KPU yang berwenang menjalankan tugas sesuai profesi dan tanggung jawabnya secara benar, maka produk hasil seleksi pengamatan psikologi dllnya akan jauh lebih akurat, mengamati apakah seseorang memiliki mental dan kejiwaan seorang pemimpin yang bertanggung jawab, bermoral dan beretika tinggi yang sesuai untuk memimpin sebuah pemerintahan demokratis, yang menyeleksi agar tak meloloskan justru tokoh yang cenderung mengarah menjadi pemimpin otoritarian, totaliter, diktator, militeristik.

Bilamana pemimpin organisasi kelompok memiliki kecenderungan sifat sifat tersebut di atas, maka dapat diantisipasi bahwa pada beberapa keadaan tertentu, mereka yang terhubung dan terkait dengannya nampak mengalami pengaruh pada keadaan pisiknya, emosinya, psikologi serta finasial. Jika sifat sifat ini terlihat jelas/familiar pada pimpinan, kelompok kelompok,sekte/aliran, atau organisasi yang dikenal, maka dapat kita simpulkan mereka yang berhubungan/terkait dengan mereka hidup dalam kehilangan harapan/putus asa dan mengalami penderitaan, meskipun mereka tak menyadarinya.

Apakah Jokowi yang bakal memimpin kita?

Coba kita amati beberapa sifat baik Jokowi yang kita dengar maupun dibaca dari media dan dari sumber sumber lainnya, misalnya Jokowi di kenal sebagai sosok yang sangat teratur, memiliki jadwal kegiatan dan waktu yang ketat, memiliki semangat melayani dan meladeni masyarakat melalui program penataan PKL, pasar, merealisasi jaminan kesehatan dan pendidikan lewat kartu pintar, memiliki kemampuan manajemen lewat pembenahan administrasi pemerintahan daerah, kecamatan, walikota serta program lelang jabatan, ebudjeting, dll, memiliki kemampuan pendekatan maupun persuasi dalam bernegosiasi dengan masyarakat, ketahanan pisik untuk bekerja keras dalam jangka waktu panjang (suatu saat sedang berada di kantor gubernuran, namun mendadak ia bisa berada di kampung nelayan, pasar dlsbnya), maupun sibuk mengawasi pelaksanaan suatu kegiatan proyek secara terinci dan mendetail, dikenal memiliki kemampuan pribadi dalam kesenian misalnya dalam bidang musik (musik rok dan metal) serta dekat dengan masyarakat seni/musik, memiliki latar belakang pendidikan yang dekat dengan kehutanan dan pertanian/holtikultura.

Sisi negatifnya, terutama sebagai seorang yang bersifat perfeksionis (terlibat hampir dalam semua proses kegiatan) adalah kecenderungan untuk tak mudah untuk mempercayai orang lain, sifat sangat mandirinya membuatnya ia seakan sangat bersikukuh, dan kepala batu sulit untuk menerima pendapat orang lain. Sikap yang bersifat bossy dan kedisiplinan yang berlebihan (mengatur dan memerintah, seperti ditampilkan saat sidak pada sebuah kecamatan dan camat yang tak hadir ditempat maupun pencopotan jabatan bawahan), yang bila kelewat kukuh dan berlebihan dapat memunculkan rasa benci atau ketidak sukaan yang berlebihan pada seseorang.

Ataukah Prabowo yang memimpin,

Di lingkungan teman teman maupun militer baik selama di akademi maupun sepanjang karir militernya dia dikenal sebagai seorang kutu buku, alias seorang yang dianggap memiliki semangat haus akan pengetahuan, suka belajar dan memiliki kecerdasan dan analisa yang cukup tajam, memiliki pengertian terutama terhadap anak buahnya dan lingkungannya. Kemampuan analisanya sangat mendetail dan rinci sehingga sangat kecil kemungkinan bisa lolos atau luput dari pengamatannya dan sangat menguasai permasalahan (misalnya pengamatan akan situasi dalam menyusun koalisi pada pemilu kemarin, misalnya masalah PPP dan PKS), analisanya bisa saja sangat teknis dan saintifik misalnya tanggapannya mengenai Quick Count yang merupakan bidang keahlian statsistik. Bersifat sangat keras kepala (masalah dokumen batutulis dan sajak santun yang diekspose terus menerus) dan menampilkan diri sebagai sosok yang tegas. Memiliki minat yang mengarah pada spiritualisme, atau agama serta spiritual/psikik (misalnya hubungan dengan FPI, PKS dan pengelompokan dengan partai agama, bahkan terakhir ada dukun tampil saat penyerahan dokumen ke KPU). Sebagai seorang yang matang ia tampil sebagai orang yang sangat pendamai dan mampu memukau orang ( Seperti saat tampil pada debat capres, dan saat ia berorasi didepan umum)

Sisi negatifnya, adalah karena sikap sangat rasional dan berlebihan sehingga seringkali nampak sebagai seseorang yang kurang memiliki emosi (pernyataan di video depan pengikut pengikutnya). Suatu saat ia bisa nampak santai dan kelewat optimistik (contoh ketika ia menunjukkan sikap optimis kemenangannya walau beda hasil dengan KPU), Juga dalam berbicara ketika wawancara dengan BBC atau media lain nampak ia mendominasi pembicaraan dan tak ingin berhenti berbicara. Sulit mempercayai orang lain (Tak percaya Quick Count, pernyataan mantan pati DKM, Tak dapat diyakinkan walaupun hasil KPU adalah hasil satu satunya lembaga pemilu yang syah.). Sangat mandiri, sulit beradaptasi (Pengalaman sebagai anak yang sering berpindah sekolah dan Negara), sangat introvert dan suka menyendiri ( Rumah pribadi yang luas dan jauh dari sekitarnya)

Dari Sikap Perilaku kedua calon pemimpin tadi, dapat kita gambarkan, seperti apakah mereka bila suatu saat mereka memiliki kekuatan dan kekuasaan yang sangat besar ditambahkan pada sebuah kepribadian seperti itu. Akankah ke kepercayaan diri mereka bertambah menjadi sikap yang melecehkan orang lain, bangsa lain dlsbnya. Apalagi bila disertai dengan kepercayaan dibalik mereka terdapat dukungan massa yang luar biasa besarnya (sistem presidensial), mengakibatkan mereka merasa mampu memporak-porandakan apapun dan siapapun yang menghalangi maupun menentang kemauan mereka? Karena kita tahu benar, sosok pribadi yang melebur dalam kekuasaan dan kekuasaan masal mampu mendadak berubah menjadi sebuah sosok monster yang tak mungkin dikendalikan siapapun, yang akhirnya akan mampu melahirkan kekuasaan tirani, diktator/pendikte kehendak, otoritarian karena kita memang memberikan peluang bagi terciptanya kepemimpinan seperti itu, pemimpin massa dan tak bisa dikontrol sistim. Sebagai individu dan pribadi, kita sangat bertanggung jawab terhadap pilihan, siapa yang akan mewakili kita maupun memerintah kita. Pada saat pemilu sebagai warganegara kita memiliki kedaulatan serta kekuasaan untuk memilih siapapun yang hendak kita pilih. Warganegara yang tak memiliki tanggung jawab, sebagai para golput yang menganggap hak mereka untuk tak memilih, maupun mereka yang memilih diluar kesadaran maupun kendali dirinya baik karena tersugesti oleh seseorang, kelompok maupun karena menjual diri/menerima uang adalah mereka yang bakal meloloskan seorang pemimpin yang tak bertanggung jawab, maupun calon pemimpin yang tak diharapkan oleh bangsa sendiri maupun bangsa lain.

Sampai disini,

Akhirnya, siapapun bakal pemimpin yang muncul nanti, kita harapkan adalah seorang pemimpin dapat, dan yang siap mematuhi sistim ketatanegaraan yang telah ada, yaitu dalam kerangka suatu sistim ketatanegaraan yang akuntabel serta dikontrol secara baik oleh pembagian kekuasaan lewat sistim eksekutif, yudikatif dan legislatif, yang benar benar direpresentasikan dan merepresentasikan kekuasaan rakyat Indonesia, lewat kepatuhan serta ketaatan hukum, dimana semua pribadi yang mendapat wewenang dari rakyat, mampu mengendalikan diri dari syahwat ego kekuasaan maupun kelompok/gologan, karena masyarakat Indonesia adalah masyarakat majemuk serta tidak memuja/mengkultuskan masyarakat monolitik atau memaksakan keseragaman dan penyeragaman, kita mendambakan persatuan bukan persatean, alias masyarakat yang ditusuk sate dan dipaksa diuntai jadi satu. Sebagai rakyat, kita harus bangga, bahwa kitalah yang menentukan pemimpin, sehingga mereka justru menjadi seperti saat ini, menikmati kekuasaan, wewenang serta semua fasilitas berlimpah sebagai seorang yang dilimpahi dan kepercayaan memimpin, tak lupa juga memperoleh semua kehormatan sebagai kepala Negara yang terhormat dan sangat berkuasa. Satu suara dari kita rakyat Indonesia, tetapi menciptakan seseorang yang bakal terpandang di negeri sendiri dan di dunia. Kita tak mengharapkan atau mengimpikan pemimpin seperti yang memiliki sifat sifat seperti yang di cirikan sebagai pemimpin yang bersifat pemimpin aliran, maka janganlah kita memuja muji/mengkultuskan atau memberhalakan seorang pemimpin, karena pengaruhnya tak memberi kebaikan, sedangkan suara kitalah yang sangat menentukan, justru menciptakan sang pemimpin tersebut, serta segala kekuasaan, penghormatan maupun segala kenikmatan fasilitas jabatan yang bakal mereka nikmati dan melekat pada jabatan tersebut berasal dari kita, rakyat Indonesia. Karena itu, mereka tak berhak mengabaikan satupun suara rakyat. lantaran bukan kita yang mendapat mobil bersirene, dikawal serdadu gagah perkasa, bergaji lebih dari cukup untuk membeli ratusan karung beras dan gula, menjadi panglima tertinggi pasukan perkasa asia tenggara, punya kapal terbang, dan telunjuk siap mengirim pasukan kemanapun, menyerbu rumah anda atau negeri tetangga sekalipun. Kita hanya bersukur, republik telah punya pemimpin baru, entah bakal ingat kita, atau persetan kau cuma rakyat jelata!

Bandung, 30 Juli 2014.

 

 

****************************************************************************

1http://www.plim.org/demonleaders.html

http://www.psychologytoday.com/blog/spycatcher/201208/dangerous-cult-leaders

3. http://sosbud.kompasiana.com/2014/07/20/numerology-dibalikmakna-nama-joko-widodo-dan-probowo-subianto-djojohadikusumo-669333.html

4. http://www.sosbud.kompasiana.com/2014/07/07/nama-capres-dalam-primbon-betaljemur-adammakna-666943.html

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun