Mohon tunggu...
Emanuel Dapa Loka
Emanuel Dapa Loka Mohon Tunggu... Freelancer - ingin hidup seribu tahun lagi

Suka menulis dan membaca... Suami dari Suryani Gultom dan ayah dari Theresia Loise Angelica Dapa Loka. Bisa dikontak di dapaloka6@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Polri, Kembalilah Sejenak ke Seminari Mertoyudan

14 November 2012   10:08 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:23 1459
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_209265" align="alignleft" width="448" caption="Seminari Mertoyudan. foto: sesawi.net"][/caption] Mertoyudan adalah sebuah desa di Magelang, Jawa Tengah. Di tempat ini berdiri sebuah sekolah yang mendidik para calon imam Katolik. Sekolah ini bernama Seminari Menengah Petrus Kanisius, kadang disebut SMA Seminari. Uniknya, di tempat inilah Polri lahir. Dan seperti biasa, orang acap berziara ke tempat kelahiran seorang tokoh atau lembaga tertentu.

Tokoh muda kharismatik Jawa Barat, KH Maman Imanulhaq menyerukan agar pimpinan Polri melakukan napak tilas ke Mertoyudan  yang merupakan tempat kelahiran Polri.  Napak tilas Polri ke tempat kelahirannya ini diyakini akan memberi pengaruh positip bagi Polri dan anggotanya dalam menyelesaikan kasus ataupun tugas berat yang sekarang dihadapi Polri.

[caption id="attachment_209266" align="alignleft" width="200" caption="Maman, mengajak kembali ke Mertoyudan. Foto: theindonesianjournalist.com"]

13528875781618809180
13528875781618809180
[/caption]

Demikian diungkapkan tokoh muda kharismatik Jawa Barat, KH Maman Imanulhaq di hadapan para peserta seminar “Peran Polisi Dalam Melindungi Hak Warga Negara Dalam Kebebasan Beragama, Beribadah dan Berkeyakinan” di Ruang Ditreskrim Polda Jawa Barat, Bandung (12/11). Seruan Maman pertama agar Polri napak tilas ke Mertoyudan diungkapkan pada pertengahan bulan Oktober lalu.

Menurut Maman, Polri itu berasal dari rakyat dan tumbuh di tengah-tengah rakyat. Jika saat ini Polri terbelit kasus, dihadang berbagai masalah dalam mengabdi kepada negara, bangsa dan masyarakat, itu merupakan tanda bahwa Polri harus napak tilas ke Mertoyudan untuk mengambil spirit dari tempat kelahirannya. Spirit ini penting bagi semua institusi mengingat tempat kelahiran adalah sejarah yang tidak bisa terhapuskan.

“Polisi harus yakin, bahwa rakyat akan selalu mendukung Polri untuk lebih berkomitmen dalam menjamin kebebasan berkeyakinan, melindungi  minoritas, serta menangkal syiar kebencian demi mengukuhan jati diri bangsa yang Bhinneka Tunggal Ika", jelas Pimpinan Pondok Pesantren Al-Mizan, Majalengka itu.

Ditambahkannya, problem intoleransi dan kekerasan terhadap berkeyakinan, beragama dan beribadah mengundang keprihatinan keprihatinan komunitas internasional ini ditandai radikalisasi sentimen agama, dan kebencian terhadap minoritas. Karena peran strategis itulah, Polri perlu mengingat kembali nilai-nilai yang tumbuh di mana dia dilahirkan.

Yang dimaksudkan KH Maman Imanulhaq dengan Mertoyudan adalah, Seminari Menengah St. Petrus Kanisius,  Mertoyudan, Magelang, yang merupakan tempat kelahiran Polri pada 1 Juli 1946. Pada waktu itu, berdasarkan Keputusan Mendagri No. 12/9/22 Tahun 1946, cikal bakal Polri  pindah ke Seminari Mertoyudan, yang merupakan sekolah pendidikan calon pemuka agama Katolik (pastor).

“Insya Allah, dengan kembali ke tanah kelahirannya, secara spirit kasus-kasus POLRI dapat terbantu terurai. Terurai seperti apa, biarlah sejarah yang akan menentukan,” tegas Maman yang juga aktivis HAM.

Terkait dengan hubungan antaragama, Maman memaparkan bahwa ekskalasi kekerasan atas nama agama di Indonesia, terutama Jawa Barat, terus meningkat baik kuantitatif maupun kualitatif.  Terkait dengan itu, Maman mengusulkan agar Polri membuat buku panduan Pemolisian dan Hak Beragama. “Polisi seharusnya melindungi seluruh umat beragama dan masyarakat harus tahu itu. Oleh karena itu, setiap anggota polisi harus menjadi pelindung hak asasi manusia di manapun mereka bertugas,” ujarnya.

Menurut kacamata anggota Majelis Nasional Aliansi Bhinneka Tunggal Ika (ANBTI), rakyat pasti akan mendukung tugas polisi, jika kebebasan beragama bisa dijamin oleh polisi tanpa melihat dikotomi mayoritas dan minoritas.

Sementara dalam amanat Kapolda Jawa Barat dalam pesan tertulisnya yang dibacakan Wakapolda Jawa Barat Brigjen Pol Drs. Hengkie Kaluara, Polri mengajak semua elemen masyarakat untuk mendukung kerja kepolisian temasuk memahami beberapa kendala dan keterbatasan Polri dalam penanganan isu hak atas berkeyakinan, beragama dan beribadah ini.

Kapolda Jawa Bara Irjen Pol Tubagus Anis Angkawijaya berharap bahwa seminar tersebut memberi pemahaman, dan panduan pada jajaran kepolisian hingga dapat memberikan perlindungan dan rasa aman kepada semua warga negara tanpa melihat latar belakang agama dan kepercayaannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun