Hasil tanggapan itu yang akan direspon kembali oleh peserta didik yang akan menjadi sebuah kesepakatan kelas. Peserta didik merespon, guru sebagai kontrol kelas mengarahkan bagaimana agar keinginan-keinginan yang mereka tuangkan dalam kesepakatan kelas dapat diwujudkan.Â
Tentunya dengan bekerja sama menentukan formula dari kesepakatan kelas, agar memudahkan semua yang terlibat dalam pelaksanaannya.
Diawali dengan sebuah percakapan sapaan seperti biasa, "murid-murid apakabar kalian sekarang...?", "apakah belajar kalian sudah nyaman?, "kira-kira bagaimana agar kelas dan kegiatan belajar nyaman, pembelajaran seperti apa yang kalian inginkan?. "agar terwujud kelas yang kalian impikan, kira-kira apa yang harus dilakukan?".
 "Setelah kalian susun semua keinginan dan harapan, dalam bentuk kalimat positif, kalian simpulkan cara menempuh impian dan harapan tersebut". "baiklah, draft kesepakatan sudah tersusun, mari kita sepakati Bersama, dengan melakukan foto bersama dengan draft ini sebagai bukti bahwa kita telah bersepakat", berhubung kelas masih online maka silahkan kalian print foto kesepakatan kelas dan silakan kalian tempel masing-masing di ruang belajar dirumah kalian!
3. Hasil dari Aksi Nyata
Feedback dari siswa dan semua pemangku kepentingan di sekolah, kepala sekolah, guru, peserta didik, orangtua, komite dan semua tenaga kependidikan, serta semua warga di lingkungan sekitar sekolah. Tantangan dalam menerapkan budaya positif, adalah menghadapi murid yang notabene nya di usia remaja, pra dewasa.Â
Yaitu di jenjang SMA dimana karakter sudah banyak terbentuk dan terpoles berdasarkan pengalaman belajar mereka di jenjang sebelumnya, Sehingga keberagaman karakter di jenjang SMA sangat dominan, bergantung dari latar belakang keluarga, background sekolah sebelumnya, dan bahkan pengaruh sosial lingkungan masyarakat disekitarnya.Â
Karena pada jenjang SMA sangat dimungkinkan peserta didik datang dari berbagai penjuru dengan latar belakang yang berbeda-beda.
Heterogenitas pada peserta didik tersebut yang menjadikan karakter dan pembiasaan positif yang beragam untuk kemudian di blended membentuk kebiasaan positif sekolah dengan tetap menonjolkan hal-hal positif yang sudah ada.
Peserta didik tentu saja merasa senang dan apresiatif dalam merespon hal baru seperti ini, mereka bersemangat melakukan perubahan aturan-aturan kelas. Bersemangat untuk menyepakati draft kesepakatan karena motivasi intrinsik untuk menjadi lebih baik.Â
Tantangannya adalah ketika ada suara-suara sumbang yang enggan memberikan suara, ketika terjadi diskusi melaui google meet. Ada juga yang tidak memberikan respon tanggapan meski terhadap respon antar teman. Barangkali yang tidak memberikan suaranya masih bingung, tapi ada yang hanya merespon tanggapan temannya saja.Â