Mohon tunggu...
Faiz Siloinyanan
Faiz Siloinyanan Mohon Tunggu... penyair

Muhammad Rifai Siloinyanan, lahir di Tual, 3 Desember 1996. Jiwa yang gemar merangkai kata, menyusun cerita dari kenangan, dan menafsir hidup lewat puisi. Bagiku, sejarah bukan sekadar masa lalu, budaya bukan sekadar warisan, dan romansa bukan sekadar kisah dua hati—semua adalah nafas yang menghidupkan puisi yang kubuat. Dengan pena dan imaji, aku ingin mengabadikan jejak, membisikkan suara yang mungkin terlupakan, dan mengajak siapa saja menikmati seni dalam kata. Karena bagiku, 'Puisi adalah seni menikmati hidup.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tujuh Belas Agustus

26 Agustus 2020   13:29 Diperbarui: 26 Agustus 2020   13:27 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini...

Kulihat ibu bersemangat meramas sagu diujung umur

demi melihat anaknya tumbuh dengan jujur

Tak lupa ia hidangkan sepiring ikan yang diambil kakak dari lautan penuh limbah

Demi sekeluarga dapat menyambung nyawa

Sedang ayah masih saja seperti dulu 

merawat pohon-pohon hidupnya dirimba yang dibabat habis tanpa sasi

Dan menikmati sepotong harapan diantara lubang-lubang tambang nyawa tanpa kasih.

Namun, mereka berdua selalu memahat bangga didada

saat  bendera berkibar seraya berpesan manja padaku

"Kita hanyalah merah dan putih yang dijahit dengan air mata abadi".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun