Setiap detik yang kulalui, setiap jam yang kujalani, setiap hari yang kurasakan, setiap bulan, setiap tahun aku melakukan aktivitas, rasanya ingatan itu terus berada di hati, tak bisa menghilang. Sebuah ingatan, yang kuimpikan di suatu saat, di dalamnya terdapat diriku dan seorang gadis yang tak kukenal bermain dan mengobrol dengan riangnya, yang kurasakan di seklilingku terlihat bangunan besar yang tidak kukenal juga, kemungkinan itu adalah rumahnya.
Di saat itu, aku meraskan sesuatu hal, dimana. Didalam diriku terasa sebuah gejolak perasaan, aku merasa terikat dengannya. Kemudian aku terbangun dan melakukan aktifitas, tak memperdulikan mimpi apa yang kualami itu.
Hari berikutnya, aku mengalami mimpi itu kembali, dimana gadis yang kulihat saat lalu, telah tumbuh remaja. Kami tetap bermain, ada orang tua kami yang berada di rumahnya bertamu mengobrol dengan sesama orang tua, dan kami hanya bermain di luar, memainkan sesuatu mainan meskipun kami telah remaja. Dan mimpi itu berhenti.Â
Di titik ini aku masih belum sadar, bahwa sesuatu yang aku alami saat ini, akan berdampak terhadap kehidupanku di masa depan, dan dengan ketidak sadaranku itu, aku akan menyesalinya juga.
Hari, bulan, Tahun. Mimpi itu tak ada, aku sudah melupakannya, tapi, suatu saat. Mimpi itu muncul kembali, dimana di tempat yang sama, rumah dirinya, tapi yang membedakan adalah, dirinya tak ada di hadapan mataku. Seorang gadis, yang kulihat tak ada, hanya rumah yang terbuka pintunya, dengan orang tuanya menghampiriku dengan berkata, bahwa dirinya, gadis itu telah tak ada. Kemudian aku terbangun.
Aku melakukan aktivitas seperti biasanya, berangkat sekolah, pulang, dan belajar. Hari hari itu kulalui melupakan sesuatu yang menurutku adalah sesuatu hal yang tak berguna sama sekalipun. Tapi, perasaan ini, yang terus mengalir tanpa hentinya. Membuka sifat yang sebenarnya kupendam dari dalam diriku sendiri, yaitu, sebuah perasaan sedih yang tak bisa kujelaskan.Â
Rasa ini tak bisa terhenti, sedih, lelah, dan tak bersemangat untuk ke sekolah. Membuatku berpikir bahwa ini sudah cukup, aku harus menyelesaikannya.Â
Kemudian dari hal itulah aku melakukan peneyelidikan. "Yah, tahu teman masa kecilku, yang biasanya main sama kita, yang rumahnya besar?"Saat kutanya hal itu, mereka mencoba untuk mengingat dan mengatakan suatu hal. "Engga ingat, coba cari di album foto" Oke, aku akan mencarinya.
Biasanya kami akan berfoto dengan teman teman orang tuaku yang terbilang dekat, dan menurut apa yang aku lihat di mimpiku, dapat kujelaskan bahwa mereka berdua cukup dekat dengan sosok orang tua gadis tersebut.Â
Dan hal itu memberiku sebuah asumsi, apakah dia beneran nyata atau tidak. Dan setelah kucari, album foto yang terbilang cukup banyak ini, sekitar 5 buku yang didalamnnya ada 125 halaman, dan di dalamnya tak ada foto kami semua.
Kemudian aku bertanya kembali kepada mereka berdua, dan tetap sama, coba cari lagi di album foto. Dan tentu saja, tak dapat kutemukan. Setelahnya aku menyerah, dikamar merenung selama dua hari libur ini tanpa sedikitpun keluar rumah.Â
Saat menjelang sore, ibuku meminta kepadaku untuk membelikan beras di pasar, dikarenakan toko yang biasa kami beli sedang libur selama seminggu. Dan aku berangkat menuju pasar itu.
Perjalanan macet yang terbilang lumrah, karena memang di hari libur minggu terakhir ini, semua orang pasti akan pergi berlibur. Aku memperhatikan satu satu mobil yang lewat, sembari meng istirahatkan diri selagi sempat.Â
Kemudian ada sebuah kejadian, dimana jalan yang biasanya kulewati menuju pasar agar lebih cepat, dan jalan yang terus menerus kupakai, ditutup dikarenakan sedang ada perbaikan. Dan Oke, aku mencari jalan lainnya saja.Â
Aku melewati jalan kecil, terdapat beberapa rumah dan toko berjejeran, sampailah di rambu lalu lintas di pertigaan, kulihat sekitar, sembari mengingat jalan baru yang mungkin akan terjadi seperti kejadian perbaikan jalan lagi, akan kupakai jalan alternatif ini, dan mataku bertemu dengan sebuah rumah. Yang terlihat besar, dan ha litu biasa biasa saja, tapi perasaan yang kualaami saat ini, sangatlah aneh, seperti aku pernah ke tempat itu.Â
Padahal ini adalah kali pertamaku menggunakan jalan ini dan bertemu dengan rumah tersebut. Aku tetap berjalan menuju pasar dan membeli beras.
Di pasar, saat membeli beras, aku berpikir hal aneh. Bagaimana jika memang itu rumahnya, karena memang aku tidak terlalu jelas melihat seluruh bangunan rumah tersebut, dan tentu saja, pintunya.Â
Tapi perasaan ini yang akan menjadi buktinya, bagaimana aku merasakan sesuatu perasaan, yang berbeda dengan aku menatap terhadap rumah rumah yang sama lainnya, tapi hanya rumah itu saja yang terasa berbeda, seperti aku pernah memasukinya.Â
Dan saat aku akan pulang ke rumah, kuputuskan untuk berhenti di pertigaan tersebut, kusimpan beras di dalam penyimpanan jok motor, dan berjalan di sekitar rumah tersebut.Â
Dan pintu masuk rumah tersebut dapat kulihat, sama persis seperti yang ada di mimpiku. Hatiku terasa bergetar, kakiku bergerak dengan sendirinya.Â
Kemudian aku perlahan memasuki halaman rumah tersebut, kulihat teras rumah yang sama persis dengan apa yang terjadi di dalam mimpiku, aku bermain bersama dirinya, dengan bercanda ria.Â
Dapat kulihat pintu itu dengan jelas, kudekati dan terdapat bel yang menempel di permuakaan pintu. Kemudian kutekan dan setelahnya pintu terbuka dengan sendirinya, terlihat ruang tamu yang persis, susunannya, jenis kursi, warna kursi dan meja tersebut. Sangat persis, dan hal itu, membuat perasaanku semakin menggebu gebu, setelahnay aku memasuki rumah tersebut.
Di dalamnya aku menemukan sebuah kebenaran, yang dimana, didalamnya terdapat sebuah fakta. Bahwa dunia ini begitu indah dan penuh tanda tanya, bagaimana kita bisa hidup di bumi dan bagaimana dengan kita yang lain.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI