Mohon tunggu...
Emanuel Odo
Emanuel Odo Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Penulis Lepas pecanduan kopi

Mengamati

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pelechan di Panti Asuhan, Ketika Moralitas Pemimpin Hilang di Balik Topeng Kebenaran

17 Oktober 2024   18:16 Diperbarui: 17 Oktober 2024   19:21 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kekuasaan dalam berbagai bentuk seringkali disalahgunakan oleh mereka yang memegang kendali. Ketika kekuasaan ini digabungkan dengan klaim atas otoritas moral atau agama, bahayanya menjadi semakin besar, seperti yang terjadi di Panti Asuhan Darussalam An'Nur di Tangerang, di mana laporan pelecehan seksual kepada anak-anak asuhan oleh pemimpin panti mencuat. Fenomena ini memaksa kita untuk menggali lebih dalam tentang masalah moral pemimpin, yang sering tersembunyi di balik klaim agama.

 Moralitas dan Kepemimpinan: Sebuah Refleksi bahwa Sebagai pemimpin, terlebih dalam konteks panti asuhan, ada tanggung jawab moral yang besar terhadap mereka yang dipimpin, terutama anak-anak yang rentan dan berada dalam perlindungan penuh lembaga tersebut.  Dalam filsafat moral, ada konsep tanggung jawab etik yang tidak hanya bersifat legalistik, tetapi lebih dalam menyentuh esensi tanggung jawab manusia terhadap orang lain, terutama mereka yang lemah dan tidak berdaya. John Stuart Mill, dalam utilitarianismenya, menyatakan bahwa tindakan seseorang harus dinilai dari dampaknya pada kesejahteraan orang lain. Di sinilah letak kegagalan moral dari pemimpin yang telah mengeksploitasi anak-anak yang seharusnya mereka lindungi. Pelecehan semacam ini bukanlah sekadar pelanggaran hukum, tetapi juga penghancuran hakikat tanggung jawab moral seorang pemimpin terhadap yang lebih lemah. 

Agama Sebagai Justifikasi: Menyelubungi Kebejatan Moral. Ada narasi yang berkembang bahwa tindakan pelecehan tersebut dibalut dengan dalih agama. Di sini, kita harus berhati-hati agar tidak mengkaitkan tindakan amoral individu dengan keyakinan agama yang dianutnya. Agama, sebagai sistem nilai moral, justru mengajarkan kebaikan, keadilan, dan perlindungan terhadap yang lemah. Ironisnya, ketika individu yang bernaung di bawah otoritas agama menggunakan posisinya untuk melakukan kejahatan, ini bukan lagi masalah agama, tetapi masalah karakter dan integritas moral individu tersebut. Immanuel Kant dalam teori etika deontologisnya mengajarkan bahwa manusia harus diperlakukan sebagai tujuan, bukan sebagai alat. Pemimpin panti yang melakukan pelecehan terhadap anak-anak jelas telah melanggar prinsip ini. Mereka memperlakukan anak-anak bukan sebagai subjek yang memiliki hak dan martabat, tetapi sebagai objek untuk memuaskan kebutuhan amoral mereka. Ini adalah pengkhianatan terhadap nilai-nilai dasar manusia dan agama.  Ingat bahwa  Manusia memiliki kebebasan berkehendak, yang berarti mereka dapat memilih untuk bertindak baik atau buruk. Tindakan pemimpin panti asuhan adalah refleksi dari pilihan moral individu tersebut, bukan representasi dari agama yang dia anut. Dalam hal ini, kita harus mengutuk perilaku yang tidak bermoral dan tidak etis, tanpa menjustifikasi atau menyalahkan agama sebagai penyebabnya.

 Tanggung Jawab Moral Seorang Pemimpin.Dalam konteks kepemimpinan, khususnya yang berhadapan dengan anak-anak atau individu yang rentan, tanggung jawab moral lebih dari sekadar melaksanakan tugas administratif. Pemimpin harus menjadi teladan dalam kejujuran, integritas, dan kasih sayang. Di sini, pemimpin panti asuhan tersebut telah gagal total. Mereka tidak hanya mengkhianati kepercayaan yang diberikan oleh anak-anak, masyarakat, dan agama, tetapi juga menghancurkan nilai-nilai moral yang seharusnya mereka junjung. Menurut filsuf Aristoteles, pemimpin seharusnya memiliki kebajikan moral, yaitu kemampuan untuk melakukan apa yang baik secara konsisten. Kebajikan seperti ini tidak terlihat dalam kasus  di panti asuhan Darussalam An'Nur. Sebaliknya, yang muncul adalah kebejatan moral yang dikemas dalam bentuk kekuasaan. Tindakan pelecehan semacam ini adalah pengkhianatan terbesar terhadap martabat manusia.

Mengakhiri Siklus Penyalahgunaan Kekuasaan.

 Untuk mencegah terulangnya kasus-kasus serupa, masyarakat dan pemerintah harus memperkuat mekanisme pengawasan dan akuntabilitas terhadap lembaga-lembaga seperti panti asuhan. Kekuasaan yang tidak terkontrol akan selalu berpotensi disalahgunakan, dan kita tidak bisa hanya mengandalkan integritas individu. Sistem yang kuat, transparan, dan terbuka adalah benteng terbaik untuk melindungi yang rentan dari kekuasaan yang disalahgunakan. Dalam konteks ini, kita harus menegakkan nilai-nilai moral di atas segala justifikasi yang salah. Sebagai akademisi, kita tidak bisa membiarkan narasi palsu berkembang bahwa tindakan ini berkedok agama. Pelecehan adalah pelecehan, kejahatan adalah kejahatan. Yang salah harus disebut salah, tanpa kompromi.

Kesimpulan: Kembali ke Moralitas Universal. Pada akhirnya, masalah di Panti Asuhan Darussalam An'Nur adalah soal moralitas, bukan agama. Moralitas universal menuntut kita untuk menjaga yang lemah dan memberikan perlindungan kepada mereka yang tidak bisa melindungi diri sendiri. Ketika pemimpin panti melanggar tanggung jawab ini, kita tidak boleh menyalahkan agama atau lembaga itu sendiri, tetapi harus fokus pada kegagalan moral individu.  Dengan demikian, penting bagi kita semua untuk melihat kasus ini sebagai peringatan bahwa kekuasaan yang tidak diimbangi dengan moralitas yang kuat akan selalu menjadi ancaman bagi masyarakat. Kita harus terus berjuang untuk menegakkan moralitas yang berbasis pada kemanusiaan, kebaikan, dan keadilan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun