Seperti itulah, Apoli Bala mendedikasikan waktu dan tenaganya untuk mengembangkan musik liturgi dan musik daerah. Dalam diskusi bersamanya musik adalah segalanya. Musik bukan saja sebuah bentuk pujian bagi Tuhan tapi sebagai bentuk rasa syukur atas anugerah kehidupan, termasuk kritik sosial atas kehidupan.
Hampir setiap lagu gubahannya berisi tentang kumandang pujian bagi Tuhan. Pria tua ini juga selalu menempatkan konseling dalam segala usaha mendorong musik liturgi dan musik daerah NTT.
Tidak ada waktu kosong yang dia sisihkan untuk kegiatan lain, selain bermusik. Barisan buku musik dengan beragam karya lagunya hampir terpampang di rumahnya. Dedikasi pada musik liturgi dan musik daerah ini turut mendorong beliau untuk terus menggali potensi musik liturgi dan budaya di NTT.
Beberapa jam yang lalu, Apoli Bala menghembuskan napas terakhirnya di Rumah Sakit Siloam Kupang. Meski tubuh itu meregang kaku, saya percaya karya-karyanya tetap akan hidup dan menghiasi warga gereja katolik dan masyarakat NTT.
Selamat jalan sang maestro. Izinkan saya mengakhiri tulisan ini dengan mengucapkan "Selamat jalan Om Besa"...........
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H