Mohon tunggu...
Tri Wibowo BS
Tri Wibowo BS Mohon Tunggu... -

Editor, penerjemah, tukang ketik, mampir cengengesan | urip sawang sinawang

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

World Writers #561: Karin Boye

22 Oktober 2014   13:20 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:09 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karin Boye(1900-1941) Novelis, cerpenis dan penyair perempuan Swedia, salah seorang pelopor modernisme Swedia. Puisi-puisi Noye di tulis dalam nada pengakuan dan mencerminkan perasaan putus asanya serta kerinduan spiritualnya. Karya-karyanya menunjukkan pengaruh dari Vilhelm Ekelund (1880-1949), seorang pendukung heroisme Nietzschean di Swedia.

Karin Maria Boye dilahirkan pada 26 Oktober 1900 di Göteborg. Dia dibesarkan dalam lingkungan yang menyenangkan. Ayahnya adalah seorang insinyur mesin. Sejak masa sekolah dia sudah menulis dan ikut serta dalam perdebatan kultural. Pertama dia melihat sesuatu dari sudut pandang agama dan kemudian dia menentang kebijakan kultural konservatif. Setelah meraih gelar pada 1921 Boye melanjutkan studinya ke Uppsala dan Stockholm dan meraih gelar M.A. pada 1928. Pada 1929 dia mengajar di Motala dan sejak 1937 sampai 1938 menjadi guru di Viggbyholm. Pada 1932 Boye merusak rumah tangga penyair Gunnar Ekelöf. Setelah bercerai Boye pindah ke Berlin untuk belajar psikoanalisa – karya-karyanya juga mencerminkan ide-ide dalam studi psikoanalisa untuk pikiran manusia. Bersama dengan Erik Mesterton, dia menerjemahkan karya Eliot, The Waste Land, ke bahasa Swedia. Boye juga banyak menulis untuk majalah Arbetet (1932-1933).

Puisi-puisi awalnya banyak dipengaruhi oleh ajaran Budha dan pengaruh Nietzsche tampak dalam karya-karyanya yang belakangan. Karya-karyanya antara lain Moln (1922), sebuah koleksi puisi yang penuh dengan idealisme dan memperlihatkan keahlian teknisnya; Gömda Land (1924); Härdarna (1927); För Trädets Skull (1935), yang menandai perubahan dari gaya klasik ke gaya ekspresionis dan modernis; Uppgörelser (1934); Kris (1934), sebuah novel yang menggambarkan krisis religius dan lesbianisme; Kallocain (1940), sebuah fiksi ilmiah; dan lain-lain. Boye meninggal pada usia 41 tahun dan diduga karena bunuh diri pada 24 April 1941 di Alingsås. Karyanya yang terbit setelah dia meninggal adalah koleksi puisi De Sju Dödssynderna (1941). Arti penting Boyce sebagai penulsi feminis diakui luas dan eksplorasinya tentang hubungan pria dan wanita dalam karya-karya seperti Merit Vaknar (1933) dan För Lite (1936) telah banyak dikaji.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun