Mohon tunggu...
Emanuel Hayon
Emanuel Hayon Mohon Tunggu... Editor - •Menulis adalah tanda berpikir

Kritis adalah cara kreatif untuk melatih keseimbangan otak kiri dan kanan•

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Perubahan Iklim, Isu yang Terlupakan

11 Maret 2019   17:36 Diperbarui: 11 Maret 2019   17:57 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tulisan ini sudah  lama saya tuliskan. Meski sudah lama, buat saya masih relevan dengan kondisi bencana alam  dan kesiap siagaan kita dalam konteks manajemen bencana. Pentingnya manajemen bencana memberi dampak yang baik bagi penanganan kebencanaan. Sayangnya, isu ini terlupakan pada debat kedua Pilpres 2019. Berikut catatan usang saya.

Seperti biasa, habis debat berlangsung pasti pendukung masing-masing paslon capres akan berargumen.

Tapi ada satu hal yang sebenarnya paling krusial dan terlupakan sepanjang debat kedua ini, yakni  "perubahan iklim dan masalah kebencanaan".

Sejak awal, isu ini saya yakin sulit untuk diangkat karena tertutup dengan isu lain, padahal ini masalah krusial tentang keberlanjutan kehidupan kita ke depan.

Berhubung isu iklim dan kebencanaan ini tidak diangkat dalam debat kedua, baiklah saya membuka catatan dalam visi dan misi kedua paslon. Sebagai gambaran, pada visi dan misi Jokowi-Ma'aruf Amin menempatkan pada halaman 18 dari visi-misinya. Pun, paslon Prabowo-Sandi menuangkan dalam rencana intervensi terhadap iklim global pada poin 7 yang sesuai kondisi Indonesia. Singkat cerita, visi dan misi kedua paslon masih didominasi oleh misi ekonomi dibanding isu lingkungan global.

Lalu kenapa ketika bicara isu lingkungan, persoalan kebencanaan dan perubahan iklim sangat penting saat ini? Berdasarkan data BNPB, pada 2018 tercatat 2.572 kejadian bencana di tanah air. Sebanyak 4.814 orang korban jiwa, 21.083 orang luka-luka, dan 10,3 juta jiwa mengungsi. Lebih lagi, 574.838 rumah dan 2.699 unit fasilitas umum mengalami kerusakan.

Dari kejadian gempa saja, potensi kerugian ekonomi mencapai Rp405 triliun. Belum termasuk potensi kehilangan jangka panjang.

Selain data di atas, ada hal lain juga yang sebenarnya harus direfleksikan kedua paslon seperti efek menurunnya kunjungan wisatawan  di Banten, Lombok, dan Palu usai gempa bumi. Ini harus dipikirkan, sehingga harus diangkat dalam debat sehingga masyarakat bisa tahu pentingnya komitmen mengelola manajemen kebencanaan. Ini penting karena berbagai kejadian bencana saat ini terjadi akibat dampak multifaktor. Mulai dari efek tata ruang yang tidak mempertimbangkan resiko dan bencana hingga perubahan iklim global.

Saya tidak tahu, mengapa panelis tidak berpikir akan persoalan krusial tentang efek lingkungan dan kebencanaan tapi pada persoalan menara gading lainnya yang sepertinya kita tahu bahwa isu tersebut berhubungan dengan korporasi, dimana masing-masing timses terlibat.

Berhubung sudah terlewatkan, kita cuman memohon kesadaran agar hal ini terus menjadi isu utama dalam pemerintahan mendatang. Kita berharap agar ekonomi Indonesia berbasis SDA berkelanjutan, termasuk menerapkan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) yang saat ini sangat lambat pada tingkat operasional.

Kedua paslon juga harus sadar bahwa persoalan pembangunan sebenarnya tidak berhenti pada isu mitigasi karena dampak yang luar biasa pada nelayan dan petani adalah kerugian akibat bencana dan perubahan iklim. Paling tidak, kedua kelompok ini yang menjadi sasaran dari misi pembangunan ekonomi ke depan.

Semoga ini menjadi catatan penting. Bukan saja soal infrastruktur tapi keberpihakan pada managemen kebencanaan termasuk melakukan konvergensi nasional terhadap isu global perubahan iklim dan pembangunan manajemen kebencanaan  yang berkelanjutan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun