Mohon tunggu...
Ema Wulandari
Ema Wulandari Mohon Tunggu... -

I am is who i am.. If you dont like me, never mind.. I was born not to please you anyway.. :)

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Antara Kereta Api Cepat Jepang dan China, Mana yang Menguntungkan Indonesia?

28 Agustus 2015   15:41 Diperbarui: 29 Agustus 2015   00:32 6824
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jepang dan China sedang memperebutkan proyek kereta api cepat (high speed train) yang akan dibangun oleh pemerintah Indonesia. Proyek kereta api cepat memang sudah ada di dalam road map pengembangan jalur kereta api, yaitu Jakarta–Bandung 140 kilometer (km) dan Jakarta–Surabaya sepanjang 700 km.

Nilai investasi kereta api cepat untuk Jakarta-Bandung berdasarkan kalkulator Jepang nilainya 6,2 milyar dollar Amerika sedangkan nilai investasi kereta api cepat berdasarkan hitungan China mencapai 5,5 milyar dollar Amerika. Berdasarkan nilai investasi, kereta api cepat China memang lebih murah dibandingkan dengan Jepang. Namun besaran nilai investasi bukan lah patokan mana yang lebih menguntungkan bagi Indonesia.

Kalau dilihat dari pinjaman untuk biaya pembangunan kereta api cepat, bunga pinjaman China lebih tinggi 20 kali lipat dari pada bunga pinjaman dari Jepang. Jepang memberikan pinjaman sebesar 75% dari 6,2 milyar dollar dengan tenor 40 tahun dengan bungan 0,1% pertahun. Sedangkan China memberikan pinjaman 75% dari 5,5 milyar dollar dengan tenor 40 tahun dan bunga 2% pertahun.

Jika kereta api cepat dibangun China, hitung-hitungan kasarnya kita harus membayar total bunga ke China selama 40 tahun sebesar 82,5 juta dollar atau 2,062,500 dollar pertahun. Sedangkan Jepang, kita membayar bunga selama 40 tahun 4,6 juta dollar atau 116,250 pertahun. Rinciannya:

Jika kereta api cepat dibangun oleh Jepang maka uang yang dipinjam dari Jepang, hitungannya, 6,6 milyar dikali 75% = 4,650,000,000. Utang yang dibayarkan setiap tahun, 4,650,000,000 / 40 tahun = 116,250,000. Sedangkan bunga yang dibayarkan setiap tahun, 116,250,000 x 0,1% = 116,250. Total bunga selama 40 tahun 4,650,000 dollar.

Jika kereta api cepat dibangun oleh China maka uang yang dipinjam dari China, hitungannya, 5,5 milyar dikali 75% = 4.125.000.000. Utang yang dibayarkan setiap tahun, 4.125.000.000 / 40 tahun = 103.125.000. Sedangkan bunga yang dibayarkan setiap tahun, 103.125.000 x 2% = 2.062.500. Total bunga selama 40 tahun 4,6 juta dollar.

Nah, kalau dilihat dari porsi kepemilikan kereta api cepat, kereta api cepat yang dibangun oleh Jepang lebih menguntungkan Indonesia ketimbang China. Karena, ketika kereta api cepat Jepang beroperasi, keuntungannya bagi Indonesia minimal 75% maksimal 100% (tergantung dari pemerintah Indonesia mendanai 25 persennya darimana). Sedangkan kereta api cepat China beroperasi, keuntungan bagi kita hanya 60% dan 40% untuk negara Tirai Bambu.

Jepang memberikan pinjaman dana sebesar 75% dan sisa dana pembangunan tergantung dari keinginan pemerintah, apakah menggandeng pihak ketiga untuk mendanai 25 persennya lagi. Atau 25% meminjam dari pihak lain. Jika meminjam dari pihak lain, keuntungan bagi Indonesia dari kereta api cepat bisa 100%. Ketika dana pinjaman Jepang dalam masa angsuran maupun sudah lunas, kepemilikan saham milik Indonesia sendiri dan untungnya bagi Indonesia.

Sedangkan China, 75% dari dana pinjaman dan 25% didanai bersama antara China dan Indonesia. Dan skemanya 40 persen milik China dan 60 persen milik Indonesia. Tentu saja untungnya Indonesia cuma 60%.

Kalau kereta api cepat dibangun China, mereka untung banyak. Dana membangun kereta api cepat 75% kita pinjam dan nantinya dikembalikan dalam 40 tahun, tetapi kepemilikan Indonesia hanya 60%. Ketika utangnya sudah lunas untungnya tetap 60%. Mereka sudah dapat bunga pinjaman dan untung 40% dari keuntungan penjualan tiket kereta api cepat.

Perbedaan  keuntungan bagi Indonesia dari kereta api cepat Jepang dan China jelas berbeda, 75%-100% banding 60%.  Namun tetap bahwa porsi kepemilikan lah yang menentukan besaran keuntungan bagi Indonesia bukan besaran nilai investasi yang ditawarkan Jepang maupun China.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun