Mohon tunggu...
Emanuel Hayon
Emanuel Hayon Mohon Tunggu... Editor - •Menulis adalah tanda berpikir

Kritis adalah cara kreatif untuk melatih keseimbangan otak kiri dan kanan•

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kita (Memang) Belum Siap

3 April 2020   13:54 Diperbarui: 3 April 2020   14:07 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Ilustrasi Shutterstock

Presiden sebagai panglima tertinggi harus lebih tegas dalam hal ini. Presiden harus berani menyampaikan sesuatu dengan tegas, terukur, dan tepat. Tidak boleh pernyataan diubah. Bila perlu, tegur menteri dan siapapun yang bersebarangan dengan pernyataannya. 

Komunikasi yang efektif dan satu arah akan membuat masyarakat lebih percaya dan merasa aman dan nyaman meski diterpa oleh krisis kesehatan akibat COVID-19. Lihat saja dalam laporan Harian Kompas di halaman pertamanya, jumat (3/4/2020) menyebutkan bahwa data penerima manfaat jaring pengaman sosial yang disampaikan Presiden saja masih amburadul dan belum dirampungkan. Gagapnya manajemen seperti ini penting untuk diperhatikan. Jika tidak hanya menjadi janji angin surga, sementara rakyat di bawah membutuhkan hal tersebut saat ini.

Satu lagi yang paling penting, Presiden harus memaksimalkan komunikasi yang terarah dengan kepala daerah. Komunikasi dan arahan yang jelas serta rasional hendaknya dibangun agar pemimpin daerah pun lebih cekatan mengambil keputusan. 

Hal yang wajib diingat adalah kita sedang bertaruh dengan nyawa bukan dengan hal lain. Semakin lamban komunikasi dan keputusan yang disampaikan Presiden akan mendorong kepala daerah mengambil keputusan sendiri karena alasan nyawa masyarakat di daerahnya.

Stop Mudik

Kampung halaman adalah sebuah kerinduan bagi perantau. Semua merindu ketika menyebut kampung halaman. Sudah pasti ingin kembali.

Belajar dari Italia dan Spanyol sudah saatnya Presiden tegas menghentikan upaya mudik masyarakat ke daerah baru. Sangat berbahaya jika ini dibiarkan. Informasi yang berbeda antara Presiden, Menteri, bahkan Juru Bicara Kepresidenan harus dihentikan. Presiden harus lebih tegas membuat keputusan. Mengatakan yang sebenarnya. Meski itu pahit buat perantau tapi jika dijelaskan dengan rasional pasti akan diterima dengan kepala dingin.

Selain dua kata kunci di atas yakni komunikasi yang tegas dan penghentian mudik, ada hal lain juga yang perlu ditegaskan. Hal tersebut adalah keterbukaan data dan sikap ilmiah.

Hari-hari yang penuh dengan tantangan ini juga wajib direfleksikan oleh Pemerintah untuk menyampaikan sesuatu dengan jujur, benar, dan terbuka. Persoalan data pasien COVID-19 yang amburadul wajib diluruskan. Semua harus satu pintu dan satu koordinasi.

Adapun, sikap ilmiah juga harus dijunjung tinggi oleh Pemerintah. Dalam perang menghadapi COVID-19 ini kita harus menyerahkan semuanya pada dokter. Mereka adalah jendral di lapangan. Semua informasi berupa kesehatan harus menjadi kajian dan disampaikan oleh Ikatan Dokter Indonesia atau organisasi kedokteran dan universitas. 

Pada akhirnya, kita semua bisa tahu mengapa sampai saat ini kita sulit mengalahkan COVID-19. Sudah waktunya kita bergandengan tangan dan menengadah ke langit memohon agar Tuhan memberikan kebaikan dan mengembalikan seperti sedia kala. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun