Mohon tunggu...
Emayama
Emayama Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sedang menempuh salah satu pendidikan kesehatan.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Anak Kos Hati-hati! Ini Risiko Konsumsi Sambal Setiap Hari Menurut Beberapa Penelitian

20 Juni 2024   11:57 Diperbarui: 20 Juni 2024   12:16 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Instagram @spicyfoodid

Sambal, makanan khas Indonesia, memang telah memiliki ruang tersendiri di meja makan setiap keluarga Indonesia tak terkecuali anak kos. Mulai dari tuntutan kecukupan uang saku hingga rasa malas untuk memasak, pasti ada kalanya bahwa sambal adalah lauk yang dirasa paling nyaman dan enak untuk dikonsumsi memenuhi energi untuk hari. Namun, bagi anak kos yang saat ini hanya mengonsumsi sambal-mungkin dengan lauk lain juga-setiap hari untuk mengisi perut, ada yang perlu kamu tahu. 

Jadi, pasti setiap dari kamu sudah cukup familiar dengan yang namanya capsaicin. Betul, itu adalah senyawa bioaktif yang membuat cabai terasa pedas dan panas. Hal ini pula yang menyebabkan cabai memiliki peminat yang tak sedikit, yaitu karena euphoria nikmat ketika menyantap rasa yang menarik di lidah. Pasalnya, di samping rasa yang menarik ini, capsaicin juga bisa membawa risiko buruk terhadap kesehatan manusia. 

Kita sudah tahu bahwa apapun itu, termasuk konsumsi makanan, tidaklah boleh dalam jumlah yang berlebihan. Konsumsi minyak berlebihan dapat menyebabkan kolestrol buruk. Konsumsi nasi berlebihan dapat menyebabkan obesitas hingga berujung pada diabetes karena kandungan kalori dan glukosanya. Kemudian ada juga tentang konsumsi daging yang tidak boleh berlebihan sebab dapat menyebabkan mencret dari kemungkinan kandungan bakteri di dalam daging yang masih tak luput meski sudah dimasak. Lalu kini, makanan kita setiap hari di Indonesia, yaitu sambal karena kandungan capsaicin-nya. 

Berikut ini risiko yang dapat terjadi karena mengonsumsi makanan pedas, tak terkecuali yang utama adalah sambal, secara berlebihan : 

1. Maag hingga Refluks Lambung

Makanan pedas bisa menyebabkan maag karena zat capsaicin yang terkandung di dalamnya dapat mengiritasi lambung. Capsaicin dapat memicu pelepasan TRPV1, yang dapat merusak dinding lambung. Selain itu, capsaicin juga dapat memperlambat sistem pencernaan, sehingga makanan dapat menumpuk di perut lebih lama dan meningkatkan risiko naiknya asam lambung hingga menyebabkan refluks lambung.

2. Diare

Hal ini disebabkan karena makanan pedas mampu mempercepat pergerakan di usus sehingga mempermudah timbulnya diare. Efek iritasi dapat langsung dirasakan jika makanan pedas sudah sampai di usus besar. Tubuh akan mengirim air lebih banyak ke usus agar feses dapat lebih mudah keluar dari usus besar.

3. Gastristis

Penyakit ini timbul akibat ketidakseimbangan asam lambung sebagai faktor agresif dan mukosa lambung sebagai faktor protektif. Faktor agresif lebih dominan sehingga mengakibatkan terjadinya iritasi mukosa pada dinding lambung. Dengan demikian konsumsi makanan dan minuman yang memicu tingginya sekresi asam lambung adalah penyebab penting terjadinya gastristis. Selain konsumsi tinggi protein, kebiasaan mengkonsumsi makanan pedas juga dapat memicu terjadinya  gastristis. Hal ini disebabkan makanan pedas bersifat merangsang organ pencernaan dan dapat menimbulkan iritasi pada lapisan mukosa lambung. Produksi asam lambung berlebihan inilah yang dapat mengakibatkan terjadinya gastritis karena peradangan pada dinding lambung.

4. Demensia

Dilansir dari the Health Site, sebuah penelitian yang dilakukan di China membuktikan mengenai dampak buruk makanan pedas terhadap kesehatan otak. Penelitian ini melibatkan 4.582 partisipan di China dengan usia di atas 55 tahun. Diketahui bahwa orang-orang yang secara konsisten mengonsumsi lebih dari 50 gram cabai setiap hari mengalami penurunan kognitif lebih cepat. Merosotnya memori bahkan lebih signifikan jika orang tersebut memiliki badan kurus.

"Konsumsi cabai diketahui memiliki manfaat bagi berat badan dan tekanan darah pada penelitian sebelumnya. Namun, pada penelitian ini kami menemukan efek yang muncul pada kognisi orang tua," jelas pimpinan penelitian, Zumin Shi dari Qatar University.

Intinya, mengonsumsi sambal di luar batas normal bahkan setiap hari juga masih tetap tidak baik meski kita merupakan orang Indonesia yang dikenal terbiasa mengonsumsi makanan pedas. Jika memang merasa tidak nyaman dengan makanan pedas, maka janganlah mengikuti stereotip yang sering didengar tanpa dasar dari sisi kesehatan. Hal itu karena makanan pedas menjadi pemberi dampak utama terkait menurunnya kesehatan saluran pencernaan di sebagian besar orang, bahkan kini penelitian juga mengatakan bahwa mengonsumsi makanan pedas dalam menurunkan fungsi kognitif hingga berdampak panjang untuk masa tua nanti. 


Lalu, bagaimana batas mengonsumsi makanan pedas yang benar?

Menurut pakar kesehatan dr. Retno Wulandari, batasan bagi setiap orang berbeda. Ada yang lambungnya sensitif dengan makanan pedas, ada pula yang tidak. Retno mengatakan, ini tergantung pada kebiasaan dan kebudayaan orang itu sendiri. 

“Intinya, kita harus pandai mengukur diri. Kadang seseorang tidak tahu ia memiliki penyakit lambung seperti maag, sementara ia gemar makan makanan pedas," katanya.

Retno berpesan, jangan berlebihan makan makanan pedas. Hal itu terlepas dari respon tubuh pada rasa pedas yang berbeda-beda. "Pastikan juga kita sehat, tidak punya riwayat penyakit lambung," tutup Retno.

Berdasarkan penjelasan pakar di atas, batas konsumsi makanan pedas tidak dijelaskan berdasarkan waktu, tetapi lebih ke bobot porsi konsumsi setiap makan. Meski demikian, perlu digarisbawahi bahwa bagi mereka yang memiliki riwayat penyakit lambung, perlu berhati-hati dalam mengatur porsi makan dan segera sadar akan risiko yang mungkin terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun